Bab 14 : Akhir dari Semua

21 2 1
                                    

Merauke, 26 Februari 2021

Sehari setelah ditangkapnya pimpinan Konpera, keadaan mulai kondusif. Saat mendengar pimpinan mereka tertangkap, pasukan Konpera di kota menjadi tidak berdaya untuk melawan. Hal itu membuat para militer dengan cepat melakukan penangkapan dan berhasil mengambil alih pelabuhan. Meskipun ada yang tertangkap, tidak berarti tidak ada yang melarikan diri. Di pusat komando musuh pun cukup banyak yang melarikan diri

Operasi baru pun dimulai sejak hari kemarin. Operasi itu bernama "Mata Elang" di mana, pihak militer memanfaatkan satelit untuk memantau. Selain itu, Drone dan jet tempur di gunakan untuk mencari keberadaan musuh yang mungkin sedang bersembunyi.

Mereka yang tertangkap segera dilucuti dan di masukan dalam sel penahanan menunggu keputusan presiden ditangguhkan.

Para penduduk kota yang diungsikan dipulangkan pada hari ini. Pihak militer sudah menjamin keamanan kota untuk hari ini. Selain itu, pihak kepolisian pun masih melakukan patroli 24 jam di kota untuk memastikan keadaan benar-benar aman saat para penduduk kembali.

Para tentara yang telah melakukan pertempuran besar di kota beristirahat hari ini. Letnan Agus bersama para peletonnya pun mendapat hari libur yang lebih panjang. Namun mereka harus tetap menghadiri pemakaman yang aman dilakukan siang ini.

Saat itu, waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi.

"Senior, Bangun."

Tak kunjung mendapat respons, Reza mencoba menggoyang-goyangkan badan Derza beberapa kali sambil berkata, "Derza. Bangunlah. Sudah pagi. Bukankah kau harus menjemput seseorang."

"Ugh! Ya. Terima kasih sudah membangunkanku." Ia berdiri dan mencoba mengusap wajahnya. Ketika ia melihat ranjang Indra yang sudah kosong, perasaannya menjadi campur aduk. Tapi ia sudah memutuskan untuk tidak meneteskan air mata lagi. Ia yakin itulah yang diinginkan sahabatnya itu.

Derza mengambil sesuatu di atas meja. Itu adalah sebuah dos rokok. Ia mengambil satu dari sekian banyak batang rokok di dalamnya. Membakarnya lalu menghisapnya.

"Heh? Aku tidak tahu kalau sersan merokok?" tanya Reza heran.

Derza menghembuskan nafas penuh dengan asap yang menyembul keluar dari mulutnya. Sebagai respons yang ia dapat dari tubuhnya adalah ia mengalami batuk beberapa kali.

"Kau tidak apa-apa?" Rez khawatir akan hal itu.

"Aku tidak apa-apa. Sepertinya memang aku tidak terbiasa."

"Lalu kenapa kau merokok, senior?" tanya Reza.

Seseorang menarik tangan Reza membawanya ke belakang lemari yang tidak dapat dilihat oleh Derza.

"Sersan menemukan itu di ransel milik sersan Indra. Katanya sih ia mau menggantikan sersan indra menghabiskan semua batang rokok itu."

"Ehh, aku sama sekali tidak tahu."

"Jangan ungkit masalah itu di depannya. Hari ini ia sedang berusaha untuk tegar."

"Tapi kalau ia memaksakan diri seperti itu, tubuhnya bisa dalam bahaya."

Mereka tidak menyadari bahwa suara mereka itu terdengar oleh Derza meskipun agak samar. Tapi Derza berhasil mendengar beberapa poin penting dalam percakapan itu.

"Reza, Herdin. Aku mendengar apa yang kalian katakan. Kemarilah!"

Herdin memunculkan batang hidungnya. Dengan perasaan malu ia menggaruk-garuk kepalanya. "Aku lupa mengecilkan volume, hehe."

Derza mengambil sebuah kardus yang berisi cukup banyak dos-dos rokok. "Kalian ambil ini dan bagikan ke teman-teman yang lain. Jangan berpikir aku akan menghabiskan ini semua. Bisa-bisa aku jadi pecandu."

Gejolak Di Bumi AnimhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang