Aku tau apa yang sedang ia lakukan saat itu.. Ia sedang berbincang-bincang lewat telepon genggamnya dengan seorang perempuan yang katanya sedang dekat dengannya. Namanya Daisy..
Aku tau 'dia' suka dengan sang kapten cheerleader yang cantik bak Putri istana itu.
.
Itulah Niall, sahabatku sejak kami menginjak SMP kelas 2 sampai sekarang SMA. Kini, yang ia bicarakan hanyalah Daisy, Daisy dan Daisy.
Padahal dulu, ia sering membuat lawakan yang hanya aku yang mengerti. Ia selalu menceritakan rahasia-rahasianya kepadaku. Ia suka membawaku ke toko es krim dan meluangkan waktu untuk bermain bersamaku.
Tapi sekarang beda lagi. Ia sibuk meneleponi Daisy dan mengunjungi rumahnya, padahal berpacaran juga tidak..
Selama ini, Niall telah membuatku nyaman disisinya. Senyumnya terlihat manis sekali. Tak heran aku diam-diam suka padanya, walaupun ia seharusnya tau :)
.
.
Malam itu adalah malam terakhirku di Ireland. Aku akan pindah ke suatu kota yang bernama 'London' . Pasti tidak asing lagi bukan di telinga kalian?
Saat sedang packing mama memanggilku..
"Zahwa.. Jangan lupa passport-mu, ya!" serunya.
"Baik ma.." jawabku.
Papa sudah berada di London dari jauh-jauh hari karena harus sudah tugas di sana.
.
.
Huftt.. Akhirnya aku selesai packing. Aku berniat menelepon Niall untuk mengucapkan kalimat perpisahan..
...
Semoga kali ini ia mengangkatnya..
...
(Telepon yang anda tujui sedang sibuk.)
.
Selalu begini. Aku sudah biasa mendengar suara sang operator berkata begitu.
Dan aku sudah bosan.
.
Sudahlah Zahwa, tak akan pernah diangkat olehnya. Kau kan sudah tau bahwa Daisy sudah menggantikan posisimu.. Pikiranku berkata begitu.
Tapi, ini kan perpisahan? Tak mungkin seorang "sahabat" tidak dikabari sebelum aku pergi.
Mungkin, aku harus berbicara kepadanya secara langsung.
.
.
"Maa.. Aku mau ke rumah Niall.. Bye!" pamitku kepada mama. Mama menyetujuinya.
Bukan yang pertama kalinya ini aku ke rumah Niall malam-malam sendirian. Aku sering ke sana untuk singgah dan terkadang menginap di rumahnya.
.
.
Akhirnya sampailah aku di rumah Niall yang bernuansa kayu ini. Rumahnya selalu terlihat harmonis..
Aku memencet bel.
Tiba-tiba, Maura , ibunya keluar.
"Hello Zahwa! Nice to see you again!" ujarnya. Aku tersenyum..
"Aunty Maura, can I talk to Niall? Sebentar saja.." ujarku.
"Silakan, nak.." jawabnya dengan lembut. Aku pun masuk ke rumahnya.
.
.
Aunty Maura masuk ke kamarnya. Kini tinggal aku sendirian di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong With Me- Niall Horan One Shot (REQUESTED)
FanfictionNiall Horan One Shot (REQUESTED)