“Shit. It's happening again.”
Pria itu terbangun dan secara refleks mengacak rambutnya kasar. Sudah berbulan-bulan ia memimpikan hal yang sama. Gambaran orang-orang terdekatnya yang akan pergi kerap menghantuinya. Ia takut kalau mimpi buruk itu kembali terjadi lagi padanya. Pahit. Jaehyung yang dulu ceria, sekarang cenderung menyendiri. Kerap kali ia membohongi dirinya. Ia tak butuh orang lain, katanya. Padahal bukankah manusia itu makhluk sosial?
“Jae, kamu ga berguna.”
“Masa gini doang kamu nyerah?”
“Aku pikir kamu bisa lebih dari ini.”
“Kamu lemah, pantesan temen-temen kamu ninggalin kamu. They made the right choice.”“Berisik.”
Ia minum dari botol yang diletakkan di sampingnya kemudian segera menutup dirinya dengan selimut.
10 menit
20 menit
30 menit
Matanya masih belum bisa kembali terpejam. Pandangannya ia arahkan ke jam dinding. Jam 3 pagi, atau biasa yang disebut orang-orang devil's hour.
🌙🌙🌙
Jaehyung meremas gelas plastik itu kuat-kuat. Kehidupannya begini saja selama 4 tahun terakhir. Setelah lulus SMA, ia tidak melanjutkan ke jenjang universitas. Menurutnya, biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan seluruh usahanya. Ia ingin fokus pada karirnya dalam bermusik. Tapi setelah mengalami banyak kegagalan, satu per satu orang di sekitarnya pergi, lenyap begitu saja tanpa ada ucapan perpisahan.
Ia mengambil gitar miliiknya dan mulai memetik beberapa not yang telah ia hafal di luar kepala. Lagu yang sangat ia sukai, lagu yang biasanya dapat membangkitkan semangat hidupnya.
“Sunday morning rain is falling...”
Aneh. Ia tetap bisa merasakan cuaca mendung menyelimuti dirinya walaupun pada hari itu, matahari sedang memancarkan sinar terbaiknya.
“I see you very often here.”
Jaehyung menengadah, berdiri dengan senyumㅡyang lumayan indah untuk ukuran seorang priaㅡdi depannya.
“Kita... kenal?”
Pria itu tidak menjawab, melainkan hanya menunjuk name tag yang disematkan di atas apronnya.
' Kang Brian '
Jaehyung akhirnya mengerti bahwa Brian bekerja di café yang selalu ia kunjungi. Tapi sepertinya, ia tidak pernah dilayani oleh lelaki muda itu.
“Oh, you work here? I've never seen you before. It's weird since i come here everyday. I'm Jaehyung, anyway.”
“Saya barista, bukan kasir ataupun pelayan. Mungkin kamu ga terlalu merhatiin,” ucap Brian sembari mengangkat kedua bahunya.
“Ga kuliah?”Sumpah demi Tuhan, Jaehyung tidak menyukai pertanyaan itu. Dijawabnya dengan sebuah gelengan kecil, “Gue pengangguran, makanya tiap hari kesini.”
Entah keberanian darimana, Brian menempatkan dirinya di sebelah Jaehyung.
“Sorry. Keliatan kayak masih sekolah, sih. Tapi nongkrong disini kan, mahal?”
Yang ditanya hanya memutar bola matanya malas, “Gue ga semiskin yang lo kira.”
Jaehyung memang terlihat seperti masyarakat kelas menengah normal lainnya. Mungkin keluarganya selama ini menyokong hidupnya, pikir Brian. Ia sudah biasa melihat orang-orang seperti ini berkeliaran di sekitar café. Berantakan. Kacau. Itulah kesan pertama yang didapatnya dari Jaehyung. Tapi Brian tak ambil pusing, karena ia juga pernah ada di fase tersebut sebelumnya.
🌙🌙🌙
Jaehyung, Park ㅡ Freelance Musician
“Nobody gives a damn about you. Everyone is just pretending like they care.”
Younghyun, Kang ㅡ Part-time Barista
“You were born to be real, not to be perfect.”
KAMU SEDANG MEMBACA
interdire ㅡ jaehyungparkian
FanfictionBL!AU | why am i alone among all the people surrounding me? [slow update]