Fleur (Oneshot)

229 10 0
                                    


Fleur

-OooO-

.

.

Pair: Suho/Lay.

Warning: AU. Yaoi.

Disclaimer:

Cerita © uniquegals

uniquegals™

2013©

.

.

.

a/n: terima kasih kepada author uniquegals yang sudah mengizinkan ff sulaynya direpost dan diedit seperlunya oleh saya ke platform wattpad. Link asli:

https://www.fanfiction.net/s/9029977/1/Fleur

Silahkan memberi review dan apresiasi ke author aslinya juga

.

.

.

Bunyi kicau nyaring burung-burung yang bebas melesakkan sayapnya di atas pohon Ek itu menjadi melodi pembuka aktivitas warga Seoul di pagi hari. Mengusik, namun mengalun merdu.

Pohon Ek besar itu berdiri gagah seorang diri. Dengan ditopang akarnya yang kuat, serta dipenuhi dedaunan yang tumbuh lebat, memberi suasana rindang dari teriknya sang matahari yang menyala terang di atas ubun-ubun kepala. Dedaunan kering terlihat berserakan mengelilingi sekitarnya. Sementara sosok pria tua renta terlihat sibuk dengan sapu panjangnya, mengayunkan sapunya ke satu arah, lalu mengerahkan ceceran daun kering itu menjadi satu tumpukan besar.

Tepat di sampingnya, terdapat sebuah bangku taman tua berpoles kayu dengan pegangan tangan besi yang sudah mulai berkarat di beberapa sisi. Panjangnya kira-kira satu meter, cukup untuk menampung dua orang pria dewasa yang kini duduk nyaman diatasnya.

"Coba kau ulangi lagi kata-katamu."

Kalimat bernada perintah itu meluncur dari belah bibir satu diantara dua orang pemuda tadi, sayup-sayup menyela suara gesekan ayunan sapu milik sang bapak tua.

Pemuda yang satu lagi tampaknya belum ingin merespon lawan bicaranya. Jemarinya yang tergolong lentik untuk ukuran seorang namja itu bergerak membalik halaman buku tua bersampul putih yang bertengger ditangannya. Namun belum lama mata itu menulusuri paragraf yang tercetak disana, tangannya kini beralih menutup cover bukunya dan meletakkannya di pangkuan.

"Aku bilang," Pemuda itu mengawali, mengalihkan permata hazelnut-nya menatap orang disampingnya,

"Kalau kau ingin maaf dariku, belikan aku setangkai bunga."

"Kenapa harus bunga?" protesnya, "Kau ingin menghukumku? Masih marah soal anniversary itu? Astaga, aku kan sudah minta maaf!"

Si pemuda balas mendelik, "Ini bukan cuma soal anniversary," desisnya, "aku hanya ingin sekedar tahu bagaimana kau melambangkan rasa cintamu itu."

"Tapi aku tidak mengerti bahasa bunga, Yixing!" Pemuda itu membalas dengan sedikit geraman frustasi. Berharap orang yang dipanggil 'Yixing' itu akan berkenan hati meralat permintaan 'konyol'-nya.

Yixing tampak tak ambil pusing. Ia lebih memilih menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan,

"Kalau begitu..." ia bangkit berdiri, tak lupa menyambar bukunya tadi,

FleurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang