9. Gimana Rasanya Jauh Dariku, Ben?

10.6K 1K 18
                                    

Hai guys... Olivia comes back ya...

Mohon maaf lama update-nya.

HAPPY READING!  💘💘💘

🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇🎇

Mereka berpisah dengan Tamara dan Kimberly jam 2 siang dengan janji pertemuan khusus mereka bertiga di akhir minggu. Calvin meminta - ralat, memohon dengan mata yang memelas - untuk main di Kidzania. Tanpa ragu Olivia mengiyakannya dan menyerahkan tas di pundaknya kepada Ben. Olivia menggunakan gendongan hipseat untuk menggendong bayi berusia 9 bulan yang tertidur pulas itu.

Calvin puas bermain hingga jam 6 sore dan sebelum pulang mereka kembali mencari restoran untuk makan malam. Setelah selesai makan, mereka bertukar posisi. Ben menggendong Carmen dengan hipseat, sementara Olivia menggandeng Calvin. Anak itu sudah mengantuk tapi dia bisa bertahan sampai tiba di dalam mobil.

Di dalam mobil, Olivia baru tersadar tentang mobilnya. "Mobilku gimana, Ben?"

"Tadi sudah diantar Hendra ke kantor. Lebih aman disitu," jawab Ben sambil memangku Calvin yang hampir tertidur. Ya di dalam mobil, mereka bertukar posisi lagi. Sekarang Carmen berada di pelukan Olivia.

"Aku tidak seharusnya ikut ke rumahmu, Ben." Olivia menyandarkan kepalanya di jok mobil yang lembut itu.

"Nanti Calvin kecewa kalau kamu nggak ikut, Liv."

Calvin... bukan Ben, keluh Olivia. Memangnya apa yang kuharapkan? Hubungan mereka juga tidak jelas.

Mobil mengarah ke daerah Menteng. Olivia sangat kagum melihat rumah besar Ben dengan kolam renang di belakangnya. Dia baru tahu bahwa Ben juga memiliki sebuah kantor pengacara di daerah Kuningan. Ben bekerja di dua tempat. Pantas saja dia jarang terlihat di kantor.

Setelah Olivia selesai menggantikan baju Carmen dan menidurkannya di boks, sekarang giliran Calvin yang minta perhatiannya. Anak itu baru mau tidur apabila Olivia mendongengkan sebuah cerita pengantar tidur.

Setelah Calvin tidur, Olivia bersiap untuk pulang dan berniat memesan taksi online, tapi Ben berkeras untuk mengantarnya. Olivia terlalu lelah untuk menolak Ben. Hatinya juga ikutan lelah. Olivia tidak mengerti apa yang terjadi diantara mereka dan dia tidak enak untuk bertanya.

Setidaknya besok dia punya escape plan (rencana pelarian) dari Ben. Pesan singkat dari Beatrice memantapkan hatinya bahwa dia harus menjauh dulu dari Ben selama beberapa hari ke depan. Meeting dengan TV Surabaya di kantor mereka adalah tempat yang tepat untuk pelarian Olivia selanjutnya.

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Esok paginya Olivia sudah berada di bandara pada pukul 5. Beatrice memesankan penerbangan pertama baginya ke Surabaya. Olivia melirik handphone-nya dan sempat berpikir untuk mengirimkan pesan kepada Ben, tapi dibatalkannya. Dia berpikir untuk apa Ben tahu kemana dia pergi. Memangnya apa hubungan mereka?

Hampir sebulan sejak peristiwa Cannes, sejak sosok Ben mengganggu pikiran dan hatinya. Olivia sungguh tidak ingin terlibat ataupun terseret dalam permainan Ben tapi pesona kedua anak itu sudah memikat hatinya. Sepertinya memang Olivia sudah terseret dalam skenario Ben dan dengan bodohnya dia menurut.

Apa yang harus dilakukannya? Olivia menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berpikir jernih dalam keadaan lapar. Tiba-tiba ide konyol itu muncul di kepala Olivia yang kata orang jenius. Dengan segera dia mengirim pesan singkat kepada Tamara dan Kimberly di grup whatsapp mereka bertiga.

Olivia : Kumpul di Surabaya nanti malam. Hang out sampe besok.

Olivia : Gue tunggu!

Olivia tersenyum licik. Lagipula meeting dengan Surabaya TV hanya memakan waktu paling lama tiga jam. Harusnya besok dia sudah kembali ke kantor tapi rasanya dia perlu cuti satu hari. Lagipula besok sudah hari Jumat.

TamTam : Siap. Pesawat gue jam 2an aja.

TamTam : @KimKim Lo gimana, Kim? Bareng gue ga?

KimKim : @TamTam Gue ke butik lo ya?

Olivia : Hotel JW Mariott, guys!

TamTam : @KimKim jam 12 lo udah harus di butik. Telat, lo bayar tiket!

@Livvy see you there!

KimKim : @TamTam baiklah, tuan putri!

@Livvy lo utang cerita ya. DETAIL!

Olivia : Iyeeeeeee .....

Olivia butuh sahabat-sahabatnya. Hanya Tamara dan Kimberly yang mengerti dirinya. Rasanya untuk saat ini pendapat mereka yang sangat Olivia butuhkan.

Dari bandara Juanda, Surabaya, Olivia langsung menuju hotel untuk beristirahat dan sarapan sebelum pihak TV Surabaya menjemputnya jam 9 pagi.

Handphonenya kembali berbunyi dan nama Beatrice muncul di layarnya. Olivia mengangkatnya dan suara gugup Beatrice terdengar.

"Mbak Liv, Pak Ben nyariin nih. Dia mau tahu Mbak Livvy ada dimana. Aku kasitau nggak ya?"

Olivia belum sempat menjawabnya, ketika suara di seberang berubah menjadi suara Ben.

"Lo dimana, Liv?!" tanyanya marah.

"Lagi meeting di luar kantor," jawab Olivia tenang.

"Iya, dimana? Kenapa nggak bilang-bilang gue?"

"Ben..." Olivia berusaha untuk tidak marah. "Emangnya hubungan kita apa ya? Kok gue harus lapor lo kemana gue pergi?"

Ben diam sesaat. "Lo kan Bundanya Calvin, jadi gue harus tahu kemanapun lo pergi! Kali aja Calvin nyariin lo."

Olivia menarik napas panjang lagi. "Kata siapa gue Bundanya Calvin?"

"Kata... kata Calvin lah..."

"Kalo gitu ntar gue lapor ke Calvin aja, bukan ke elo!" Olivia mematikan handphonenya dengan kesal. Sialan, sialan, sialan! Semua cowok sama aja. Enak aja lo main ngeklaim gue jadi Bundanya Calvin, enak aja lo bebas nyium-nyium gue, lo kira gue bego apa? Lo kira gue murahan?! Olivia menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

Handphonenya berbunyi lagi dan nama Ben muncul di layarnya. Dengan santai Olivia menggeser ke tombol merah. Tak lama kemudian pesan dari Ben muncul.

Ben : Jam berapa lo balik?

Olivia terkekeh sendiri. Berarti Beatrice tidak mengatakan bahwa Olivia ke Surabaya. Ben pasti mengira jawaban Olivia masih berada di Jakarta.

Olivia : Sabtu malam!

Ben : Sebenernya lo ada dimana, Liv?

Olivia : Rahasia! Ntar gue lapor ke Calvin aja!!!!!

Ben : OLIVIA!!!!!!

Olivia tertawa terbahak-bahak membaca pesan Ben yang penuh emosi itu. Bodo amat! Rasain lo! Olivia tidak membalas pesan Ben, dia malah segera mengganti bajunya dan bersiap untuk sarapan di lantai dasar.

Berkali-kali Ben mengirimkan pesan tapi Olivia hanya membacanya tanpa membalasnya. Dia tidak pernah bermaksud mengerjai Ben tapi dia hanya ingin Ben menyadari keberadaannya.

Gimana rasanya jauh dariku, Ben?

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa dong di VOMMENT ya....

See you in the next chap!

Love you all,

-def-

OLIVIA - Sang Belahan Jiwa (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang