Jujur.... Aku tak sanggup, aku tak bisa... Aku tak mampu dan aku tertatih.... Semua yang pernah kita lewati.... Tak mungkin dapat ku dustai. Meskipun harus tertatih.
Eh... Keceplosan.
Nanyi deh Zelint.
Spesial hanya di part ini. Zelint persembahkan suara Zelint yang merdu untuk menghibur kalian. Semua.Halah ngomong apa sih.
Yaudahlah ya.
Selamat membaca 💕....................................
Dendio mengambilkan pesanan Mie ayam untuknya dan Alia.
Dia tak sengaja bertemu Alia saat dalam perjalanan pulang sekolah.
Langsung saja Dendio memaksanya ikut.
Dan disinilah sekarang mereka, jajan di pinggir trotoar. Membeli makanan kesukaan, di pedagang langganan mereka.
"Ini dia mie ayamnya." Ujar Dendio begitu sampai di mejanya.
Alia tersenyum dan mengucapkan terimakasih.
"Es degan duriannya udah di pesen belum?" Tanya Dendio pada Alia.
"Udah, di sebelah. Paling bentar lagi dianter." Jawab Alia.
"Emang di ibu-ibu yang biasanya ngga ada?" Tanya Dendio memulai makannya.
"Ada kali, tapi jauh Den jalannya. Kasihan Ibu nya nanti kalo nganter."
"Lagian kenapa juga mesti pindah? Padahal kan enak kaya dulu. Sebelahan." Keluh Dendio.
"Ya mana gue tahu. Emang gue anaknya."
"Emang anaknya tau?"
"Tanya aja ama maknya."
"Alia, sukanya muter-muter kaya baling-baling bambu." Celetuk Dendio.
Alia hanya tersenyum.
Pesanan Es Degan Durian mereka datang. Alia dan Dendio mengucapkan terimakasih.
Dendio cepat-cepat mencicipinya.
Begitu pun Alia."Kurang manis ya?" Tanya Alia pada Dendio.
"Ngga ah. Udah diabetes malah gue." Jawab Dendio.
"Masa? Ko punya gue ngga manis?"
"Masa ngga manis? Bo'ong kali lo Al."
"Beneran ngga manis." Ujarnya. Alia kemudian mencobanya lagi.
"Ah... Gue tau deh nih kenapa."
"Kenapa?" Tanggap Alia serius.
"Soalnya pas minum, lo liatin gelasnya."
Alia mengerutkan alis. Tidak paham maksud Dendio.
"Apa hubungannya?"
"Iyalah. Coba lo minum tapi matanya natap gue. Pasti ngeluh kemanisan."
Alia menahan tawanya. Sudah bosan sebenarnya dengan candaan Dendio. Tapi dia selalu gagal juga menahan tawa.
Alia menggeleng-gelengkan kepalanya. Benar-benar sahabatnya itu. Entah dengan kata apa Alia harus menjelaskannya.
Gadis itu menyuapkan sesuap demi sesuap makanannya. Suasana sedang tenang. Langit sedikit mendung, dan jalanan tak seramai saat awan hitam tak berkuasa.
Mereka menikmatinya, mie ayam favoritnya, mendungnya yang teduh, tidak gelap. Serta Jalanan yang bersahabat.
"Al, lo tau nggak ini udah hari keberapa sejak kita jabat tangan buat kenalan?" Celetuk Dendio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalaland-nya Brilian
Ficção AdolescenteA: Aku Jahat. Ku abaikan hati yang datang dengan jutaan kasih dan ketulusan. B: Biarkan ribuan rahasia tersimpan dalam sebuah diam. C: Cara saya datang dan menetap adalah sebuah hal, yakni ketulusan. Dan bagaimana saya datang, itu karena sebuah tata...