"Bintang tolongin gue!" suara Anggi terdengar ketakutan di seberang sana.
Bintang yang sedang dalam perjalanan pulang sekolah dengan motornya. Tiba-tiba harus berhenti, karena bunyi dering ponselnya yang menandakan panggilan masuk. Bintang mengangkat panggilan itu dan langsung disuguhi suara Anggi yang ketakutan.
"Lo kenapa?"
"Ada beberapa preman di belakang gue. Mereka ngejar gue,"
"Sekarang lo dimana?"
"Gue gak tahu. Tapi, gue masuk gang,"
"Astaga, pake masuk gang segala. Gang mana?"
"Seingat gue, gue masuk gang sebelah bengkel kecil, pagernya warna merah."
"Ah, gue tahu bengkel itu. Gue otw,"
"Ce... cepetan Bin. Preman itu masih ngejar gue. Pake bawa minuman keras segala. Gue takut...."
Bintang tidak menjawab. Ia mematikan panggilan secara sepihak. Setelah itu, Bintang bergegas pergi menuju tempat yang Anggi maksud.
Tak butuh waktu lama, Bintang sudah sampai di gang. Ia memarkirkan motornya di luar gang. Bintang sudah bisa mendengar teriakkan Anggi dari tempat ia berdiri.
Bintang bergegas masuk ke dalam gang. Ia membulatkan matanya saat melihat Anggi dipaksa untuk meminum minuman yang ada dalam botol kaca.
"Hentikan!" teriak Bintang, merebut botol itu.
Mata Bintang memerah menyiratkan amarah. Ia tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu. Anggi dan Bintang tidak beda jauh, mereka sama-sama bisa beladiri. Hanya saja, Anggi tidak mampu melawan lima preman berbadan kekar sendirian.
"Sepertinya ada yang mau ikut pesta minuman," kata preman yang memiliki tato naga di lehernya. Bintang sampai bergidik melihat tato itu.
"Ck, pesta minuman?" Bintang melempar botol yang sedari tadi ia pegang. Botol itu hancur berkeping-keping, air di dalamnya mengalir ke tanah.
Bintang memberi kode kepada Anggi melalui matanya. Anggi mengerti, Bintang menyuruh dirinya menghabisi dua orang yang memegang kedua tangannya. Sedangkan Bintang menghabisi sisanya, tiga orang.
Anggi dan Bintang mengangguk bersamaan. Memberi tanda bahwa kegiatan menghabisi preman dimulai.
BUGH!
BUGH!!
BUGH...
Suara pukulan dari dua gadis SMA terdengar di gang sempit yang jarang dilalui orang. Bintang kira kelima preman ini sangat kuat. Ternyata berbanding terbalik dengan ekspektasinya. Kelima preman ini sangat lemah.
Gayanya aja menyeramkan tapi aslinya banci. Bintang membatin.
Setelah adegan perkelahian selesai. Bintang mengusap sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Anggi mengusap keringat yang bercucuran di dahinya.
Mereka tertawa bersamaan. Tidak ada yang lucu memang. Tapi, mereka merasa puas.
"Gue anterin balik," ucap Bintang, berjalan meninggalkan Anggi.
"Gak usah, gue balik naik angkot aja!" teriak Anggi, karena Bintang sudah mulai jauh. Anggi berlari mengejar Bintang yang sudah keluar gang.
"Oke, naik angkot. Tapi kalau ada apa-apa lagi jangan telepon gue!" peringat Bintang, terkekeh.
"Oke, gue udah gak butuh lo kok," pekik Anggi, ikut terkekeh.
"Ya udah, gue duluan!" Bintang mulai meng-gas motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh [End]
JugendliteraturBintang Cahya dan Rafa Aditya sudah kenal 11 tahun yang lalu. Saat mereka kecil, kejadian yang tak diduga membuat mereka terpisahkan. Setelah 11 tahun lamanya, mereka dipertemukan kembali. Tapi mereka tidak saling mengenal. Dengan cara yang tak did...