CHAPTER 9 MASALAH DAN NYAMUK

61 1 2
                                    

........

Sudah sebulan berlalu semenjak pertarunganku melawan Taraksa, anak-anak yang di tangkapnya telah kembali ke pelukan orang tua mereka masing-masing, suku serigala pun sudah berdamai dengan penduduk desa Daun dan mereka akhirnya memutuskan untuk hidup berdampingan sehingga lahirlah sebuah desa baru dengan nama Desa Daun Coklat.

Sebelumnya Aku sudah meminta Cakara untuk menyembunyikan identitas asliku kepada penduduk desa, dan mengarang cerita bahwa ada sesosok pahlawan berwujud Harimau Putih yang tidak sengaja lewat kemudian menyelamatkan kami semua, yang diterima-terima saja oleh para penduduk desa.

Setelah itu Aku meminta Cakara untuk melatihku, yang tentu saja langsung di terimanya.Aku tak ingin lagi besar kepala dan memandang enteng lawanku, aku sadar ternyata kemampuanku mulai melemah karena jarang latihan mungkin, ditambah lagi dengan Aura atau Warna Emasku yang sampai sekarang belum kembali sepenuhnya, entah apakah ini pengaruh dari Segel itu atau apa, intinya aku harus menjadi lebih kuat lagi agar suatu saat apabila terjadi hal yang berbahaya pada orang di dekatku, aku akan dapat menyelamatkan mereka. Aku berlatih bersama Cakara setiap memiliki waktu kosong, kecuali Ana dan Ani minta di temani bermain.

Sementara Airi sendiri yang ternyata tidak memiliki keluarga, kemudian menetap di rumahku, bersama Ana, Ani dan Ibu, sebagai menantu menurut Airi sendiri.Ibu hanya menerima hal tersebut begitu saja, mungkin Ibu mengira hal tersebut hanya permainan anak kecil saja.Ana dan Ani sendiri senang terhadap hal tersebut, ternyata mereka dari dulu menginginkan Kakak perempuan.Airi berkomunikasi dengan mereka menggunakan sebuah buku dan pensil.

Airi, perempuan biru yang menyebut dirinya sendiri itu bukan manusia dan sudah dewasa walau terlihat seperti seorang anak berusia 10 tahun yang bahkan tubuhnya sendiri lebih pendek dariku itu masih terasa misterius bagiku, ia selalu menutupi lehernya dengan syal biru miliknya, dan juga mengenai lonceng berbentuk bulan sabit di kakinya yang terasa sangat familiar bagiku.Sampai saat ini ia masih belum mau meberitahukanku perihal tersebut.

'Kumohon tunggulah, hingga saatnya tiba, akan ku ceritakan semuanya..'

Hanya itulah yang sering ia ucapkan melalui 'ikatan' kami sambil memasang senyuman yang terasa sedih itu.Yah, ada baiknya kalau aku menunggu hingga Airi sendiri yang menceritakan hal tersebut secara langsung.

Yah, kukira aku akan menikmati kehidupan yang menyenangkan ini lagi seperti biasa, namun ternyata aku salah, sebuah masalah baru muncul, masalah yang membuatku menjadi musuh Kerajaan Rimba.

..............

27 Juli 665

Hari itu nampak cerah, Setelah membantu Ibu di kebun, Ibu lalu menyuruh kami berbelanja di pasar, kebetulan para pedagang dari kota sedang singgah di desa kami. Setelah berpamitan dengan Ibu, Aku, Ana, Ani, dan Airi kemudian berangkat ke pasar.Tak lupa Airi membawa buku dan pensilnya guna berkomunikasi dengan Ana dan Ani, sebab hanya Aku yang bisa mendengar suaranya.

'Yep, karena hanya kau, Ikatanku yang bisa mendengarku, S-a-y-a-n-g~'

Ucap Airi tiba-tiba, ia tersenyum sambil mengedipkan matanya kearahku yang spontan membuatku sedikit merona.Aku memalingkan wajahku berusaha menutupinya.

'Ugh, berhentilah menggodaku seperti itu..'

Tawa kecilnya menggema di kepalaku,

'Bukankah Ibu telah menerimaku sebagai menantunya, sebagai ehem, calon istrimu iyakan, suamiku?'

Ugh, Ia kembali berhasil membuat wajahku memerah.

"Wajah Kakak kenapa sampai memerah begitu?"

"Kakak..sakit ya?"

GARUDA : kembalinya Sang PahlawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang