"Apa dia baik-baik saja?" tanya Ara tiba-tiba dengan nada khawatir.
Soonhae menghembuskan nafasnya kasar dan mematikan rokoknya.
"Apa pentingnya keadaannya untukmu?"
Ara menghela nafas dan enggan bertatap muka dengan Soonhae.
"Aku takut, jika kita menyiksanya sangat parah, Soonyoung akan menyalahkanku dan tidak mau kembali padaku"
"Kau masih mengharapkannya?" Soonhae membalikkan tubuh Ara untuk menatapnya. Ara hanya menunduk lalu mengangguk lemah.
"Jika memang kau ingin memiliki Soonyoung seutuhnya, kenapa kau tidak musnahkan saja laki-laki jalang itu? Sehingga Soonyoung tidak ada waktu lagi untuk menemuinya!" bentak Soonhae, bahu wanita itu naik turun.
Ia tak mengerti kenapa Ara masih mempunyai belas kasihan pada Jihoon yang jelas-jelas sudah merebut suaminya.
"Biarkan aku membantumu memiliki Soonyoung seutuhnya"
"Tidak!" Ara berjalan mendekat ke Soonhae dan menggenggam tangannya.
"Aku hanya meminta tolong padamu untuk membawanya kemari. Setelah itu, Jihoon milikku sekarang"
Ara mengeluarkan amplop coklat tebal dan memberikannya ke Soonhae.
Soonhae menatap amplop itu lalu menatap Ara.
"Aku akan menyerahkan jalang itu padamu, tapi beri aku kesempatan bertemu dengan anakku untuk terakhir kalinya" perkataan Soonhae dibalas senyum dan anggukan dari Ara.
"Baiklah"
--------------------
Jihoon menelan ludahnya sendiri. Ia kehausan dan kelaparan. Sudah 3 hari ini ia tak diberi makan. Hanya satu gelas susu dan itupun diberikan dengan cara paksa.
Jihoon ingin menangis, tapi ia rasa itu tak akan bisa membebaskannya dari sini. Ia merindukan Soonyoung.
Ada rasa putus asa di hatinya kala laki-laki sipit itu tak datang untuk menolongnya saat ini.
"Sampai kapan lagi aku harus menunggu?" lirih Jihoon.
Bibirnya pucat dan kering, warna hitam di bawah matanya sangat jelas. Dan jangan lupakan warna memar pada pipinya karena selalu mendapat tamparan dari Soonhae, wanita yang mengaku sebagai ibu kandung Soonyoung.
Suara tawa tiba-tiba terdengar dan semakin mendekat.
Soonhae bersama seorang laki-laki bertubuh tegap berjalan ke arahnya dan berdiri di depan tubuh Jihoon.
"Apa menurutmu dia manis?" tanya Soonhae pada laki-laki itu.
Laki-laki itu tampak menatap wajah Jihoon intens. Tapi Jihoon tak menghiraukannya dan malah membuang muka.
Menurut Jihoon laki-laki yang berada di depannya sekarang memiliki wajah yang tampan, bulu mata yang lentik dan jangan lupakan bibirnya yang merah menggoda itu.
Tapi tetap, hanya Soonyoung yang bisa membuat hatinya berdebar saat menatap wajahnya yang tampan dan juga menggemaskan itu.
"Sudah berapa lama kau berada disini, laki-laki manis?" dengan berani laki-laki itu berjongkok di depannya dan mencolek dagu Jihoon.
Dengan gerakan cepat Jihoon menggigit jari telunjuk laki-laki itu.
"Aw!" ringisnya.
"Baiklah Seungcheol-ssi, kau bisa melakukan apa saja dengannya. Aku tidak akan mengganggumu" senyum manis Soonhae lalu meninggalkan mereka berdua.
Jihoon membelalakkan matanya mendengar perkataan Soonhae. Ia menatap laki-laki itu yang bernama Seungcheol.
Seungcheol masih berjongkok didepannya sambil tersenyum manis kearahnya.
"Kau mau bermain denganku?" tanya Seungcheol seduktif.
"Cih" Jihoon memutarkan bola matanya dan menatap ke arah lain.
"Bagaimana caramu bermain denganku sedangkan tangan, kaki dan tubuhku tidak bisa digerakkan sama sekali?" balas Jihoon dengan nada tinggi.
"Dan aku juga tidak tertarik bermain denganmu" sambungnya.
Seungcheol hanya tertawa mendengar ocehan Jihoon yang dianggapnya menggemaskan itu.
Ia mengarahkan mata Jihoon agar menatap mata indah Seungcheol.
"Kau tidak akan lari kemana-mana, Jihoon. Karena sekarang kau adalah milikku"
Seungcheol mencium bibir Jihoon dengan ganas. Jihoon menutup matanya rapat dan juga mulutnya.
Tubuhnya sama sekali tidak bereaksi apa-apa dengan ciuman Seungcheol yang bersifat sangat memaksa.
Seungcheol berusaha masuk ke rongga mulut Jihoon dan mengeksplor benda-benda di dalamnya. Tapi Jihoon terlalu keras kepala dan enggan membuka mulutnya.
Tangan Seungcheol tidak tinggal diam, ia mulai menyentuh area sensitif Jihoon. Memasukkan tangannya ke dalam kaos kebesaran Jihoon dan memilin-milin nipple laki-laki manis itu.
Dengan susah payah Jihoon menahan suara desahan yang hampir keluar dari kerongkongannya. Airmatanya sudah mengalir satu persatu dari mata sipitnya.
Jihoon terus teringat wajah Soonyoung yang selalu berkata kalau dirinya hanya milik Soonyoung. Hanya boss nya itu yang boleh mengecap rasa manis dari dirinya.
Tapi apa? Buktinya Jihoon sendiri yang tak bisa menjaga ucapan Soonyoung.
Lebih baik Jihoon mati daripada membiarkan Soonyoung mengetahui dirinya yang sedang dicumbu oleh orang yang tak dikenalnya.
Seungcheol melepaskan ciuman sepihak itu. Tangannya mulai nakal mengelus-elus benda yang ada diantara selangkangan Jihoon.
Jihoon laki-laki, yang menyukai sesama jenis. Tentu saja hal kotor yang dilakukan Seungcheol membuat insting bermainnya hidup.
Ia mengutuk dirinya sendiri karena sekarang celananya terasa sangat sempit akibat perlakukan Seungcheol yang mulai memijit kemaluannya dari luar.
Jihoon menggigit bibirnya hingga terluka. Kakinya sudah menendang-nendang tak tentu arah. Airmatanya juga sudah membanjiri wajah pucatnya. Ia tersiksa dengan ereksinya sekarang.
Bibir Seungcheol mencium kasar leher Jihoon dan meninggalkan bekas merah-keunguan disana.
Tangisan Jihoon semakin menjadi-jadi saat Seungcheol akan membuka baju dan juga baju Jihoon.
Brak!
"Hentikan sekarang, atau aku akan membunuhmu"
-----------------
Sifat kerdusnya mas Seungcheol cocok soalnya, jadi milihnya dia deh.
Sudahlah, aku tak ingin berbacot ria.
AWAS LUPA VOTE & COMMENTNYA!!🔪🔪🔪🔫🔫🔫
See u~~~~~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
SYNDROME (SoonHoon)✔
Fanfiction25/05/18 #1 - howoo 💛 27/05/18 #217 - Fanfiction💛 YOU'RE MY HEALER AND KILLER. WHICH ONE SHOULD I CHOOSE? •Sembuh dengan cara menjauh? "Tapi dia obatku" •Sembuh dengan cara mendekat? "tapi dia adalah penyebab penyakitku" ~SYNDR...