Part 01

2.5K 187 62
                                    


Love is..

finding the missing piece





🕊🕊🕊





Hina memegang susu pisang yang sudah diminum setengah beserta kresek belanjaan tergantung di lepitan tangan kanannya, sementara tangan kirinya sibuk memegang ponsel.

Saking sibuknya melihat ponsel, dia sampai tidak melihat seseorang sedang membawa kardus di sebelahnya yang juga akan menuju tangga. Hina bertubrukan dengan kardus dan membuat minumannya terjatuh.

"Aduh!"

"Maaf, kamu ga papa?" tanya suara rendah seorang cowok yang ditabraknya tadi.

Hina melirik cowok yang tertutupi oleh tingginya kardus di tangannya itu, lalu berdecak. "Ga apa, aku juga yang salah. Maaf" ujarnya jutek. Mood baiknya hilang karena aktivitasnya jadi terganggu oleh cowok itu. Langsung saja Hina memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana dan berjalan naik ke flatnya setelah membuang botol minumannya yang jatuh.

Cowok tadi tidak ambil pusing dan melanjutkan kegiatannya untuk membawa kardus-kardus miliknya ke lantai atas.

"Nak, kamu ga sendiri lagi tinggal di pojokan, tetangga yang tinggal di sini sudah balik" ujar ibu-ibu bertubuh tambun menunjuk pintu flat yang tepat berada di sebalah flat milik Hina.

Hina menghentikan langkahnya yang akan menuju pintu flat miliknya lalu tersenyum ramah dan mengangguk ketika melewati si Ibu, "Semoga orangnya tidak menyebalkan ya, Bu"

Si Ibu selaku pemilik gedung hanya tersenyum melihat tingkah Hina yang memang sedikit tertutup.

Begitu sampai di dalam flatnya, Hina mengunci pintu dan menaruh belanjaan di atas meja dapur. Mengamati ruangan luas yang akan menjadi tempat tinggalnya.

Hina baru beberapa minggu tinggal di flat ini, kalau saja kakaknya tidak menikah, dia tidak akan capek-capek menyewa sebuah flat untuk ditinggali. Belum rela sebenarnya untuk tinggal terpisah dengan kakaknya, tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak mau menjadi beban bagi kakaknya itu, apalagi dari dulu Hina hanya tinggal bersama sang kakak yang selalu menemaninya, menggantikan sosok ayah dan ibunya yang sudah tiada.

Panggilan di ponselnya mengagetkan Hina yang hendak berjalan menuju tempat tidur di depan kamar mandi.

"Halo," sapa Hina mengangkat sambungan telepon dari temannya.

"Hina lo dimana sih? Gue cari ke apartemen tapi kata Kak Yuta lo tinggal di tempat lain" croscos Nancy yang pastinya udah mencak-mencak di suatu tempat.

"Sorry, liburan ini gue sibuk pindahan. Lo mampir sini deh, gue share lokasi" kekeh Hina merasa sedikit bersalah sudah tidak mengabari teman-temannya.

"Yaudah, gue kesana sekarang"

"Bawain makan,"

"Iye,"

Hina tertawa kecil dan mematikan sambungan teleponnya.





🕊





"Kenapa lo pake pindahan sih? Lebay" ujar Nancy dateng-dateng langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa kecil depan kasur yang menghadap TV.

"Ga enak gue tinggal bareng Kak Yuta lagi. Apalagi nanti pasti mereka bakalan punya anak, kamar di apartemen kan cuma ada 2" jelas Hina sedih.

Nancy berdecak lalu mengeluarkan barang bawaannya ke atas meja bundar dan pindah duduk ke bawah.

"Banyak banget Nan, lo mau gendutin badan?" heran Hina ngeliat berbagai macam makanan berminyak di atas meja, ditambah satu kresek lagi yang memperlihatkan logo toko roti yang pastinya berisi makanan manis.

(✔️) What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang