3. Nao & Rei's Kind-of Date

850 41 1
                                    

//habis dibenerin, meski keknya gaada perubahaan deh, tetep maksud. Gile jayus juga ini. soalnya ide ada sik tapi gak ngerti nuanginnya. jadinya maksa deh. yodah maklum aja ya dan maaf banget ga sesuai harapan. jgn lupa vote n komennnn ookayyy lafyuuu!!!

baru nambahin dedication/dedikasi. untuk royalbluecrystal_ yang udah ngirim message minta dilanjutin ceritanya heheuw. kalau nggak ada lu gue udah gak lanjutin ini cerita kali ya, lebay sih tapi beneran deh. makasih banyak yaa messagenya T----T terhura

***

"Gue yang bayarin," Jawab Rei. "Kan lu sekarang cewek gue, gimana sih."

Wew, tumben amat si Rei nawarin diri buat nraktir gue. Biasanya juga gue yang minta, kayaknya nggak pernah dia nawarin duluan. Meski sebenernya gue minta dibayarin dia udah cukup sering, sih.

Eh bentar. Hwanjer.

Ceweknya katanya, katanya gue ceweknya.

Untuk pertama kali dalam hidup gue, ada orang yang ngomong kalau gue adalah ceweknya.

Gue mikir apaan sih.

"Y-Yaudah yuk, kita ke mall~~!" Seru gue mencoba mencairkan suasana setelah bermenit-menit cuma diem. "Wuuuusssssh!!"

Rei kemudian tertawa kecil, padahal biasanya dia akan membalas kegilaan gue. "Oke, kita ke mall aja ya. Nih, pake dulu helmlu."

Hanjir, kok Rei bisa bertindak normal begitu? Normal banget, malahan. Padahal biasanya dia gila banget kalau sama gue. Mana dia sempet-sempetnya bawain helm satu lagi buat gue? Ah, palingan si Rei emang selalu bawa dua. Tapi perasaan dia orangnya gakmau repot deh. Apaan sih.

Akhirnya gue karena gugup dan gaktahu mau ngomong apa, gue cuma memakai helm yang diberikan Rei lalu diem sepanjang perjalanan. Gilak. Baru pertama kalinya gue gini, gugup dan gaktahu mau ngomong apa di depan Rei, partner menggila gue.

Karena gue terlalu sibuk dengan pikiran gue sendiri, gue nggaknsadar kalau ternyata kita udah sampe, udah parkir, malah. "Kok diem aja lu?" Tanya Rei sambil melepas kemudian menggantungkan helmnya, dan mematikan mesin motornya. "Turun lah. Batre lu abis?"

"G-gak apa-apa, kok..." Bales gue, kemudian melepas helm gue dan turun dari motor, kemudian diem lagi.

Rei kemudian diam, memperhatikan gue, kemudian tiba-tiba memegangi dahi gue. "Lu sakit?"

Dheg.

Sialan.

Daripada gue mati karena serangan jantung, gue dengan segera mengangkat tangannya dari dahi gue. "G-gue nggak apa-apa, kok! Ayolah, kita masuk!" Seru gue kemudian berjalan, niatnya sih mau masuk ke dalem.

"Eh, Nao...." Panggil Rei, yang mau nggak mau menbuat langkah gue terhenti, meski guenya belum sanggup menatap muka dia. "Sini, helmnya taruh dulu."

Hwanjer, malu besarrrrrrrr.

Yaudah mau nggak mau sekarang gue mesti balik lagi, naruh itu helm sialan di motornya, lalu jalan bareng Rei memasuki ini mall. Nggak ada yang salah sih sebenernya, tapi anjir gue degdegan setengah mati. Ini kenapa coba?

"Lu kenapa sih? Bener-bener udah laper, ya?" Tanya Rei ketika melihat gue melipat kedua tangan gue sambil nunduk. Iya kali ya, gue gini karena belum makan kalik." Yaudah yok cari makan dulu." Lanjut Rei kemudian berjalan ke salah satu restoran cepat saji yang ada di dekat pintu masuk, sambil gue ikutin dari belakang.

"Lu beli apa, Rei?" Tanya gue sambil merhatiin daftar makanan di atas. "Gue yang itu aja deh, paket 2 aja." Lanjut gue sambil menunjuk menu yang gue maksud.

Baby in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang