✔ MATE - 13

8.1K 934 54
                                    

...

Lewat ciuman ini, sekarang gue udah tau jawabannya!

Apa yang dikatakan Ali benar, lewat apa yang dia lakukan tanpa sadar aku sudah memberikan jawaban. Mulut memang bisa berbohong tapi hati dan perbuatan kita tidak bisa menipu apa yang kita rasakan.

Kenapa harus tumbuh rasa dalam hatiku untuknya?

Aku memejamkan mataku rapat-rapat sambil mengernyit. Kepalaku mendadak terasa berat. Akhir bulan pekerjaanku akan semakin bertambah karena harus menutup laporan keuangan bulan ini.

Gara-gara ciuman itu, semalaman aku tidak bisa tidur dengan nyenyak dan berimbas pada diriku sendiri.

Tok. Tok. Tok.

Aku mendongak dengan pelan dan mendapati Aluna muncul dari balik pintu ruanganku. Ia tersenyum lembut lalu melangkah masuk.

"Sibuk ya, Prill?" tanyanya ramah.

Aku tersenyum tipis dan mengangguk. "Ya, lumayanlah. Ada apa?"

"Mm, sebenarnya aku mau minta pendapat kamu. Tapi gak pa-pa deh, mungkin lain kali---"

"Duduk aja Lun, aku bisa kok dengerin!" selaku cepat.

Wajah Aluna yang awalnya murung kini berubah cerah. Ia lalu duduk di depan meja kerjaku. "Mm, ini soal aku dan Elang!"

Aku menelan salivaku pelan. "Kenapa?"

"Kedua orang tuaku menyuruhku segera menikah dengan Elang. Orang tua Elang juga kayak gitu sih pengennya cuman---Elangnya gak mau buru-buru nikah!"

Aku tersenyum sebelum menjawabnya. "Mungkin aja Elangnya belum siap. Dia kan masih muda!"

Aluna mengangguk kaku. "Iya, sih. Tapi aku takut aja!"

"Takut kenapa?"

"Takut---Elang pindah ke lain hati!"

DEG.

Aku mengerjap pelan. Ucapan Aluna rasanya tepat mengenai sasaran. Aku berdehem pelan untuk menetralkan rasa aneh yang tiba-tiba datang.

"Kalo emang Elang serius sama kamu, kenapa kamu gak yakin?" tanyaku.

Aluna semakin berwajah masam. "Gak tau juga sih. Aku ngerasanya Elang gak suka sama aku. Buktinya selama ini dia gak pernah nyentuh aku!"

"Nyentuh? Maksudnya?"

Aluna mendadak tergagap dan sedikit membenarkan letak duduknya. "Mm, maksud aku--selama ini kita gak ada kontak fisik. Pegangan tangan aja gak pernah!" jelasnya dengan wajah lesu.

Disini aku rasanya sudah tak bisa memberikan Aluna masukan. Aku bingung harus bicara apa.

"Kamu mungkin tau sesuatu, Prill. Apa jangan-jangan Elang punya cewek di luar sana?"

...

Sebelum pulang aku menyempatkan untuk ke ruangan Ali. Setelah mengetuk pintunya, aku langsung masuk. Ali tampak sedang membereskan semua pekerjaannya.

Ia tersenyum saat tau aku yang datang. "Bentar lagi gue selesai, lo tunggu di---"

"Gue dijemput Max!" potongku cepat.

Senyum Ali seketika sirna. Wajahnya berubah tegang dan serius. Gerakan tangannya terhenti. Ia menatap ke arahku saat aku melangkah mendekatinya.

"Gue mau ngomong serius sama lo, Li! Ini soal Aluna!" ucapku dan berdiri tepat di sebelah meja Ali. Ali tak menjawab. "Tolong hargai perasaan dia. Aluna cinta sama lo jadi tolong, lo buka hati buat dia. Rasanya gak adil aja kalo---kalo lo tetep mertahanin perasaan lo ke gue!"

✔ MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang