Halaman Pertama

10.3K 712 31
                                    

Menatap punggung mungil itu adalah kesenangan tersendiri bagi Park Chanyeol. Berpura-pura menjadi seseorang yang bodoh demi mendapat perhatian si mungil kecintaanya itu sudah menjadi kebiasaan Chanyeol selama setahun belakangan ini.

Menatap lamat-lamat pada wajah manis itu adalah sebuah keharus bagi Chanyeol. Seperti oksigen yang harus ia hirup setiap detiknya agar ia tak mati kehabisan nafas. Melihat senyuman manis itu sudah menjadi candu bagi Chanyeol. Seperti zat adiktif yang membuatnya ketagihan.

"Baek, bisa ajarkan aku materi tadi?"

Wajah manis itu merengut padanya, menciptakan gelenyar aneh pada dada Chanyeol. Sesuatu dibalik tulang rusuknya berdebar hanya karena wajah mungil itu merengut imut padanya.

"Kau ini tak pernah memperhatikan guru ya?" Suara lembut itu terasa menggelitik pendengaran Chanyeol, membuat ia ketagihan untuk selalu mendengar suara lembut yang menghangatkan itu.

"Iya aku tak pernah memperhatikan guru, karena yang aku perhatikan hanya dirimu."

Chanyeol membatin sedang mata tak lepas menatap Byun Baekhyun di depannya.

"Aku tak mengerti apa yang di ucapkan para guru, jadi lebih baik tak perlu mendengarkan sekalian." Baekhyun mengerucut bibir mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Chanyeol.

Itu tahunya menciptakan gemas pada diri Chanyeol. Tangannya gatal ingin mencibit gumpalan daging kenyal yang berkumpul dibawah mata Baekhyun. Menggemasnya tak tahu malu untuk menuntaskan hasratnya pada daging kenyal berbalut kulit lembut itu.

Baekhyun mengambil beberapa buku serta tempat pensil miliknya, mendekapnya pada sebelah tangan sedang tangan lain menarik tangan Chanyeol. Menarik lelaki tinggi itu menuju perpustakaan.

Chanyeol tersenyum kecil saat melihat Baekhyun menarik tangannya.

Ia sudah terlalu hafal, Baekhyun pasti akan langsung mengajaknya menuju perpustaakan saat ia berucap tentang ketidakmengertiannya pada pelajaran.

Kini keduanya telah berada diperpustakaan. Baekhyun mengajak Chanyeol untuk duduk disalah satu meja kosong, duduk berdampingan membuat Chanyeol berdebar.

"Aku akan mulai menjelaskan pelajaran tadi padamu, jadi dengarkan, oke?" Chanyeol hanya mengangguk sebagai jawaban untuk si mungil itu.

Ia memperhatikan, tidak bukan memperhatikan pada pelajaran yang tengah dijelaskan oleh Baekhyun, melainkan pada bibir mungil yang tengah berceloteh itu.

Memperhatikan bibir mungil merah itu bergerak mengikuti setiap ucapan yang keluar dari si empunya, mendengarkan suara lembut itu lama-lama.

"Baekhyun adalah simbol keindahan bagiku, simbol kebahagiaan bagi diriku."

e)(o

Bel pulang sekolah berdering dengan kencang, membuat para siswa/i berseru senang. Tapi tidak dengan Chanyeol.

Waktu pulang sekolah adalah waktu yang paling menyebalkan bagi Park Chanyeol. Itu artinya ia harus menunggu hari esok untuk bertemu dengan Byun Baekhyunnya.

"Baek kau akan langsung pulang?" Chanyeol bertanya sedang bulat matanya menatap Baekhyun.

Si mungil mengangguk terlampau banyak, membuat rambut coklat madunya bergerak seirama dengan sipemilik rambut.

Chanyeol mendesah kecewa dalam diam. Ia berpikir sejenak sebelum sebuah ide cemerlang mengisi otaknya.

"Bagaimana kalau kita pergi ke kedai es krim terlebih dahulu? Kau mau?"

A Second For Love 《ChanBaek》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang