bagian 19

9.2K 539 5
                                    


Prang....

Gadis kecil yang sedang terlelap itu terbangun mendengar suara pecahan benda yang berasal dari ruang tengah.

"Mommy" guman gadis kecil itu, masih dengan wajah sayu. Gadis kecil itu turun dari atas ranjang dan melangkah menuju ruang keluarga.

"Apa kau tidak bisa memperhatikan aku sedikit saja, kau terlalu sibuk dengan pekerjaan mu!"

"Aku seharusnya yang berkata seperti itu, kau yang terlalu sibuk. Apa salahnya aku bekerja, bukanya dari awal sudah seperti itu. Mengapa sekarang kau permasalahkan?!"

Gadis kecil itu mendengar dan menyaksikan kedua orang tuanya yang saling menyalahkan dan melemparkan tatapan tajam. Tubuh gadis kecil itu bergetar melihat keadaan ruang keluarga yang layaknya terkena badai.

Vas bunga pecah, bantal di sofa berhamburan, bingkai foto terbanting ke lantai. Gadis itu meringkuk di balik tembok pembatas ruang keluarga.

"Tentu saja aku mempermasalahkanya, kau tidak lagi bisa mengurus aku dan anak-anak seperti semula. Kau tau, tugas utama mu adalah mengurus keperluan ku dan anak-anak, bukanya pergi pagi dan pulang malam"

"Oh....bagaimana dengan mu?! Apa kau sudah baik menjadi suami dan daddy? Kau memintaku menjadi istri dan mommy yang baik tapi pada kenyataan kau saja tidaklah baik"

Gadis kecil itu mulai terisak dalam persembunyiannya "mommy, daddy stop it" gumannya dengan suara lirih. Gadis kecil itu semakin meringkuk menenggelamkan kepalanya di antara kakinya.

"Kau!"

"Apa?! Bukankah yang aku katakan itu benar? "

Tubuh gadis kecil itu semakin bergetar hebat, mulut kecilnya tak henti-henti memanjatkan do'a.

"Tuhan yesus, tolong hentikan mommy dan daddy. Aku tidak suka mereka berkelahi, aku tidak suka."

Bibir kecil itu tak henti memanjatkan do'a sambil berlinang air mata, dia mungkin tidak tau apa masalah kedua orang tuanya. Tapi yang dia tau, dia tidak suka keadaan saat ini.

Prang......

Suara benda pecah mengejutkan gadis kecil itu, menengok apa yang terjadi membuat gadis kecil itu terpaku.

Disana, diruang keluarga. Tangan mommy dan daddynya bersimbah darah, ntah darah siapa itu.

"Vivian"

Seketika pandangan gadis itu menggelap.

--

Nafas Vian tersengal sengal, kejadian itu lagi, kenangan itu lagi. Mengapa muncul lagi? Padahal Vian sudah terbebas dari rasa takut itu, tapi mengapa semuanya terungkit kembali.

Vian menatap punggung polos disebelahnya, Jayden tertidur begitu pulas. Bagaimana pun keadaan, jika Jayden sudah tertidur karena lelah pasti ia akan sulit bangun. Lihat bahkan ketika Vian bergerak Jayden sama sekali tidak terganggu.

Vian meraih jubah tidur yang tidak jauh dari jangkauannya, menutupi tubuhnya yang hampir polos. Vian berjalan keluar kamar, ingin mencari udara segar ditengah malam yang sangat terang ini.

Vian berjalan jalan ditaman bunga milik Emma. Suasana sunyi dan sedikit dingin cukup untuk membuat Vian rileks, alih alih takut Vian cukup nyaman dengan suasana malam ini.

Vian terduduk dibangku taman, menatap bulan yang tenggelam di awan hitam. Pikirannya melambung ke masa dimana semua kejadian membuatnya takut, sangat takut untuk melangkah maju.

Werewolf's Mate | pindah ke DreameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang