Bab 12 : Pertempuran Semakin Berat

13 1 0
                                    

Merauke, 21 Februari 2021

2 hari sudah berlalu semenjak penduduk kota diungsikan ke tempat yang aman. Saat ini, kota benar-benar kosong dari penduduk sipil. Tanpa adanya penduduk sipil, Konpera tidak bisa menjalankan taktik liciknya seperti menyandera penduduk hanya demi mengurangi kekuatan tempur pihak militer. Ini adalah keuntungan sendiri bagi pasukan militer sebab bisa mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa perlu ragu.

Tanpa adanya penduduk sipil, Kota Merauke benar-benar bisa diubah menjadi medan pertempuran. Puluhan panser dan beberapa buah Tank di kerahkan sebagai kendaraan tempur unit baris depan. Tentu saja pengerahan kendaraan lapis baja ini bukan hanya untuk pamer kekuatan. Tanpanya, pasukan baris depan tidak mungkin bisa bertahan sampai hari ini. Bagaimanapun, berkat kendaraan lapis baja itu para militer berhasil menembus pertahanan-pertahanan pasukan Konpera. Itu karena musuh juga memiliki mobil-mobil yang dilapisi baja sehingga tidak mungkin bisa di jebol oleh peluru dari senapan biasa.

Hari itu cuacanya cukup buruk. Hujan telah mengguyur semenjak pagi. Petir-petir menggelegar memenuhi langit kota. Drone-drone pemantau tidak bisa dioperasikan saat ini. Dan itu menjadi masalah tersendiri bagi para militer yang terlalu mengandalkan teknologi untuk memantau pergerakan musuh.

Dalam kondisi seperti ini, pasukan baris depan hanya bisa melakukan pertahanan di titik-titik rawan dan tidak melakukan penyerangan pada musuh. Untuk membantu pasukan baris depan, tim-tim evakuasi yang telah selesai dengan tugas mengevakuasi penduduk pun di pilih untuk menjadi pasukan baris depan. Tentu saja peleton Letnan Agus pun tersorot. Letnan Agus membagi peletonnya menjadi 2 tim. Tim pertama akan dipimpin olehnya, sementara tim kedua akan dipimpin oleh Derza. Entah takdir atau ada unsur kesengajaan, Derza akan selalu satu tim dengan Indra. Dan terlebih lagi, Derza memimpin rekan tim yang cukup ia kenal.

[]=[]=[]

Berjalan menuju garis pertahanan terdepan dengan berjalan kaki di tengah-tengah hujan yang sangat deras memang menyebalkan. Pakaian yang basah menambah beban mereka. Namun bagaimanapun juga tugas adalah tugas. Hari itu, tim di bawah komando Derza diperintah untuk berjaga di sekitar wilayah Polder membantu tim baris depan yang sudah berjaga di sana. Tak ada kendaraan yang bisa mereka pakai menjadi penyebab mereka harus berjalan kaki.

Namun, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari arah tempat yang hendak mereka tuju. Selain itu, suara meriam Tank menjadi tanda bahwa di sana telah terjadi sebuah pertempuran.

"Suara itu?" Derza terlihat sangat bersiaga. "Sepertinya sedang ada pertempuran. Ayo cepat kita ke sana!"

Atas perintah dari Derza, kelompok yang beranggota sekitar 15 orang itu berlari dengan cepat menuju asal suara tembakan yang terdengar itu.

Memang benar, sesampainya di sana, mereka langsung di sambut oleh hujan peluru yang mengarah pada mereka. Pasukan baris depan yang berjaga di sana terlihat sedang kesulitan. Beberapa dari mereka telah gugur. Untuk menghindari peluru yang mengarah pada mereka, pasukan Derza berlindung di parit-parit got yang berada di sepanjang jalan.

"Semua. Kita pukul mundur musuh!"

Meskipun kondisi parit di penuhi air yang bau, tapi parit ini adalah satu-satunya tempat yang bisa membuat mereka selamat dari peluru-peluru yang ditembakkan musuh. Perlawanan berlangsung sengit. Musuh hampir tidak memberi jeda dan membiarkan pasukan Derza membalas serangan. Pasukan baris depan juga terdesak sehingga hanya bisa berlindung.

Namun satu hal yang menjadi keuntungan mereka. Sebab mereka berlindung di parit yang memancang sepanjang jalan, mereka bisa bergerak diam-diam untuk mendekati musuh dari dalam parit.

Taktik serangan kejutan yang dilancarkan Derza berhasil membuat musuh terpojok. Derza bersama beberapa orang-orangnya berlari menyelamatkan pasukan baris depan yang terluka. Sementara Indra memimpin sisanya untuk menyerang musuh demi melindungi Derza yang sedang melakukan evakuasi prajurit yang terluka.

Gejolak Di Bumi AnimhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang