Bab 8 Cikal dan Kutukan

33 2 0
                                    


    Rosa membawaku ke arah tangga menuju ke atap yang terkunci. Tangga ini hampir tidak pernah digunakan. Jadi tak akan ada tamu yang tak diundang. Ia pasti menggunakan tempat ini untuk berduaan dengan Garang secara sembunyi-sembunyi.

    “Kami sering datang ke sini. Garang dan aku.”

    Tuh, kan?
Tebakanku benar.

    “Kamu... tahu tentang surat cinta palsu yang aku kirim pada Maya, kan?” tanya Rosa.

    “Iya.”

    “Apa kamu penasaran kenapa aku melakukan itu?”

    “Tidak. Aku sama sekali tidak penasaran.”

    “Aku... sebenarnya ingin membantu―”

    “Aku tak peduli. Jauhkan aku dari cerita karanganmu itu.”
Itu hanya alasan yang dibuat-buat olehnya.

    “Tidak, dengarkan aku dulu! Sejujurnya... kami pernah memergoki Maya ketika kami sedang berduaan disini.”

    “Hah? Benarkah?
Memangnya ada urusan apa dia disini?”

    “Itu masalahnya... dia berbicara pada dirinya sendiri.”

    “Berbicara sendiri?”

    “Iya, berbicara sendiri. Anehnya, ia seperti sedang berbicara dengan seseorang. Aku mencoba mengikuti arah pandangannya beberapa kali, tapi... tidak ada seorang pun di sana.”

    Itu bukan sesuatu yang patut diperhatikan. Maya tidak punya teman untuk berbicara, sehingga masuk akal jika dia melampiaskan keinginannya untuk berbicara ketika ia sedang sendirian.

    “Dan kamu menganggap itu hal yang menakutkan, jadi kamu mengerjainya?”

    “Iya. Itu memang menakutkan...”

    Aku mengerti. Aku bisa memahami Rosa ingin ikut campur setelah melihat kejadian tersebut.

    “Hmm... itu bukan alasan kamu satu-satunya membawa aku ke sini, kan?”

    “Mmm...” dia ragu-ragu sejenak.

    “Cikal... apakah kamu percaya dengan adanya hantu?”

    Percakapan kami mendadak berubah arah.

    “Hantu?
Entahlah. Mungkin hantu memang ada, karena banyak orang yang mengaku melihatnya.”

    “Lalu, kalau roh jahat?”

    “Tidak.”

    Tunggu, tunggu. Kenapa Rosa menanyakan pertanyaan semacam itu?
Apa makna di balik pertanyaan konyolnya itu?

    “Jadi, kamu menyiratkan kalau Maya sedang berbicara dengan hantu?”

    Rosa mengangguk.

    “Kenapa kamu bisa berpikir begitu?”

    Rosa terdiam. Sepertinya ia merasa takut untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya ke dalam kata-kata.

    Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya ia membuka mulutnya.

    “Karena dia...” gumamnya.

    “... telah mati.”

    “Karena Maya telah mati? Nggak nyambung!”

    “Bukan!” Sanggah Rosa.

    “Dia berbicara pada hantu dan itu sebabnya dia mati?
Itu tidak masuk―”

    “Bukan! Bukan karena Maya telah mati!”

Bunuh DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang