- Ini masih pagi, bukankah lebih baik jika mereka memotong roti untuk sarapan daripada memotong ucapan lawannbicara? Stop. Lupakan.-
-.-.-
Stevanno melangkahkan kakinya di koridor sekolah dengan tempo yang sederhana. Statusnya sebagai anak pengusaha kaya yang unggul dalam bidang akademik maupun nonakademik membuat kepercayaan dirinya terus terpupuk subur.Seringai pupil matanya yang terkesan angkuh tak sedikitpun mengurangi kuota gadis yang secara sadar maupun tidak, terus memperhatikannya di sepanjang koridor. Laki-laki itu tidak akan terlalu memperdulikan. Jika hal itu difikirkan, hanya akan membuat selera makannya hilang seharian penuh. Bagaimana tidak?? Gadis-gadis itu seakan menjadi lupa jika ada Vanno. Iya lupa. Lupa diri, lupa berkedip, dan lupa cara mengatupkan mulut.
Dan yang membuat Vanno merasa sangat risih adalah, kamera kamera ponsel genggam mereka yang seakan secara otomatis akan terbuka dan siap membidik tiap gerakan Vanno jika Vanno ada di sekitar mereka. Sungguh perbuatan yang lancang. Tapi yasudahlah. Ia hampir faham dengan segala pola tingkah gadis yang ada di kehidupannya. Kebanyakan seperti itu memang.
Namun sikap berbeda ditunjukkan oleh para laki-laki. Mereka cenderung memasang wajah tidak suka. Mungkin sikap iri atau sebal karena tingkah Vanno. Wajar lah. Tapi lagi-lagi Vanno tidak akan memperdulikan hal itu. Huffft... ternyata menjadi ganteng tak segampang yang ia duga.
"Hheeii Vannoo... berhenti loo" teriakan melengking itu berhasil memecahkan segala konsentrasi para gadis untuk terus menatap Vanno.
"Lagi lagi tuh cewek" gerutu salah satu dari mereka.
Seorang gadis berambut coklat yang senantiasa terkucir itu kini mulai mengambil langkah panjang untuk menemui seseorang yang ada didepan sana. Vanno reflek menghentikan langkah kakinya. Sedikit menundukkan kepalanya, ia sudah mengetahui siapa pemilik suara menyebalkan itu.
"Huuft hufft" gadis itu menghentikan laju kakinya tepat dihadapan Vanno, ia sedikit menghirup udara dalam untuk memperbaiki nafasnya yang tersenggal.
"Lo bisa ga si buat ga cari gara-gara ama gua mulu? Emang lo ga bosen apa mah gue? gue aja bosen sama lo"
'Gadis itu mulai berbicara lagi' batin Vanno.
Vanno terdiam, memalingkan mukanya dari tatapan si gadis itu. Sebenarnya ia bisa saja kan tidak memperdulikan clometan gadis itu dan segera pergi, seperti yng biasa ia lakukan kepada orang-orang di sekitarnya. tapi.....
"Lo apaan sih, pagi pagi nyloteh ga jelas, nyuri kesempatan ama gue lo??" jawab Vanno untuk menimpali pembicaraan gadis itu. Ia menatap sebal gadis dihadapannya.Perlu diketahui ini adalah kalimat terpanjang Vanno di pagi ini.
"Ckck gausah sok kecakepan deh lo, udah deh sekarang balik lagi sama topik awal, elo kan yang udah naro mobil gue susang di depan gerbang kemaren? hmmh gasalah lagi. Lo tau, gara-gara tingkah lo itu gue di protes manusia satu sekolahan gara-gara mobil gue ngehalangin jalan".
"Siapa suruh lo nempatin tempat parkir gue hah??"
Gadis itu membulatkan matanya mendengar jawaban Vanno yang ia yakini sebagai alasan perbuatannya, sepele sekali.
"Eh Stevanno Alien Ner..."
"Allean."
"Terserah ya, bokap nyokap gue tuh nyekolahin gue disini juga bayar, yah suka-suka gue dong mo parkir dimana, orang tempatnya juga ga ada tulisannya kalo itu punya lo."
"Gue harus ngmong berapa kali sih ke elo, kalau perusahaan bokap gue itu donatur terebesar di sekolah ini,jad....."
"Perusahaan bokap lo itu cuma donatur, bukan pemilik nih sekolah, jadi lo gausah sok berkuasa deh. lagian apa kerennya sih perusaan bokap lo itu. Payah bgt." potong gadis itu cepat. Vanno mendelikkan matanya , untuk kesekian kalinya gadis itu mengucapkan demikian.
"Eh manusia panda, gue omongin lagi nih ya ama lo, perusahaan bokap gue tuh udah go publik lebih eksis drpada perusahaan punya bokap lo yg payah itu. Jadi lu gausah sok ninggi-ninggiin perusahaan lo deh, itu tuh jauh banget di bawah perusahaan bokap gue" tuntas Vanno, kali ini tatapannya fokus tertuju pada gadis itu. Seklumit bisikan merayap ke telinganya. Lagi-lagi Vanno menanggapi clotehan gadis itu, menjawab kecrewetannya dan ia tidak tau kenapa. Ia selalu bisa menahan dirinya untuk tidak banyak tingkah dan bicara ketika dengan banyak orang disekitarnya. Tapi tidak jika yang dihadapinya adalah gadis yg berpipi sdikit cembung ini, Vanno akan terus menjawab setiap omelannya dan berusaha untuk mengungguli pembicaraan. Yang ia pikir adalah, ia harus terlihat sangat pintar di hadapan anak pesaing papanya ini.
"Apa kerenya perusahaan bokap lo?? payah ke gituuu" balas gadis itu lagi untuk terus melanjutkan perdebatan pagi ini.
"apa-apan lo, asal lo...."
"Sttooppp, gue emang ga tau, dan jangan kasih tau gue. Intinya adalah lo harus berhenti buat ngejailin gue, karna pasti bakal gue bales, dan.."
"Jadi lo ngancem gue lagi?? coba aj.."
"Stooop. Ishh, gue blom slesai ngomong, coba dengerin gue omong dulu. Gini, dan lagi ya Stevanno sii Alien playboy yang banyak gebetan, lo ..."
" Untuk keseribu kalinya gue omongin ke elo kalo gue bukan playboy yang banyak gebetan kaya yang lo bilang."
"Bodoamat. Lo dilarang buat manggil manggil gue manusia panda lagi, karna panggilan lo itu ga beralasan. Yaa mungkin gue dulu suka fanatik gitu sama panda tapi gue sekarang ga gitu. Gue malah sebel am...."
"Shut Up!! Sekarang lo yang diem. Jangan banyak omong, jangan banyak gerak."
Terus saja seperti ini, katakan kapan mereka akan berhenti untuk saling memotong pembicaraan? Ini masih pagi, bukankah lebih baik jika mereka memotong roti untuk sarapan daripada memotong ucapan lawan bicara? Stop. Lupakan."Apaan mks..." Vanno menudingkan jari telunjuknya ke mulut gadis itu agar gadis itu mengatup mulutnya. Sedari tadi ia tidak pernah dibiarkan oleh mulut itu untuk mengucapkan sebuah kalimat yang utuh karena selalu saja dipotong.
"Udah lo diem pokoknya, kalau sampe lo gerak dikit, gue ngga akan tanggung kalau ada hal memalukan ketimpa ke elo. "
Vanno tersenyum dalam hati menyadari ide cerdasnya yang akan segera ia realisasikan. Perlahan ia mendekati gadis itu hingga jarak mereka tinggal sepanjang satu penggaris tiga puluh centi. Vanno menatap gadis itu lekat. Fokus. Tak beralih, sedangkan yang di tatap demikian hanya bisa menelan ludah, meneliti setiap lekuk wajah Vanno yg kini sangat dekat. Dia memang benar tampan. Tidak salah memang jika banyak gadis sangat menggilainya. Ups apa ini?
Sayup-sayup terdengar grusak-grusuk suara anak-anak lain yang tengah memperhatikan keduanya. Sebenarnya sedari tadi anak-anak itu tak menghiraukan perdebatan bodoh Vanno dan Zee, mereka terlalu sering menontonnya.Tapi dengan sikap Vanno yang demikian, membuat mereka semua penasaran dan akhirnya memilih untuk diam sejenak, mengomentari perilaku Tom and Jerry sekolah ini.
"Whatt apa yang mau mereka buat?" ucap salah satu dari mereka dengan tangan yang mengatup mulut secara lebay. Sedangkan yang lain banyak yang memilih untuk diam tapi detail memperhatikan hal apa yang akan segera terjadi. Tapi ada juga yang mulai mengeluarkan smarphone mereka dan menyentuh icon kamera.
Mata Vanno beralih fokus, sekilas ia menatap name tag yang tertancap di baju gadis itu. Zeekiea Callypso. Yah itulah namanya. Gadis yang selalu memaksanya untuk bicara. Gadis yang terus saja mengajaknya berdebat tiap hari. Anak pesaing papanya itu satu satunya gadis yang tidak menggilainya seperti gadis-gadis lain dan juga gadis yang selalu mengucir rambutnya yang bagi Vanno itu adalah tatanan rambut teraneh dan menyebalkan. Yah menyebalkan jika terkena sibakan rambut kucir kuda itu.
Sepersekian detik kemudian, tangan Vanno tergerak sigap, menyaut name tag Zee dibarengi dengan kekagetan si gadis akan tingkah Vanno yang sama sekali tak ia fikirkan sebelumnya. Sial, Zee kecolongan.
Vanno lalu menggerakkan kakinya, berlari kecil untuk segera menjauh dari Zee dengan membawa nametagnya. Samar-samar sesungging senyum kemenangan mencuat di wajahnya.
Zee mendengus sebal, lagi-lagi lelaki itu mengelabuhinya. Dan lihat saja, sekarang dia sudah berada di tangga menuju lantai 2 dengan kebahagiaan yang membuncah.
"Dasar Alliennnn... balikin nametag gue. Apaan sih loo" teriak Zee dan membuat Vanno menghentikan langkahnya sejenak untuk berbalik, menatap Zee yang ada di belakang sana dengan wajah kekalahannya. Hah ini menyenangkan.
"Eh manusia panda, elo kan yang minta gue buat ga manggil lo panda lagi, jadi yaah kaya nya gue perlu bawa nametag lo ini buat gue hafalin haha"
Ups, sebentar..Vanno si lelaki tampan fakir ekpresi itu tertawa? rasanya ini sungguh luar biasa.
Zee berdecak sebal, ingin rasanya ia berlari mengejar Vanno dan menjambak rambut laki laki itu kuat kuat, tapi yah,, itu hanya akan membuat dirinya terlihat konyoll.***
HALOO, gimana gimana..biasa ajakan? Ah masa? Ayo Komentar untuk jadikan cerita ini lebih dari sekedar biasa❤❤❤ Happy To Be Funny Readers
-zonaj
YOU ARE READING
My Ponytail Girl
Teen Fiction-.-.- "Lu pernah mikir gak sih kenapa lo sama gue jadi kenal?" ucap Vanno mengeluarkan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Ucapan Vanno kali ini berhasil memecah keheningan yang baru saja akan terbentuk. Vanno sekilas melirik Zee yang masih bu...