Kinal menatap lurus pada jalanan yang cukup ramai. Di dashboard mobil sudah tertumpuk oleh berkas-berkas beratas namakan Steve Augusto yang dia kumpulkan dalam waktu 2 minggu lebih. Mulai dari nama, orang tua, pekerjaan hingga kelakuannya sudah tertata rapi dalam satu map berwarna coklat.
Mobil sedan hitam milik Kinal melaju membelah jalanan disiang hari bersama sang Papa, Freddy yang duduk disebelahnya. Memerintah bawahannya untuk sekedar menggurus perusahan supaya dia bisa fokus untuk menyeret bajingan yang sudah berani melecehkan putrinya Freddy lakukan, tak mempedulikan apabila terjadi guncangan saham miliknya di bursa efek asia pasifik hingga menimbulkan kerugian yang pasti tak sedikit, Freddy abaikan begitu saja. Hatinya masih merasa pedih menggingat anaknya yang nyaris gila akibat kelakuan tak manusiawi menimpa putrinya.
Iring-iringan mobil polisi beserta sirinenya membuat para pengendara membuka jalan untuk iring-iringan berjumlah 10 mobil hingga memasuki jalanan yang menanjak dengan hawa yang mulai dingin. Pemandangan rindangnya pohon yang tumbuh tak menjadi penyemangat ayah dan anak ini, justru keduanya mati-matian menahan emosi yang nyaris meledak.
Menurut informan Kinal, hari ini Steve dan keluarganya sedang berkunjung ke Puncak dalam rangka acara ulang tahun Neneknya, bukan itu saja yang Kinal dapat, Steve juga dikabarkan akan melanjutkan pendidikannya ke Negeri Kincir Angin, Belanda. Tentu saja Kinal dan Freddy takkan membiarkan begundal yang telah menodai Veranda lepas begitu saja, keduanya akan mengejarnya hingga kelubang semut sekalipun.
"jika saja membunuh itu tak ada hukumannya, dia adalah manusia pertama yang ingin Papa bunuh"ujar Freddy menatap lurus pada jalanan yang semakin menanjak.
"bukan hanya Papa aja yang ingin membunuhnya. Kinal pun ingin menghabisin bajingan itu" kata Kinal tak mempedulikan bahasa yang dia keluarkan cenderung kasar didepan sang Papa.
Keduanya kembali terdiam sepanjang perjalanan hingga sejam kemudian sampailah rombongan polisi beserta Kinal disebuah villa mewah. Tampak di bagian halaman depan villa itu telah terdapat 5 mobil yang terparkir rapi tanpa penjagaan.
Tanpa perlu diberi komando, para polisi mulai turun dari mobil masing-masing dengan senjata yang sudah siap ditangan mereka, diikuti juga dengan Kinal dan Freddy berjalan dengan langkah tegap dan raut wajah dingin.
Dua polisi sudah mengambil posisi tepat didepan pintu yang tertutup, dibelakang mereka juga telah bersiap 5 polisi lainnya yang saling berpandangan dan mengganguk pertanda telah siap sedia untuk menangkap buruan.
BRAK
"jangan bergerak !"
Sontak terdengar suara teriakkan panik dari orang-orang di Villa mewah itu saat melihat beberapa polisi mulai masuk dan menangkap Steve yang sedang duduk santai diruang tengah.
"apa-apaan ini!! Kalian apakan anak saya hah!!?" kata Papa Steve tak terima anaknya dalam kuncian 3 polisi sekaligus.
"dia ditahan atas kasus pemerkosaan anak saya!"
Semua keluarga Steve beserta neneknya menoleh kearah pintu ruang tamu dimana Freddy dan Kinal menatap bengis pada Steve yang terlihat menunduk ketakutan.
"P-Pa Freddy pasti bercanda bukan? A-anak saya tidak mungkin seperti itu! D-dia anak yang baik Pa" kata Papa Steve yang tak percaya dengan apa yang dikatakan Freddy.
Kinal menatap 3 polisi yang menahan Steve untuk membawanya kehadapan Kinal dan Papanya.
"anak saya mau kalian bawa kemana hah!!" kali ini Mama Steve yang angkat bicara setelah diam beberapa saat karena syok Polisi yang membawa Steve hanya diam.