Hujan - When I Meet You

103 11 6
                                    

Aku memandang kearah sekitar, cafe ini cukup nyaman bagiku untuk mengerjakan semua tugas-tugas kuliahku yang semakin hari semakin beranak pinak. Huft. Lelah. Itulah yang kurasakan sebagai mahasiswi semester 1 jurusan Cinematography di salah satu Universitas ternama di daerah Jakarta.

Setelah mengedarkan pandangan keseluruh penjuru ruangan, mataku tertuju pada sebuah kursi dan meja yang terletak di pojok ruangan dekat kaca. Ya bagiku setiap tempat yang dekat dengan kaca merupakan tempat favorit. Entah mengapa. Hmm. Mungkin karena melalui kaca kita bisa melihat berbagai hal diluar sana dan ketika kau menerawang keluar seketika ide-ide bermunculan. Yah kurasa pikiranku mulai ngaco hahaha. Maklum kurasa diri ini sudah mulai gila karena tugas-tugas, bayangkan saja baru semester 1 aku sudah diwajibkan untuk membuat short movie berdurasi 30 menit bertemakan Romansa Remaja yang nantinya akan dijadikan sebagai nilai UTS. Rasanya ingin mengumpat. Huft.

Mungkin bagi sebagian orang itu bukanlah perkara yang sulit tapi bagiku itu sama saja seperti kau ingin keluar dari sebuah jurang yang sangat teramat dalam tapi tidak ada seorangpun atau barang apapun itu yang bisa membantumu, sulit bukan? Yah itulah yang kurasakan.

Membuat short movie sebenarnya tidak terlalu sulit yang menjadi perkara di sini adalah temanya. Ntah mengapa ketika dosen memilih tema yang menurutku terlalu menye-menye rasanya ku ingin protes, tapi kuurungkan niatku ketika melihat teman kelasku berseru senang. Ya karena bagi mereka tema itu mudah sedangkan bagi seorang yang baru saja patah hati alias broken heart tentu saja rasanya seperti ingin menenggelamkan diri di tumpukan kapas. Hahaha apasih. Oke lupakan curcolku ini.

Akhirnya aku melangkahkan kaki menuju tempat yang kupilih tadi dengan santai, tiba-tiba seseorang menabrakku dari belakang dan berlalu begitu saja. Untung saja tidak keras. Coba kalo uda nabrak, keras, main pergi gitu aja ga bilang maaf atau apa, mungkin sudah kuteriaki dia. Kemudian ternyata dia menduduki tempatku. Tempatku. Ya, tempat favoritku 5 menit yang lalu. Aku hanya bisa menghela napas. Kesal.

Aku kembali mengedarkan mata untuk melihat apakah masih ada tempat kosong. Namun, nihil. Ya, entah mengapa cafe ini mendadak ramai pengunjung padahal beberapa menit yang lalu masih tersisa beberapa tempat.

Setelah menimbang-nimbang aku memutuskan untuk membagi meja dan kursi dengan orang yang tadi menabrakku. Ya mau gimana lagi. Hanya ini tempat yang tersisa. Padahal niatnya aku ingin menyendiri dan mencari ide untuk project pertamaku. Huft. Gagal.

Kemudian aku menaruh tasku di samping bangku, mengambil laptop dan menyalakannya. Aku teringat bahwa aku belum memesan satupun makanan atau minuman di cafe ini. Akhirnya aku memutuskan untuk memesan Caramel Macchiato ukuran sedang untuk menemaniku mengerjakan projectku ini.

Setelah membayar dan mengambil pesanan, aku kembali ke tempatku. Aku melihat dia masih di sana. Ya di sana. Padahal aku berharap dia segera pergi dari sana setelah mengisap Caffee Lattenya. Hahaha.

Aku mengambil earphone yang ada di tasku dan mencolokkan audio jacknya ke laptopku setelah itu menyumbat kupingku dengan benda bulat pipih berwarna biru tersebut.
Alunan lagu We Won't dari Jaymes Young ft. Phoebe Ryan terdengar jelas ditelingaku. Sambil mengerjakan project, aku meresapi lirik demi lirik dari lagu itu yang menurutku sangat cocok dengan keadaanku sekarang ini. Huft.

Aku melupakan Caramel Macchiato di sampingku dan fokus dengan laptopku. Setelah berkutat cukup lama, aku melakukan beberapa peregangan untuk mengurangi rasa lelah dan antuk yang mulai menghantuiku.

Saat melakukan beberapa peregangan, tanpa sengaja mataku bertemu matanya. Aku terkesiap. Lalu aku mengambil asal Caramel Macchiatoku dan menyeruputnya, sangking gugupnya aku tersedak. Dia tertawa. Tertawa yang terlihat sangat bahagia. Aku malu. Tentu. Menurutku dia aneh. Bagaimana tidak, ketika kau sedang menangkap basah seseorang yang sedang memperhatikanmu, yang kaget bukannya orang itu malah dirimu. Aneh bukan? Huft.

Dia masih terus tertawa sementara aku terbatuk-batuk. Kemudian, dia menyodorkan sapu tangannya dan bodohnya aku menerimanya. Seketika keadaan menjadi canggung dan tiba-tiba dia tersenyum yang menurutku begitu manis. Aneh. Kenapa aku jadi memperhatikannya?

Lalu, hujan turun dengan derasnya. Aku melihat keluar kaca, menerawang sejenak, mengamati setiap tetes air yang turun dengan deras dan kembali berkutat dengan project yang sudah menungguku dari tadi. Namun, aku tidak fokus. Ya tidak fokus. Bayangan senyuman itu menghantui diriku. Perasaan aneh macam apa ini? Pikirku mulai melayang.

TO BE CONTINUED

****

Yay, akhirnyaaaa yakan kelar juga part 1 ini hahaha. Niatnya sih cuma iseng-iseng nulis cerita, so this is my first story he he he. Semoga suka yaa! Jangan lupa vote dan comment. Thankyou ^^

Me and YouWhere stories live. Discover now