Letters to [Yaku]soku

740 107 42
                                    

Mappinu's present

-Letters to a Promise-
A LevYaku short story
Story ©mappinu
Haikyuu!! ©Haruichi Furudate
[1/1]

□ □ □

Pemuda berdarah Rusia itu senang. Memang bukan alasan sepenuhnya Nekoma menang karena posisinya sebagai anggota tertinggi, tetapi setiap anggota Nekoma membiarkan rasa itu menjalar di dalam hatinya. Kenma bilang sih, agar semangatnya tidak patah. Mungkin juga, Kenma yang meminta para pendukung berteriak kuat ketika Lev mencapai permainan puncaknya dengan seruan-seruan, "Bagus, bagus, Lev! Dorong, dorong, Lev!"

Pertandingan berakhir, Klub Voli Nekoma menguasai pertandingan ini. Dengan Lev yang dilempar-tangkap oleh segerombolan pendukung di tengah-tengah arena pertandingan, untuk pertama kalinya Lev merasakan puncak kebahagiannya dalam dunia voli---tanpa ia menyadari keluhan-keluhan pendukungnya yang terpaksa mengangkat tubuhnya yang amat besar dan berat.

Namun, ada satu hal yang belum membuatnya puas. Lev belum menulis surat baru untuk Yaku. Sesederhana itu isi benaknya. Dengan wajah sumringah yang dilengkapi senyuman lebar, Alisa---kakak perempuannya---sampai mengalihkan pandangannya ketika dirinya tengah mengemudi. Mereka berhenti ketika lampu lalu lintas berubah merah.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir, memastikan sang adik masih waras karena tak kunjung melucuti senyuman lebar penuh semangat itu dari wajahnya.

"Nee-chan, ini adalah wajah penuh kepuasan atas kemenangan hari ini!" sahut Lev sembari menunjuk wajahnya yang tak kunjung berubah ekspresinya. Alisa hanya meresponnya dengan senyuman kecil, sebelum perempuan berparas manis itu melanjutkan kemudinya.

Ketika waktu tidurnya tiba, Lev belum juga beranjak ke ranjangnya. Tangannya sibuk menggoreskan penanya pada kertas kuning dengan motif kucing-kucing kecil di ujungnya. Menulis rangkaian kata dengan tinta birunya, dan dikemas rapi dengan amplop biru dengan motif polkadot. Bahkan ketika ia membawanya ke kantor pos esok paginya, paman yang menerima surat tersebut menatap surat itu tak yakin.

"Badan saja bongsor, suratnya imut-imut begini." Ia diam-diam menggumam.

"Paman, apa ada surat untukku?" tanya Lev dengan wajah penuh harap yang dilengkapi senyuman lebarnya. Akan tetapi, pria tersebut mengendikkan bahunya acuh tak acuh.

"Mana kutahu. Periksa saja di kotak pos rumahmu sendiri."

Maka dari itu, Lev mengayuhkan sepedanya cepat-cepat kembali ke rumah. Menyapa kehangatan pagi Tokyo, menyapa semua tetangga yang dikenal maupun orang-orang asing yang ditemuinya.

"Haiba-kun, kudengar tim sekolahmu memenangkan turnamen voli kemarin? Selamat ya! Aku bangga sekali padamu!"

Lev mengangguk, menampilkan deretan gigi putihnya. "Kalau di lain waktu kami mengikuti turnamen lagi, Bibi harus menonton dan mendukung kami sekuatnya, ya! Dukungan Bibi akan sangat membantu!"

Tak lupa, Lev mampir dulu ke toko sayuran sesuai daftar belanja yang diberikan Alisa. Juga toko daging-dagingan yang letaknya tak jauh dari dari toko sayuran. Setelahnya, ia mengendarai sepedanya seperti orang kesetanan, apalagi ketika kotak pos biru bertulisan 'Haiba' yang terletak di samping pagar rumahnya tertangkap matanya.

Akan tetapi, lagi-lagi ekspresi itu yang ditunjukkan Lev. Hari ini adalah surat kelima yang dikirimnya, tetapi ia belum mendapat balasannya hingga saat ini. Dengan wajah tertekuk, ia memasukkan sepedanya dan memasuki rumah, kemudian memberikan semua pesanan Alisa.

Letters to [Yaku]soku ; [LevYaku Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang