Mark tidak menyangka barang keperluannya sendiri cukup banyak. Kenapa dia baru sadar sekarang ya?
Mark memasuki kediaman barunya dengan membawa barang-barangnya itu. Lumayan berat hingga Mark hanya sanggul meletakkannya di tempat barang-barang yang lain.
"Aduh hati-hati dong sayang"
Mark mendongakkan wajahnya mendengar suara yang asing di telinganya. Mark melihat seorang anak remaja yang ditemuinya di bis tadi.
Mark mempehatikan Haechan yang berdiri dari tempat duduknya dan ingin pergi ke toilet. Tapi ya memang nasib sial Haechan. Anak itu menabrak salah satu barang di lantai yang membuatnya akan terjatuh.
Mark dengan sigap membantu Haechan yang mana malah dia yang merasakan sakit dipunggungnya akibat tertimpa tubuh Haechan. Sakit memang tapi setidaknya bukan remaja menggemaskan itu yang merasakannya.
"Kau itu orang yang ceroboh ya"
Mark dapat melihat dengan jelas wajah terkejut anak itu. Mark gemas jadinya melihat wajah Haechan yang semakin menggemaskan.
Mark dan Haechan masih dalam posisi yang sama tanpa ada satu pun yang ingin bangun. Orang tua Mark yang melihat jadi bingung sendiri dengan kedua anak remaja itu. Berbeda dengan ibunya Haechan yang matanya berbinar cerah melihat adegan yang sering dia lihat di drama-drama. Ibunya Haechan jadi semakin yakin jika anaknya itu nanti akan berjodoh dengan anak tetangga barunya itu.
"Hmmm bisa kau menyingkir! Sakit juga terbaring di lantai seperti ini"
Haechan segera menegakkan badannya. Berdiri dengan canggung di sebelah Mark. Wajah Haechan merah karena malu.
"Maafkan aku"
"Tidak apa-apa. Kau lebih berhati-hati lagi nanti dan kau mau ke toilet kan. Biark aku antarkan"
Mark menggenggam tangan Haechan dan mengantarkannya ke toilet tanpa menunggu jawaban Haechan terlebih dahulu.
"Senang melihat Mark mendapat teman baru"
"Iya saya juga senang melihat Haechan berteman dengan Mark"
Baik orang tua Mark maupun Haechan senang melihat interaksi dari kedua anak mereka itu. Yang paling bahagia adalah ibunya Haechan. Tau kan ya apa yang dipikirkan ibunya Haechan.
💗✉💗
Haechan dan Jaemin sedang berada di kantin menghabisakan makan siang mereka. Haechan tidak membawa bekal lagi karena ibunya bilang kalau mau nambah uang jajan ya gak perlu bawa bekal lagi. Ibunya kejam ya, gimana Haechan bisa beli album nanti kalau uang jajanan buat beli makanan di kantin.
"Aku malu banget kemarin Na. Aku sudah 2 kali mempermalukan diriku di depan Mark dan ibuku malah bahagia melihatnya"
"Ibumu hanya bahagia karena anak kesayangannya itu akhirnya dapat jodoh"
"Jodoh dari mana hah? Baru juga ketemu kemarin dan aku baru tau jika Mark itu satu sekolah dengan kita. Kenapa aku tidak pernah melihatnya ya?"
Selama hampir 2 tahun sekolah Haechan baru tau kalau dia itu satu sekolah sama Mark. Aneh memang tapi itulah kenyataannya.
"Bagaimana kau mau tau jika waktumu di sekolah kebanyakan hanya di kelas atau tidak ya ditempat sepi seperti halaman belakang. Aku jadi bingung kenapa bisa kau begitu terkenal dikalangan murid-murid"
"Tapi kan kau bilang Mark itu juga jarang ke kantin. Kau saja hanya melihatnya beberapa kali dalam sebulan dan masalah kenapa aku populer sih tentu saja karena aku mempesona"
Jaemin mau muntah melihat Haechan yang mengedipkan mata kepadanya. Dia itu bukan salah satu penggemarnya Haechan yang dikedipin sekali saja bisa pingsan.