Aku berkata pada Manis Kemuning kalau aku akan mengikutinya.
Dia menerimaku dengan tangan terbuka, tampak sangat senang melihat keputusanku. Tentu saja, salah satu alasan yang membuatnya tersenyum bahagia adalah karena akhirnya ia mempunyai pendamping dalam perjuangan tanpa akhirnya.
Aku tidak tahu sudah berapa lama ia berjuang, tetapi melenyapkan salah satu energi humanoid satu demi satu adalah seperti mengumpulkan butiran pasir di gurun pasir.
Aku mengerti. Ia sudah menunggu orang seperti aku yang bisa membantunya menyelamatkan dunia. Tidak, dia masih menunggu. Jika jumlah yang membantunya terus meningkat, maka menyelamatkan dunia akan berhenti menjadi mimpi kosong.
Aku melihat-lihat di kamarku.Ini akan menjadi kali terakhir aku berada di sini, dengan emosi yang mendalam mengisi hatiku. Kamarku sangat sederhana―di dalamnya hanya terdapat furnitur seperti meja rias warisan ibuku dan boneka yang agak aneh―tapi aku tertawa dan menangis saat melihatnya.
Haruskah aku meninggalkan surat kepada orang tuaku dan Karma?
... Tidak, mereka akan kebingungan dengan kata-kata terakhirku. Meskipun mungkin benar di mata mereka.Aku memutar kunci dari laci atas mejaku dan mengambil sebuah liontin.
Manis Kemuning mengatakan padaku bahwa aku perlu memakai sesuatu yang sangat aku sayangi. Ketika aku meminta alasannya, ia menjelaskan bahwa aku memerlukan tanda penyesalan. Aku mengerti, bisa saja aku tidak sengaja terjebak di sisi lain dari dunia ini kecuali ada sesuatu yang menghubungkanku ke dunia ini. Untuk menjadi seperti Kemuning, aku akan membutuhkan sesuatu seperti itu.
Aku mengenakan liontin itu ke leherku.
Aku tidak akan bimbang lagi.
Aku berjalan menuruni tangga dan memakai sepatuku di pintu masuk.
"Silvia, mau pergi kemana?" Ibuku bertanya dari dapur tanpa menunjukkan sosoknya.
"Ke tempat yang agak jauh."
Dengan kata-kata ini, aku membuka pintu.
***
Sekarang, energi humanoid dan manusia terlihat hampir sama, tapi aku masih bisa melihat mereka entah bagaimana caranya. Mereka, para energi humanoid itu tidak memliki arah atau tujuan, sehingga mereka tetap tinggal di satu tempat, mereka menggumamkan sesuatu meskipun mereka sendirian, dan sementara mereka sedang berbicara dengan diri mereka sendiri, raut wajah mereka tidak berubah sedikit pun.
Mendatangi beberapa makhluk yang tampak seperti energi humanoid, aku menuju ke tempat mereka berdiri.
(Kenapa kamu mencampakkan aku! Kamu bilang kamu mencintaiku!)
(Aku tidak punya teman. Aku tidak perlu hidup.)
(Seandainya aku tidak memandangi pantat seorang gadis seksi, mobil yang sedang aku tumpangi bersama keluargaku tidak akan menabrak mobil lain dan kami tidak akan mati. Kecelakaan yang sangat konyol!)
Di antara mereka ada salah satu pria paruh baya:
(Kenapa kamu memecat aku! Apa kesalahan yang telah aku perbuat!)
Rupanya ia bunuh diri setelah kehilangan pekerjaannya.
"Halo," sapaku, untuk pertama kalinya berbicara dengan energi humanoid.
Bunuh diri setelah seseorang gagal dalam pekerjaan tidaklah jarang, tapi wajahnya agak menyerupai ayahku.
(Kamu dapat melihatku?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunuh Diri
Misterio / SuspensoIa tergeletak tak bernyawa tidak jauh di depanku. Darahnya berhamburan ke setiap sudut lantai. Tidak seperti bunga, yang dikatakan indah meski setalah berhamburan, ia tak menampilkan emosi sedikit pun pada wajahnya. ―Benar,saat itu Dia bertabura...