Rain

69 12 2
                                    

Minggu ini adalah waktu yang tepat untuk Taehyung menikmati momennya. Hujan. Dengan aroma petrichor yang menguar dan udara dingin yang memeluknya ringan, akibat pergantian musim dari dingin ke musim semi yang membuat hujan turun tak berkesudahan.

Ketika ia memandang air yang menempel pada kaca jendela pagi ini, ia jadi memikirkan Jungkook.

Jungkooknya tidak suka hujan.

Jungkook kesal jika hujan turun. Hujan membuat bajunya basah dan mobil yang baru dicucinya harus kotor lagi. Jungkook akan mengomel saat sepatunya harus melewati jalanan yang becek atau tergenang, dan kecipak yang membuatnya was was, takut celana bagian bawahnya basah terciprat. Tipikal. Jungkook sang clean freak tingkat dewa.

Padahal Taehyung menyukai bagaimana rintik rintik air datang dan menimbulkan suara gemericik. Berisik, tapi menenangkan. Juga menyukai bagaimana tangannya selalu tak lupa untuk menggenggam segelas coklat hangat, atau kopi jika sedang ingin, menghantarkan kehangatan keseluruh tubuhnya di udara yang basah dan dingin. Lalu momen yang paling istimewa, ketika Jungkooknya akan - dengan tubuhnya yang tegap dan tinggi- memeluknya untuk alasan yang tak pernah berubah.

Supaya ia tidak kedinginan. Romantis bukan?

Hari Jumat ini, seperti kemarin, hujan tidak berhenti mengguyur. Sudah berlangsung sejak jam 3 dini hari, dan tidak berhenti sampai jam menunjukkan angka 08.03. Uuh, padahal Taehyung ada jadwal kuliah.

Ia sebenarnya malas harus berangkat, karena hari ini hanya ada satu mata kuliah saja yang harus diikuti. Tapi hari ini juga deadline pengumpulan tugas essay nya. Ia bisa dapat nilai C jika telat. Jadi dengan terpaksa, ia pergi mandi, bersiap siap, dan turun untuk mencomot setangkup roti bakar berlapis selai coklat (Taehyung benci selai nanas), yang disiapkan jimin. Melupakan angan angannya untuk bergelung saja di kamar.

“Kau terlihat seperti zombie,” demikian sapa Jimin, selepas mandi.

“Aku malas kuliah Chim,” Taehyung menyangga kepalanya dengan tangan. Jimin nyengir. Matanya berkilat jahil.

“Kasihan sekali temanku ini. Aku sih tidak ada jadwal. Mata kuliah Profesor Sin diganti Senin depan,” Taehyung melirik temannya itu dengan sebal. Jimin pandai sekali dalam hal membuat orang lain iri.

Jimin hanya tertawa. Menyudahi acara pamer keberuntungan miliknya. Taehyung susah di bujuk jika moodnya sudah jelek di awal pagi.

“Kau bisa membolos Tae, seperti tidak biasa saja,” Jimin melanjutkan dengan ringan. Taehyung hanya merengut.

“Deadline tugas Profesor Kang dikumpulkan hari ini. Aku tidak bisa dapat nilai C,” Jimin mengangkat alis.

“Prof Kang tidak akan memberi nilai C pada murid kesayangannya. Katakan saja kau sakit perut atau apalah, dan kumpulkan tugasnya besok,” bantah Jimin, meminum segelas susu.

Taehyung terdiam, menimbang nimbang apa saran Jimin patut untuk di lakukan. Taehyung memang murid kesayangan banyak dosen karena kepintarannya, jadi sepertinya membolos hari ini bukan masalah besar. Ia mengangguk menyetujui ide Jimin. Jimin bersorak.

“Oke! Hari ini kita akan melakukan apa?” Jimin bertanya penuh semangat. Tangannya mengambil setangkup roti bakar sepeti Taehyung. Taehyung terdiam,

“Nonton film di rumah? Kau buat popcornnya dan aku unduh filmnya, bagaimana?” Jimin tampak berfikir,lalu mengangguk,

“Call,”

Taehyung tersenyum, menaruh sisa roti yang belum habis dan bangkit, hendak mengambil laptopnya untuk mengunduh film, sebelum tangan Jimin mencekalnya.

“Tidak ada nonton film jika kau belum menghabiskan sarapanmu, Tae,” matanya berubah serius. Taehyung meringis dan kembali duduk.

“Baik baik, aku habiskan, puas?” pipinya menggelembung karena usahanya memasukkan semua roti ke dalam mulutnya sekaligus. Jimin terkekeh, membereskan piring dan gelas di meja makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang