"Kenapa harus ada perkenalan bila berakhir dengan perpisahan?"
-Cornelia Azwari--
Lili sedang duduk di meja belajarnya setelah menemui orang tuanya tadi pagi. Lili sedang galau hari ini. Tak lama, ada seseorang yang menutup matanya. Lili yang sedang tak ingin bercanda itu menanggapinya dengan malas.
"Bang udah deh jangan bercanda dulu. Aku gak lagi mood buat bercanda!" kesal Lili.
"Kenapa?" Lili kaget. Ternyata bukan David yang menutup matanya. Tapi, dia Marcel.
"Marcel?" ucap Lili terlalu semangat.
"Santai dong Li. Aku jadi kaget liatnya." ucap Marcel nyengir.
"Aku lagi gak bercanda Marcel." ucap Lili kembali normal.
"Kamu kenapa?" tanya Marcel heran.
"Aku mau dijodohin cel." ucap Lili yang sudah duduk di bibir kasur. Dan Marcel menyusul Lili dan kemudian duduk disamping Lili. Marcel terlihat kaget dan tidak percaya.
"Kamu lagi gak bercanda kan Li?" ucap Marcel tak percaya.
"Kamu gak liat muka aku cel? Emang muka aku ada tampang bercandanya?" kesal Lili.
"Terus? Kamu terima perjodohan itu?" Lili mengangguk. Marcel menjadi lesu.
"Aku telat ya Li?" ucap Marcel.
"Telat apa?"
"Aku telat. Seharusnya aku itu nembak kamu dari dulu sebelum aku pindah ke Bali." ucap Marcel
"Hah?" bukannya Lili bolot, tapi Lili hanya kaget.
"Kamu malah udah dijodohin. Jadi, gak ada harapan buat aku ya Li? Aku bodoh ya ngelepasin kamu gitu aja." ucap Marcel putus asa.
"Aku masih cinta Li sama kamu, niatnya hari ini aku mau kasih kamu kejutan, karena hari ini hari ulang tahun kamu. Aku mau kamu jadi pacar aku, tapi kamu malah udah di jodohin."
"Aku sayang Li sama kamu." Lirih Marcel yang tak berani menatap Lili.
"Aku juga sayang sama kamu cel. Tapi, ini kemauan orang tua aku bukan kemauan aku cel." Lili mulai menitikkan air mata. Marcel menghela nafasnya.
"Aku gak mau Li sakit hati untuk kedua kalinya. Apa harus kita pura-pura gak kenal kamu? Atau kita emang harus saling ngelupain Li?" tanya Marcel. Lili diam.
"Aku belum siap kalo harus ngeliat kamu berdua sama cowok lain. Jadi, aku harus ngelepasin kamu dari sekarang daripada aku sakit hati kan?"
"Kalo itu kemauan kamu dan bisa buat kamu bahagia. Silahkan.. Tapi, kamu harus inget, aku sayang sama kamu. Dan aku gak akan ngelupain kamu." ucap Lili. Marcel berdiri hendak pergi keluar dari kamar Lili.
"Aku mohon jangan temuin aku ya? Aku takut gak bisa ngelupain kamu. Karena aku juga butuh bahagia." ucap Marcel tersenyum kecut. Lalu mencium bibir Lili sekilas. Lili menangis, bukan karena perlakuan Marcel yang tadi. Tapi, karena perpisahan itu.
Marcel tersenyum manis.
"Hay, salam kenal ya." ucap Marcel seolah-olah mereka baru berkenalan. Marcel pergi meninggalkan Lili.Lili menangis, ia tak bisa mendam semua ini sendirian. Ia tak sanggup bila harus hidup tanpa Marcel, apalagi Marcel memutuskan untuk tidak mengenal Lili. Lili sakit hati dan butuh teman curhat.
Lili sedang terbaring di di kasurnya. Lili sedang demam. Ini sudah Larut, Tapi Lili masih saja menangis. Tak lama terdengar suara pintu terbuka. Dan ternyata itu David yang masuk ke kamar Lili.
"Dari tadi siang lo gak keluar kamar? Lo kenapa?" tanya David. Lili cuma geleng-geleng kepala bertanda bahwa ia tak apa-apa.
"Mau jadi limbad lo? Makan dulu nih." ucap David menyodorkan makannan yang ia bawa. Tapi, Lili malah peluk David. David sudah terbiasa dengan hal ini. David tau kalau adiknyaitu sedang galau.
"Lo ada masalah?" tanya David.
"Kak.." Lili menangis dipelukan David.
"Lo kenapa? Gue gak bakalan tau lo kenapa kalo lo gak cerita sama gue!" kesal David.
"Marcel kak."
"Dia kenapa?!" kesal David. Lili mulai bercerita kepada David tentang kejadian siang tadi. David pun paham dengan keadaan mereka.
"Li, kalo jodoh gak bakalan kemana kok. Keputusan si Marcel udah bener, dia gak mau sakit hati lagi karena kelakuan lo yang masih bocah itu."
"Terus, aku harus gimana kak?" tanya Lili.
"Coba hidup baru. Lo harus coba hidup tanpa dia."
"Kayaknya aku gak bisa kak."
"Waktu Darent aja lo bisa? Masa Marcel gak bisa?"
"Itu beda kak."
"Sama-sama cowok yang lo sayang kan?" Skak math.
"Aku coba kak." ucap Lili nyerah.
"Ohiya Li, kata mamah besok pagi lo harus ikut sama mereka." ucap David.
"Ikut kemana kak?"
"Ya ketemu sama jodoh lo. Gue juga ikut kok." ucap David. Lili menghela nafasnya.
"Beneran ya kak aku dijodohin? Aku mimpi kali kak." kesal Lili cape dengan semua ini. Marcel mencubit pipi Lili.
"Sakit kak ih."
"Yakin ini mimpi? Udah tidur sana udah malem." perintah David.
"Iya."
-
Hari ini adalah hari yang paling menyeramkan sedunia, menurut Lili. Lili sekarang berada di sebuah Kafe Jakarta yang terkenal karena kemewahannya. Lili dan keluarganya sekarang sedang berada diruang VIP dan Lili memasang wajah datarnya.
Tak lama sahabat orang tuanya pun datang. Menurut Lili, wajah sahabat orang tuanya itu tak asing. Lili pernah melihatnya tapi Lili tak tahu melihat dimana.
"Ahh sudah lama Tak bertemu." ucap Mamah Lili.
"Iya. Ini anak kamu. Wah cantiknya." puji Tante itu dan Lili hanya tersenyum.
"Iya, anak kamu mana? Kok gak kelihatan?" tanya Mamah Lili. Papah Lili dan om itu hanya mengobrol tentang bisnis. David sedang memainkan ponselnya dan terlihat tengah senyum-senyum sendiri.
"Ah katanya dia telat, biasalah jakarta macet." ucap Tante itu.
Tak lama, pintu VIP itu terbuka dan nampaklah sesosok pria yang memakai tuxedo hitam dan terlihat sangat rapih. Lili tak asing dengan pria itu. Pria itu adalah pria yang selalu ada di sekitarnya. Lili kaget bukan main melihat kejadian itu dan mengetahui orang itu adalah
"Rafa?"
-
Segini cukup ya?
Next gak nih? Mau ending loh[SUDAH DI REVISI]
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempramental Boyfriend [COMPLETE]
Ficção Adolescente[Private di beberapa chapter. Jadi follow akun gua dulu sebelum menyimpan cerita ini di library?] Mepunyai pacar yang sangat over protektif, Posesif dan temprametal. memang sangat menyebalkan. But, dia itu orang nya penyayang, sesosok yang romantis...