[4] Kamu, Membuatku Kesal.

26 4 2
                                    

Aku tak tahu siapa kamu sebelumnya.
Aku bertanya kepadamu seperti yang lainnya.
Namun, jawabanmu tak sesuai dengan pertanyaannya.

Aku bertanya, dan kamu ... Balik bertanya.
Aku tak menyukainya, namun kamu tetap melakukannya.

Bukannya memberikan sebuah jawaban, tapi kamu malah memberikan sebuah pertanyaan.

Aku pergi secara diam-diam.
Namun, kamu membuatku terdiam.
Bukannya menjauh dan menghilang, tapi kamu terus datang.

Aku mendelik, tapi kamu tetap terlihat cantik dan menarik.
Bahkan aku berbalik hanya untuk melirik.
Kamu, unik.

Namun, kamu membuatku kesal.

Tingkah polosmu,
keanggunanmu,
Kepribadianmu,
Semua tentangmu,
Yang baru aku ketahui hingga yang masih tersembunyi.

Pada intinya, kamu membuatku kesal.

***

Riuh gemuruh dari suara para anggota mulai mereda. Semuanya terdiam secara tiba-tiba karena dia—Pratiwi Susanti, mulai bersuara dan mengalihkan perhatian yang lainnya. Ia sebagai moderator untuk kelas dadakan mengambil alih semuanya. Materi tersampaikan dari seorang pemateri wanita muda yang baru aku ketahui adalah seorang penulis blog dan karyanya cukup luar biasa sudah menjelajah toko buku di Indonesia.

Tapi jujur saja, selama aku mengikuti kelas, aku tak lepas memerhatikan yang lainnya, terutama dia,—Adeva Zahra. Dia tampak aneh, kurasa ada suatu hal yang janggal dari setiap gerak-geriknya.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kelas materi pun telah selesai. Tapi, seperti biasa, para anggota tidak langsung meninggalkan kelas, terkecuali memang memiliki kepentingan atau urusan secara tiba-tiba dan tidak bisa ditinggalkan. Maka diperbolehkan untuk keluar ruang diskusi.

Perlahan, tidak cepat, tetapi tepat. Aku bergerak mendekat kepada Adeva. Dia tengah duduk sembari berbincang dengan Lintang dan Leon. Aku memberanikan diri membuka suara di depan mereka, tidak lupa kuulurkan tangan juga.

"Hi, Adeva."

"Hallo, kak."

Dia menjabat tanganku sembari menyunggingkan seulas senyum. Indah dan menawan, mungkin jika aku seorang pria, aku sudah tergila-gila akan senyumnya dan cara dia berbicara. Renyah, itu yang kurasa saat iya berbicara. Aku ingin terus mendengar ia berbicara, bahkan bercerita.

"Adeva!"

"Ya."

"Kamu kapan gabung ke Action World? Terus kenapa baru gabung lagi sekarang?"

"Kalau kak Reva sejak kapan?"

Alih-alih menjawab pertanyaanku, dia malah balik bertanya.
Aku menyunggingkan senyum padanya sembari menahan rasa kesal.

"Emm, baru kemarin," jawabku sekenanya.

"Kemarin? Bukannya penerimaan anggota baru sudah berakhir dari seminggu yang lalu ya, kok kakak baru join kemarin?"

Aku memejamkan mata sejenak, menyetabilkan rasa sesak dan kepalaku yang terasa panas. "Maksudku beberapa hari lalu."

Dia mengangguk-anggukan kepalnya, menyelipkan rambut ke belakang telinga dan pandangannya beralih tertuju padaku.

Aku siap mengajukan pertanyaan padanya, akan tetapi ada jeda lebih lama ketika Leon dan Lintang bangkit berdiri. Pamit kepada Adeva dan aku. Sesaat ada binar bahagia di mataku. Namun, seketika semua pertanyaan yang sudah tersusun rapi dalam kepala tiba-tiba memghilang begitu saja.

29 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang