Ini adalah hari pertama ku menginjakan kaki di tempat kelahiran ayahku. Sudah ku duga tempat ini sangat mencerminkan karakter ayahku yang sangat tegas dan keras. Karena tempat ini lah yang telah menempa ayah ku selama bertahun tahun lamanya.
Angin malam menyibak sedikit rok panjangku, genit menyapa pendatang baru. Aku sudah memutuskan untuk tinggal di sini lebih lama, selain untuk mengenang ayah ku yang telah berpulang ke pangkuan-Nya, perjalanan utama ku kemari adalah untuk menemukan alasan dari kematiannya. Keluarga besar ku tak menyadari ada suatu kejanggalan dengan kematian ayahku, tapi aku, anak semata wayang dari Surya Angkasa tak akan terkecoh oleh taktik murahan yang dilakukan oleh pecundang yang telah menjadikan ayah ku kambing hitam.
Kenangan-kenangan indah bersama ayah bermunculan bersamaan dengan air mata yang tak terbendung. Deras nya air mata yang keluar dari pelupuk mata membuat dadaku semakin sesak. Aku tak lagi merasa jika kakiku menginjak tanah, seakan terbawa oleh arus bayang-bayang masa laluku. Di sekitarku hanya ada kegelapan, setelah sepersekian detik kegelapan itu akan berubah menjadi cahaya yang menyilaukan, di cahaya itulah aku melihat dengan jelas semua kenangan indah. Bukan hanya ada satu cahaya yang menampilkan masa laluku, ada puluhan bahkan tarusan. Dan entah mengapa aku bisa melihat seluruh kenanga itu secara bersamaan.
Sosok ayahku bukan sesosok ayah yang selalu ada untuk menemani, karena ayahku adalah pendiri perusahaan Angkasa Spacecrafts yang kini gedung-gedungnya menjadi sorotan dunia. Siapa yang tak mengenal Angkasa Spacecrafts yang telah berkontribusi banyak dalam industri penerbangan dunia? Salah satu karyanya yang menggemparkan seluruh industri penerbangan adalah Lockheed Martin F-25, yang merupakan jet tempur termahal yang ada saat ini. Siapa yang tak tahu Angkasa Spacecrafts? Yang nama nya saja seterkenal nama negaranya.
Meski ayah super sibuk dengan pekerjaannya, ia merupakan sosok yang bertanggung jawab atas anak nya. Setiap ada kesempatan ayah akan pulang dan melihat kedaan anak semata wayang nya. Mengajakku bermain sebentar dan kembali meninggalkanku. Waktu yang sangat sempit tidak membuatku bersedih, karena aku tau sebesar apa kasih sayang ayah kepadaku.
Tiba-tiba mata ku terfokus kepada kenangan yang sangat menyakitkan jika aku mengingat nya setelah kepergian ayah. Itu adalah permintaan ayah yang sudah sering ayah minta dan permintaan yang sering pula aku tolak. Ayah ingin sekali aku memakai jilbab yang akan menutupi rambutku. Aku sangat tidak suka dengan pakaian itu, entahlah menurutku pakaian itu sangat tidak cocok untukku. Tiba-tiba handphone ku berdering, lamunanku pun buyar dan kaki ku kembali terasa menapak di tanah.
Mommy. Layar handphone memberitahukan siapa yang sedang menelpon.
"Sunny kau dimana? Kenapa handphone mu tak aktif seharian? Kau tahu orang-orang sedang kelabakan mencari mu?" Terdengar suara mommy disana. Logat bahasa indonesianya yang berantakan menyakinkanku, jika yang ada di sebrang sana adalah mommy.
"Bahkan Charlie tak tidur dan tak makan karena mencari mu. Kau dimana? Kau tidak di culik kan?" Tanya mommy khawatir.
"Siapa yang mau menculik anak yang ayah nya baru saja bengkrut?" Aku menjawab dengan sinis.
"Kau jangan bercanda! Meski ayahmu bangkrut kau masih lebih kaya di banding dengan anak presiden. Cepat katakan kau dimana?"
"Indonesia."
"Oh god! Bukankah sudah mommy katakana untuk tidak pergi ke sana?! Cepat kembali! Jika tidak kau akan berada dalam masalah besar! Kau akan dianggap sebagai komplotan ayahmu, cepat kembali honey." Terdengar isak di seberang sana.
"I'm sorry mommy, I'm sorry." Aku memutuskan sambungan telpon.
*****
YOU ARE READING
A N G K A S A
General Fiction"Yang membuat mu indah adalah diri mu yang sulit aku jangkau" -Sunny- "Silau mu membuat mata ku terus terjaga menatapmu" -Angkasa- Berawal dari kematian ayah nya yang di rasa janggal, Sunny pulang ke Indonesia, kampung halaman ayah tercinta untuk me...