Rasa Yang Hilang

3.2K 154 6
                                    

Aku berjalan dengan lunglai menuju kamar perawatan dimana suamiku dirawat. Kubuka perlahan pintu kamar dan... terlihat Mas Daniel masih berbaring di sana.

Aku terdiam beberapa saat, menatap keadaan yang tidak berubah sejak seminggu lalu.

"Daniya, apakah itu kau?" tanya Eva seraya berjalan menghampiri lorong pintu.

"Iya," jawabku pelan.

Eva berdiri di depanku dan menatapku dengan tajam. Aku mencoba tersenyum dan berjalan melewatinya ke arah sofa.

"Sudah enakkan kakinya?... Btw, maaf kelamaan, kopinya jadi dingin deh." kataku sambil meletakkan kopi di atas meja.

Eva menghampiriku dan duduk disampingku. Dia menyampingkan badannya menghadapku lalu menatapku dengan pandangan aneh.

"Ada apa sih, Va?" aku menyergitkan dahi.

"Cerita dong!" ujarnya penasaran.

"Cerita apa!?" tanyaku bingung.

"Ayolah, Dan. Aku tahu kalian dibawah tadi bincang-bincang kan?..." ucap Eva merengek.

"Iya, memang! Trus, kenapa?... Nggak ada yang aneh kan?..." kataku mencoba bersikap biasa.

"Daniya, aku tahu lho, perasaannya Nakazato san kepadamu!" cetusnya.

Aku terkejut dengan ucapan Eva barusan. Tapi, aku hanya menatapnya sejenak lalu melengos dan mengambil ponselku di dalam tas.

"Daniya! Nakazato san suka sama kamu kan?!" ujar Eva kesal karena aku tak menggubrisnya.

"Ssstt, Eva!" kataku seraya melekatkan jari telunjuk ke bibirku. Lalu menarik tangannya pelan dan berjalan ke luar ruangan.

"Jangan bicara hal itu di depan Mas Daniel, ok!" kataku dengan suara berbisik setelah menutup pintu kamar.

"Kenapa?... Mas Daniel kan masih...." Eva tidak berani meneruskan kalimatnya.

"Memang masih belum sadar! Tapi aku tidak ingin dia mendengar pembicaraan ini di alam bawah sadarnya. Kamu ngerti, Va?..." jelasku.

"Well....okay!" Eva mengangkat kedua tangannya dengan alis yang dinaikkan.

"Kamu tahu dari mana tentang perasaan Nakazato san?...." tanyaku kemudian. Kini gantian aku yang penasaran.

"Dia yang cerita padaku, Dan." jawab Eva singkat.

"What?!!" aku tak percaya dengan apa yang dikatakan Eva tadi.

"Yaa... tidak langsung tiba-tiba dia jujur menceritakan perasaannya padaku, Daniya!" ujar Eva dengan ketus.

"Ya, biasa aja dong!" ejekku mencibir.

"Habis, reaksi lo bikin gue senewen." ucapnya membalas mencibirku. Aku menahan geli melihat tingkahnya.

"Awalnya aku hanya meledek. "Iiih, Nakazato san tanya terus tentang Daniya. Jangan-jangan Nakazato san suka sama dia ya?... Ngaku aja deh! Nggak apa-apa kok! Aku kan sahabatnya." Aku bilang begitu ke dia pada saat ada perbaikan TV Cable di unitnya." cerita Eva dengan bersemangat.

"Karena kamu tahu, Dan! Nakazato san tuh kepo banget sama kamu. Setiap kali bertemu, entah itu kita sedang membahas unit baru, atau tandatangan kontrak, atau ada perbaikan di unit, pasti dia menanyakan kabar kamu! Dari situ aku lihat wajahnya selalu berseri-seri ketika dia mendengar cerita mengenai dirimu!" lanjut Eva.

"Dan ketika aku ledek begitu, tiba-tiba wajahnya menjadi sangat serius. Dia diam beberapa saat.... Mungkin tadinya ragu untuk bicara, tapi akhirnya dia mengatakan bahwa dia sangat mengkhawatirkan dirimu." Eva menceritakannya dengan penuh ekspresi.

My husband My PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang