Foolish Game

5.2K 340 155
                                    

Disclaimer : I do not own Naruto

zenaamaya
.
.
.

"Aku menyukaimu ... Hinata." Teriakku gugup. Aku menengok ke sekeliling karena malu. Juga untuk mengawasi jika masih ada murid Konoha Senior High yang berlalu lalang di taman belakang sekolah ini.

Gadis di depanku terkesiap selama beberapa detik, lalu tertawa nyaring. Tubuhnya sampai membungkuk karena tawanya begitu keras. Seakan yang kukatakan adalah lelucon yang amat lucu.

"Ahaha ... lucu sekali, Naru-kun," ia merapikan seragam sailor putih birunya yang sedikit berantakan. "Penghiburan yang sangat bagus untukku yang baru saja mendapat omelan dari guru Matematika."

Aku mengerucutkan bibirku. Aku serius. Aku menyukainya sejak delapan tahun lalu, saat kami kelas tiga SD. Selama itulah aku selalu menyukainya, memperhatikannya dan menemaninya setiap saat.

Tapi mengapa kini dia malah tertawa?

"Aku serius, Hinata," sergahku lantang.

Hinata menggelengkan kepalanya cepat. "No, you don't ...."

"Yes, I do love you."

"No ... Uzumaki."

"Yes, I love you since we were third grader, Hyuuga."

"No, please no," Hinata menutup telinganya panik. "You can't say that ... no, please no, Naruto. You are my only friend."

"I can be your boyfriend. So we will be together at last."

"NO!!!" teriaknya histeris.

Aku terdiam.

"Jangan mengatakan hal itu lagi, Naruto," bisiknya. Kulihat dua bulir air mata jatuh dari sela bulu matanya yang panjang. "A-aku tidak mau kehilanganmu."

Aku kembali terdiam menelan kata-kata. Melihat raut wajahnya kali ini, aku tak bisa lagi berbicara. Bahkan keinginanku untuk meyakinkannya menerimaku menguap begitu saja.

"Y-you are my only friend, Naruto. I don't want you to be my lover. I-I don't wanna break-up with you if something happen. I want you to be my friend, a-and cherish me l-like you used to be."

Dan mulai saat itu, aku mulai menyadari, itulah bentuk cinta Hinata kepadaku.

Ia ingin selalu berada di sampingku, dan itu cukup.

.
.
A NaruHina Fanfiction
.
.
FriendShit
(Haruskah Ku Mati Karenamu)
..
..
Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dakaplah ia walau pedang di sela-sela sayapnya melukaimu.

(Kahlil Gibran)

"Naru ..." Hinata memelukku penuh senyum. Tak ia pedulikan pengunjung salon yang melayangkan protes karena ia menginterupsi sesi penataan rambut yang sedang kulakukan.

Aku memberikan senyum permintaan maaf kepada Kurenai, pelanggan yang kini sedang kutangani. Ia membalas senyumanku penuh pengertian lalu kembali terpekur pada smartphone di tangannya. Membiarkan Matsuri, asistenku, menangani rambut legam kebanggaannya.

Aku membalas pelukan Hinata dengan senang hati. Aroma dan kehangatan tubuhnya, begitu menenangkan bagiku.

"Apa yang terjadi?" tanyaku saat pelukan singkat kami berakhir. Kami berjalan menuju kantorku yang lebih privasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FRIENDSHIT (Haruskah Ku Mati Karenamu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang