Chapt 30 - Pembalasan

6.2K 482 12
                                    

"Ayooo biadappp!!"

Sesampainya di lantai 5, abra kembali menarik kerah jaket jordan, amarahnya benar-benar meluap, gwen dan nando hanya mampu mengawasi temannya yang kesetanan itu.

"Minggir kalian!"

Abra menarik jordan dengan tenaganya yang kuat, kini tubuh jordan di tarik menariki anak tangga, dengan posisi telentang hingga kepalanya terbentur setiap anak tangga. Jordan berusaha meraih tangan abra, mencakar dengan kuku panjangnya hingga tangan abra mengelupas.

"Percuma aja! Rasa sakit kulitku gak sesakit batinku!

Bruak!

Abra kembali menghempaskan jordan, kali ini ke lemari besar kayu di sudut ruangan, rintihan jordan hampir tak terdengar, hanya raut wajahnya yang menggambarkan kesakitan, ia juga belum bis melihat dengan jelas berkat merica di matanya, apalagi abra yang tak membiarkannya bernafas sama sekali.

"Ini untuk pak broto yang kau bunuh dan istrinya yang menjadi berduka karenamu!"

Abra melayangkan hantaman di kepala jordan, semua kejadian itu menyeruak di kepalanya, siksaan shila, rasa sakit shila ketika kakinya harus di sayat-sayat oleh jordan, kematian pak broto, hingga tembakan pak rengga di depan matanya.

"Berhenti bra! Kasian dia.." shila berteriak, kesadarannya mulai pulih.

"Gak ada kata kasihan untuk seorang iblis macam dia!"

Abra meninggalkan jordan tersungkur di lantai, langkahnya cepat menghampiri shila.

"Kamu baik-baik aja?" Abra menatap shila, matanya berkaca-kaca, lega sedikit membuat hatinya longgar, shila baik-baik saja meski banyak luka di tubuhnya.

"Abraaa awaaaas!"

Abra langsung menghindar. Jordan membawa kayu besar untuk menghabisinya, beruntung karena pandangannya yang masih sedikit kabur membuat kayu itu membentur pagar besi balkon lalu terlepas dari tangannya.

"Yaelah, udah matanya hampir buta, sekarat, masih sok jagoan lagi." Kata nando kesal.

Abra meraih kayu itu, menyodokkannya ke arah perut jordan hingga lelaki itu tersungkur. Kali ini jordan melakukan perlawanan, ia berusaha membalikkan kayu, membuat tubuh abra ada di bawah tertimpa kayu.

"Aku pasti akan membuat kalian mati!!" Jordan kembali memanas.

Abra tercekik oleh kayu yang di palangkan ke lehernya.

Bruakkkk!!

Jordan tergelepar, memegangi kepalanya yang nyut-nyutan.

"Jangan sakiti abra!"

Dari balik tubuh jordan yang tersungkur, terlihat shila berdiri membawa kursi kayu yang baru saja ia pakai untuk menumbangkan jordan.

"Ini untukmu yang merusak kepercayaanku!" Gwen berteriak.

Menarik rambut jordan dan membenturkannya ke dinding. Ia lah yang paling kecewa, lebih-lebih saat mengingat ia lah orang yang paling meragukan shila atas dugaannya kepada jordan.

"Jangan bergerak!"

Semua orang di ruangan itu melirik ke arah pintu, rombongan polisi datang atas panggilan nando, mereka meringkus jordan yang sudah tak berdaya, wajahnya dipenuhi darah hasil penyiksaan abra.

Dengan sigap para polisi itu membawa jordan ke dalam mobil, meringkusnya ke kantor polisi.

"Nandoooo.. cekatan banget tumben" kata adhis memeluk nando.

"Hahaha" yang lain tertawa cekikikan.

Mereka berkumpul di tengah ruangan, berpelukan melingkar, bersyukur atas kemenangannya.

Selain polisi datang juga petugas ambulance yang membawa jasad pak rengga yang menjadi saksi pertarungan mereka di ruangan itu.

"Aku senang kamu baik-baik aja shil." Gwen memeluk shila erat.

"Auhhh sakit gwen" shila meringis, masih ada luka-luka di tubuhnya yang sakit tersentuh tangan gwen.

"Abra, makasih.." shila tersenyum.

"Aihhh sosweet banget sih kalian!" Kata adhis.

Shila memeluk tubuh abra, jika tak ada laki-laki itu, entah apa jadinya dia, yang akan terus disakiti oleh jordan dengan papan permainannya.

"Sama-sama" abra tersenyum tipis.

"Yeee, berkat aku juga kali yang nyiram mata si jordan pake merica. Masa abra doang yang diucapin makasih?"

"Haha, iya-iya makasih gwen sayang."

"Udah ayo kita pulang" abra kembali tersenyum.

Yang kali ini benar-benar selesai, semua permasalahan yang menimpa shila membuatnya lega saat berhasil memecahkannya.

Malam sudah semakin larut, luka-luka ditubuh shila dan abra harus segera di obati, nando yang menyetir menuju rumah sakit terdekat, punggung dan kaki shila cukup parah sehingga ia harus di obati dengan segera.

*****

"Aku lega." Shila menghela nafasnya.

"Aku juga.." kata gwen.

"Semuanya bener-bener bikin kita tegang"

Shila menerawang ke atas, baginya masih ada yang belum selesai, ia masih ingin mengetahui dengan jelas apa motif jordan hingga tega melakukan semua itu?"

"Menurut kalian siapa yang bisa kita jawaban?" Shila bangkit dari tidurnya dengan antusias.

"Ada.."

"Siapa?"

"Bu broto, dia pasti tau kenapa, dia diem karena selama ini di ancem jordan, sekarang jordan udah di tangkep, dia pasti mau cerita ke kita."

"Kamu bener, besok kita ke rumah bu broto."

"Sabar dulu, sembuhin dulu lukamu semuanya sambil kita menunggu keterangan dari polisi."

MATI TUJUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang