Heroine Casino Club
Barcelona | Spanyol - 11.15 P.M____
"Berengsek, aku kalah lagi!"
Kedua tangannya memukul meja kasino berulang kali, napasnya terengah-engah dengan wajah merah padam menahan amarah.
Dia adalah Violetta Dominic, wanita cantik yang seksi berusia 45 tahun, sekaligus seorang istri seorang pebisnis Real Estate serta perhiasan. Dia gemar berjudi dan memesan pria penghibur untuk melayani gairahnya.
'Semuanya kacau!' makinya dalam hati. Tetapi, ia tidak jera.
Bahkan, wanita yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda itu, meminjam modal besar kepada bandar untuk melanjutkan permainan.
"Aku pasti yang jadi pemenangnya!" Viole terkikik senang. Dengan gerak tubuh anggun ia duduk, sembari menikmati segelas wine.
"Kalian lihat 'kan? Aku sangat hebat dan selalu menang!" Walau sempat beberapa kali memenangkan permainan poker. Namun, wanita itu tidak ingin berhenti.
Dia terlalu serakah, tak pernah puas dan malah menambah jumlah taruhannya, hingga milyaran. Baginya, bermain poker sangat menggoda, menyenangkan, sekaligus seru!
Permainan poker bergulir hingga di penghujung jam satu malam. Tentu saja wanita itu sangat senang dengan kemenangannya malam ini.
Rasa senang yang merayunya untuk memasang taruhan dalam jumlah lebih besar lagi, lagi dan lagi.
Tak lama kemudian, beberapa orang mengelilinginya sambil bertepuk tangan.
"Aku ingin memasukkan taruhan enam milyar. Pasti malam ini adalah malam keberuntunganku!" pungkas Viole dengan binar mata senang, sambil tersenyum lebar. Membuat pengunjung lainnya berdecak kagum.
Semua orang tidak sabar melihat apa yang berada di balik kartu tertutup itu! Jika wanita itu memenangkannya, maka Dewi keberuntungan sedang berpihak padanya.
Akan tetapi, beberapa saat kemudian, Viole menganga dengan mata berkaca-kaca dan tangan gemetar.
Seketika, permukaan kulit wajah segar itu mendadak seputih kapas. Dia terduduk lemas. Setetes bulir bening meleleh membasahi pipinya.
Viole menyeka air matanya dengan kasar. Tidak mempedulikan puluhan pasang mata yang menatapnya penasaran.
Viole melempar kartu ke arah wajah sang bandar, dengan dipenuhi amarah yang membuat semua orang terkesiap kaget.
"Kau pasti licik dan mencurangiku, sampai-sampai aku kalah seperti ini! kau brengsek. Bandar kurang ajar!" maki Viole berteriak keras, sambil berdiri dan menggebrak meja hingga suaranya menggema.
Dengan permukaan kulit wajah merah padam dikuasai amarah, wanita berambut gelap dan bergaun hitam yang masih terlihat menawan itu, terburu-buru melangkah pergi menuju pintu keluar, dengan kedua kaki gemetar hebat dan berusaha kabur.
'Sial, sial, sial!'
Viole merutuk dalam hati dengan gigi bergemeletuk keras. Dia sangat kecewa dengan kekalahan telak ini.
Violetta Dominic menoleh ke arah belakang dan melihat dua orang bodyguard berpakaian serba hitam berpostur tinggi kekar menghampirinya dengan langkah-langkah lebar.
Viole hendak melarikan diri detik itu juga. Namun, kedua bodyguard menyeramkan membekuknya tanpa ampun. Menyeret Viole menuju lift untuk dibawa ke hadapan seseorang.
"Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Viole, sembari memberontak berusaha melarikan diri.
Dia menendang kaki salah satu bodyguard membabi-buta, menggigit lengan sang bodyguard dan semuanya percuma. Kedua pria berotot itu hanya terkekeh pelan, mengejek perbuatan Viole yang menggelikan.
Pintu lift terbuka. Mereka masih menyeret Viole dan berhenti di depan pintu megah bermaterial kayu.
Napas Viole menderu kencang dan tubuhnya gemetar karena ketakutan bercampur amarah.
Viole menghempaskan cengkeraman erat pada kedua sisi tangan dan merapikan rambutnya. Pancaran amarah masih terlihat membara dari sepasang matanya birunya.
"Brengsek! Jadi seperti ini kalian memperlakukan seorang wanita, hah? Sangat kurang ajar!" tukas Viole, sambil melirik sekilas ke bodyguard dan menghentakan kakinya ke lantai dengan kesal berulang kali, membuat kedua pria itu diam-diam tertawa mengejek.
"Ini adalah ruangan General Manager Casino. Tunggulah," pamit sang bodyguard dan berbalik pergi. Meninggalkan Viole yang di lilit perasaan bingung serta rasa penasaran.
Viole melangkah masuk dengan gerakan anggun ke dalam ruangan itu. Dagunya terangkat angkuh dan menatap orang laon dengan lirikan matanya.
"Silahkan duduk Nyonya Dominic. Kita akan bicara tentang hutangmu ke pihak bandar," ujar pria berperawakan setengah baya itu.
Namun, Viole malah membanting tas mewah miliknya dengan kasar ke atas meja, kemudian menatap pria setengah baya yang menjabat sebagai general manager dengan mata menyorot tajam.
Kini mereka saling berhadapan. "Aku tahu kalian mencurangiku. Aku menolak membayar hutang itu!" tukas Viole, membuat sang general manager terkekeh pelan.
Dia merapikan jasnya dan duduk bertopang kaki. "Apa kau memiliki bukti yang dapat dipertanggung jawabkan, bahwa kami telah mencurangimu?" Ia bertanya, dengan intonasi tenang dan berwibawa, tetapi tetap terasa mendominasi.
Viole lantas melebarkan matanya dan memilin jemarinya gelisah. Dengan keringat dingin membasahi wajahnya, ia membuang napas frustasi.
Viole tidak mampu berkata apa pun dan hanya sanggup menunduk malu.
"Mari kita bicarakan baik-baik. Hutang judimu selama tiga bulan sebesar, 420 milyar," ungkap pria itu memberitahu, kemudian ia mengamati Viole yang nampak kebingungan.
'Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebesar itu?' batin Viole menggumam gelisah. Tapi, sungguh Violetta Dominic merasa ragu telah kalah begitu banyak. Sial!
Dia menyandarkan punggungnya yang sekejap lemas, setelah mendengar nominal hutang yang memiliki jumlah fantastis dan menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, lalu menangis terisak-isak. Padahal, ia hanya berusaha untuk dikasihani agar hutang judinya bisa dikurangi.
"Nyonya dapat membayarnya dengan mengajukan jaminan apapun, asal sesuai dengan besarnya nominal hutang Anda," ujar pria itu memberi solusi.
"Jika nyonya tidak membayar atau melarikan diri ke luar negara ini. Maka dengan terpaksa, pihak kami akan memerintahkan seseorang untuk memburu nyonya. Mereka sangat keji. Bisa-bisa Anda kehilangan nyawa," ungkapnya menjelaskan panjang lebar, sambil tersenyum setelah melontarkan ancaman di balik nada suaranya yang sopan.
Mendengar itu, tubuh Viole gemetar ketakutan dan jantungnya berdetak kencang. "Jangan bunuh aku. Aku punya jaminna. A-Aku akan segera membayarnya dengan hal yang setimpal," Viole tergagap dan masih saja terisak. Derai air mata bergulir tidak henti membasahi pipinya.
Sementara itu sang General Manager, menyeringai. Tatapannya beralih kepada kamera cctv yang terpasang di sudut langit-langit ruangan tersebut.
Dia menganggukkan kepala pelan, mengindikasikan sedang memberi kode kepada seseorang yang berada di balik layar bahwa pekerjaannya hari ini telah terselesaikan.
Ikan menggigit umpannya dengan baik.
■■■■
TBC.Thx.Lee
Publish Ulang
09.09.24
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Strangers
RomantizmDark Romance 17+ ■■■■ DUANOVIC Romanov and LEONARDO Romanov Mereka ialah putera sulung dari Klan Romanov berusia tiga puluh tiga tahun. Satu-satunya klan mafia tertua di Russia. Menguasai jalur perdagangan ilegal dan pemilik casino club serta nigh...