7 Mei 2018

685 89 45
                                    

"Hinata!"

"Oi, Naruto!"

Kedua sekawan itu saling menyapa di peron di jalur kereta yang menuju Jakarta Kota. Tumben sekali Naruto naik kereta dari Stasiun Citayam, karena biasanya ia naik dari Stasiun Cilebut.

"Nat, mau minuman?"

"Eh?"

Naruto mengeluarkan botol minuman sari buah jeruk dari tasnya dan memberikan botol itu kepada Hinata. Hinata yang sedari tadi mengucurkan keringat menerima 'hadiah' itu dengan gembira.

"Terima kasih, Naruto!"

"Sama-sama, Nat. Kebetulan di rumahku ada banyak."

"Ngomong-ngomong, kamu tadi panggil aku apa?" Tanya Hinata.

"Nat? Kau tidak keberatan?"

Hinata tersipu. Apakah ini semacam 'panggilan sayang' ?

"Ti-Tidak! Silakan saja jika menurutmu panggilan itu lebih memudahkanmu," jawab Hinata.

Naruto tersenyum, membuat wajahnya semakin terlihat tampan. "Jika mau, kau bisa memanggilku dengan apapun!"

"Sendok?" Tanya Hinata sambil memiringkan kepalanya sedikit ke kanan.

"Lebih baik jangan itu, aku sudah 'kenyang'."

"Nar?"

"Itu lebih baik."

Naruto tersenyum puas. "Nar dan Nat terdengar seperti duo bandit kelas kakap, dan aku suka itu."

Hinata tidak merasa bahwa potongannya cocok untuk menjadi bandit. Kalau Naruto, 'kan, memang potongan bad boy....

Mata mereka tertuju pada sumber suara gujes-gujes yang ternyata adalah kereta yang ditunggu-tunggu. Seperti biasa, lautan manusia mengerumuni pintu-pintu masuk kereta dengan ganas karena dikejar waktu. Karena bila waktu telah berhenti, teman sejati hanyalah amal.

Saat pintu kereta terbuka, seperti biasa pula, terjadi kehebohan kecil. Penumpang yang akan turun menjadi tidak bisa turun karena penumpang yang akan naik sudah keburu naik terlebih dahulu.

"Duh, kita bisa-bisa tidak kebagian tempat!" Ujar Hinata dengan khawatir.

"Tenang saja, Nat! Cepat peluk aku!" Seru Naruto.

"Apa?!"

"Cepat peluk tasku!"

Dengan semakin menggilanya arus orang-orang yang naik-turun kereta, mau tidak mau Hinata menuruti usulan Naruto.

"Sudah, Nat?"

"Sudah!"

Naruto mempercepat langkahnya, membuat Hinata yang berada di belakangnya seperti terseret-terseret.

"Naruto! Pelan-pelan!"

"Kalau tidak begini, kita tidak kebagian kereta ini, Nat!"

Dengan sigapnya, Naruto yang berada paling depan menyibak berlapis-lapis orang yang menutupi pintu kereta. Hinata mengeratkan pegangannya pada tas Naruto, jika tidak, bisa-bisa mereka terpisah. Hinata berisiko tidak bisa masuk kantor tepat waktu.

Di dalam kereta, Hinata tergencet oleh banyak bapak-bapak, hingga pipinya yang tembam itu menjadi gepeng.

Dia sudah seperti ikan maskoki sekarang.

Peron Satu [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang