Dua update sore ini, guys.
Jangan lupa yang di vote.
HAPPY READING! :)
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.05 pada waktu Ben berteriak keras di dalam ruangannya. Rasanya dia ingin membanting handphone dan menendang mejanya tapi rasanya tidak cool. Tidak cocok untuk seorang Legal Manager dan owner dari sebuah kantor pengacara terkenal seperti dirinya. Suara teriakannya saja sudah membuat beberapa orang yang kebetulan lewat di depan ruangannya menoleh dengan kaget, apalagi bila dia membanting atau menendang barang.
Ini semua gara-gara Olivia. Sifat emosional, kekanakan, egois tingkat tinggi, cemburu dan semua sifat jeleknya keluar hanya karena satu nama yang menyebalkan, OLIVIA. Tunggu dulu, kembali ke sifat jelek terakhir, CEMBURU? Ben mengernyit sambil menggelengkan kepalanya. Nonsense! Tidak mungkin! Impossible! Dia hanya kesal karena ada wanita yang tidak mengacuhkannya, padahal dia sudah pindah lantai demi wanita itu dan bermaksud menjadikan dia Bundanya Calvin. Apalagi yang harus kulakukan? Ben menggaruk kepalanya dengan kesal.
Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk dan Safina, sekretarisnya mengintip dengan takut-takut.
"Ada apa, Saf?" tanya Ben ketus.
"Maaf Pak, Pak Bima nunggu di lobi untuk makan siang bareng."
"Tumben," jawab Ben sinis. "Ya udah, aku turun sekarang. Makasih ya." Ben melewati Safina dan berjalan menuju lift.
Bima melambaikan tangannya untuk segera masuk ke dalam mobil Mercedes keluaran terbaru. Ben mengikutinya dengan buru-buru.
"Lo lagi naksir Olivia ya?" Pertanyaan Bima yang tiba-tiba itu membuat Ben kaget.
"Maksud lo?"
"Gue tahu tanda-tandanya orang jatuh cinta, bro!"
"Ngaco lo!"
"Trus kenapa lo tanya-tanya Olivia ada dimana? Sampe kacau gitu penampilan lo hari ini?"
"Gue nggak naksir sama Olivia. Kebetulan aja Calvin suka sama dia," jawab Ben sekenanya.
"Ya ya ya.... whatever lah!"
"Apaan sih lo?!"
"Gue mau kirim Olivia ke Bangkok besok untuk beli film horor. Tadinya gue mau suruh lo susulin dia tapi kayaknya lo nggak tertarik ya." Bima melirik Ben yang tidak berani menatap matanya. "Gue kirim anak buah lo aja, deh. Siapa namanya, Jefta?"
"Jefta sibuk! Gue aja yang nyusul!" cetus Ben tiba-tiba. Bima tertawa terbahak-bahak sambil membuka handphone-nya.
"Melissa, urus tiket Ben ke Bangkok besok. Sesuaikan dengan jadwal Olivia. Diskusikan dengan Beatrice." Tiga kalimat singkat dan jelas dari Bima kepada sekretarisnya, membuat Ben lega karena dia akan bertemu wanita menyebalkan yang selalu mengganggu pikirannya.
Bima segera menekan nomor lain tapi kemudian sambil berdecak kesal, Bima berkata, "Satu-satunya orang yang berani menolak teleponku adalah Olivia."
Tak lama kemudian, handphone Bima bergetar dan sebuah pesan datang. Dengan kesal Bima menunjukkan pesan itu pada Ben.
Olivia : masih meeting, bos! Ntar malam aja ya! sorry!
Ben tertawa terbahak-bahak sambil menepuk-nepuk bahu Bima. "Sabar ya..."
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Olivia sedang asyik tertawa-tawa bersama Tamara dan Kimberly di sebuah restoran di salah satu mall di Surabaya. Mereka sedang menikmati makan malam yang sangat terlambat karena keasyikan berbelanja. Pada saat itulah nama 'Big Boss Bima' muncul di layar handphonenya.
Shit! I forgot to call him! (Sial! Aku lupa meneleponnya!) keluh Olivia.
Dengan iseng Kimberly merebut handphone Olivia, menekan tombol hijau dan speaker kemudian meletakkan handphone itu di tengah meja.
"Livvy... gimana rapatnya?"
"Beres Bos," jawab Olivia ogah-ogahan. "Mereka beli tiga program kita. Departemen Legal mereka akan mengirimkan dokumennya hari Senin ke kantor kita, Pak."
"Good job, Livvy! That's my girl!" (kerja bagus, Livvy. Itulah gadisku!) Mendengarnya Tamara dan Kimberly menyemburkan tawa mereka.
"Makasih, Pak!"
"Kalian menertawakanku ya?"
"Tidak Pak!" jawab Olivia lagi.
"Aku tahu kau sedang bersama Tamara dan Kimberly, Liv."
Mereka bertiga saling berpandangan. "Kok Bapak tahu? Bapak taruh alat pelacak di tas saya ya?"
"Heee... sembarangan! Kamu nggak boleh mabok, Liv!" teriak Bima dari sebelah sana. "Soalnya besok pagi kamu harus berangkat ke Bangkok. Pesawat jam 10 pagi. Details akan dikirim oleh Beatrice. TITIK!"
Olivia mengira Bima sudah memutuskan pembicaraan mereka sehingga dengan marah-marah, Olivia berkata, "Bener-bener nih si Bima ya main nyuruh gue ke Bangkok aja. Dia nggak tahu apa gue benci banget sama tuh negara. Masa' gue pernah disangka banci sama salah satu banci di sana, gila nggak tuh? Gue, Olivia, yang seksi dan cantik gini disangka banci? Padahal semua aset gue nih asli! Sialan banget kan? Sekarang si Bima nyuruh gue ke Bangkok, dobel sial gue nih! Untung aja si Bima ganteng abis, coba kalo dia jelek, udah gue suruh dia operasi plastik!" Tamara dan Kimberly dengan sukses tertawa terbahak-bahak.
Olivia melanjutkan, "Pokoknya kalo gue nggak dapet bonus dari Bangkok, gue bakal kirimin banci kaleng buat godain si Bima! Biar rasa tuh orang!"
Tiba-tiba, "Mau bonus apa, Olivia yang seksi dan cantik?" Suara Bima bergema di meja mereka. Seketika Olivia menyembur milkshake yang diminumnya. Kedua sahabatnya kembali terbahak-bahak sambil memegangi perut mereka.
Wajah Olivia bak kepiting rebus dan untungnya Bima tidak bisa melihatnya. Sambil menetralkan rasa malunya Olivia menjawab, "Maaf Pak. Saya janji nggak akan kirim banci kaleng ke Bapak. Pissss!"
"Saya nggak marah kok karena saya bangga kamu anggap saya ganteng. Makasih ya Livvy dan saya yakin 100% lho kalo semua aset kamu itu asli!"
"Yaaa... Pak Bima yang terhormat! Bisa serius nggak?"
"Emang kamu minta bonus apa sih? Bonus awal tahun kemarin masih kurang? Mau apa? Mobil baru? Rumah? Atau apa?" tantang Bima dengan serius.
Dengan suara nyaring Kimberly menyahut, "Berikan suami ganteng dan kaya buat Livvy, Pak! Suami yang punya sperma bagus karena Livvy ingin segera hamil!"
"Yaaa Kimmy, shut up!" teriak Olivia.
"Mohon maaf, Pak. Abaikan apapun yang Bapak dengar barusan. Good bye!" Olivia segera mematikan handphonenya dan terdiam sejenak. Seketika Olivia tertawa lagi yang diikuti oleh kedua sahabatnya.
Sumpah deh, restoran itu heboh oleh ulah mereka bertiga.
Setelah mereka puas tertawa, Olivia bergumam, "Seandainya saja ada bonus sebagus itu..." Senyum bahagia tercetak jelas di wajah cantiknya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Semoga pada suka ya dengan kisah ini.
Love you all,
-def-
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA - Sang Belahan Jiwa (TELAH TERBIT)
RomansaSUDAH KELUAR DALAM VERSI E-BOOK DAN CETAK https://play.google.com/store/books/details?id=_CWKDwAAQBAJ THE ANGELS SERIES book #1 (Beberapa part sudah dihapus) 18+++ (KHUSUS UNTUK DEWASA) Sejak orangtuanya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat, Ol...