10- Missing

61 14 7
                                    

Diperjalanan seperti biasa kami saling diam, aku tidak berani membuka pembicaraan walapun sekarang kami sudah sampai di tempat tujuan. Ehh Ini kan kampus?

"Bilang dong kalau mau nganter ke kampus" ucapku kemudian sesaat setelah turun dari motor.

Tapi... Aku kan nggak ada kelas hari ini
Kenapa ke kampus?
Sebelum aku bertanya, Amar angkat bicara duluan.

"Ada hal penting yang mau saya bicarakan"

Amar kemudian menarik lenganku, membuat aku berjalan beriringan dengannya.

Hal apa sih yang ingin disampaikan Amar, begitu penting kah?

Ia berjalan cepat membawaku ke ruang ghost buster? Ehh?

Kami semakin dalam memasuki lorong menuju ruangan dimana biasanya teman-teman Amar yang lain berkumpul.
Deril, Indra, dan Rein sudah duduk melingkar dengan raut wajah sendu.

"A-ada apa?"

Aku masih terdiam di tempatku berdiri, sementara Amar sudah duduk bergabung dengan mereka sambil membuka buku catatan kecilnya.

Rein beranjak, menghampiriku sambil terisak kemudian memelukku.

"I-ica Deef"

"Ica? Kenapa Ica?"

"Ica- hilang" jawab Rein dengan terbata-bata

"Ica hilang?" Tanyaku dengan nada tinggi yang langsung jadi pusat perhatian.

"Iya Deef, saya juga baru dapat kabar dari kawan-kawan" Ucap Amar.

"Jadi bagaimana kronologisnya? Jelasin!"

"Ica sudah hilang selama 3 hari, setelah selesai jam pelajaran kampus senin lalu"

"Rein saksi tunggal kita" Jelas Indra.

"Jadi setelah jam pulang kampus, Ica izin ke toilet sebelum pergi ke toko buku dengan Rein. Setelah itu dia menghilang" Deril melanjutkan.

"Iya-- hari itu, Ica minta di antar ke toko buku pulang kuliah. Waktu kami mau pergi, dia izin ke toilet. Sekitar satu jam Ica nggak keluar juga, Rein cek ke toilet dan di sana nggak ada siapa-siapa, Ica nggak ada" Ucap Rein sambil tersedu.

"Rein udah cari Ica, minta bantuan satpam dan liat cctv juga" ucap Rein lagi, tangisnya semakin pecah.

"Tapi hasilnya nihil"

Amar terlihat serius sekarang, ia menatap Rein dengan seksama kemudian beralih pada Deril yang sedari tadi anteng mantengin laptop.

"De, bisa-bisanya ya elo masih tenang main game"

"Tau lu De, nggak ada perdulinya sama temen" celetuk Indra.

"Ini gua lagi khawatir banget nyet, dan menyalurkan kekhawatiran itu dengan main game.

"Sungguh nggak guna" dengus Indra dengan nada datar.

Tapi isi dari keresek hitam yang dipagang Indra berhasil mengalihkan fokus Amar.

"Ehh- itu keresek apa In?"

"Ah lu Mar keresek aja di tanyain, kabar gua nggak pernah lu tanyain"

"Gua serius"

"Uuu ti tayang mau nyeriusin akyu"

"Jangan sampe gua kasih bogem mentah"

"Sans dong sayang, emosi mulu lu Mar"

Indra membuka keresek hitam itu, kemudian menyimpannya di atas meja bundar yang terletak di tengah-tengah kami.

"Ini- tas dan sepatu Ica yang ada di tkp"

Sixth Sense (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang