Hari pertama sekolahku di SMAN Nusa Bangsa tidak terlalu buruk juga. Aku sudah melewati tahapan MOS, dan aku belum memiliki teman baru. Aku cukup sedih tidak sekelas dengan temanku fina. Temanku tidak banyak yang mendaftar disini.
10 Ipa 1 tertera jelas, dan aku memasukinya. Suasana kelas cukup sepi hanya sekitar 8 anak yang baru datang.
Aku menaruh tasku di bangku nomor 2 paling pojok di dekat jendela.Semua siswa sudah memasuki kelas, dan tunggu hanya tersisa 1 bangku kosong di sampingku. Mungkin siswa lain malas duduk denganku,karena dari tadi aku memasang ekspresi kurang bersahabat.
Guru pun masuk dan memperkenalkan dirinya, dia sekarang akan menjadi wali kelas kami, namanya bu siwi.Toktok ...
Terdengar suara pintu di ketuk,mungkin itu murid yang terlambat. Dan artinya aku tidak akan duduk sendiri.
"Assalamualaikum, maaf bu saya terlambat. " ucapnya yang sedikit menunduk.
Dia mendongakkan kepalanya,tertera jelas raut wajahnya dan tiba tiba jantungku berpacu kencang. Dia Alvino Rafael. Bagaimana dia bisa sekelas denganku, rumornya dia bersekolah di SMAN Cendrawasih salah satu sekolah yang elite bagi orang tua yang berduit yang mau menyekolahkan anaknya disana.
Alamat gamon nih.
Bu siwi pun mengijinkannya duduk, dan bearti dia harus sebangku denganku. Hanya sisa bangku satu saja di samping, bagaimanapun dia harus menerima. Entah aku harus senang atau takut.
Senang karena bisa sebangku dengannya dan tentunya takut kalau tiba tiba saja aku gugup di depannya. Bisa bisa dia tahu kalau aku menyukainya."Boleh kan gua duduk disini. "ucapnya tersenyum
Aku pun mengangguk setuju. Mana bisa aku melarang.
Struktur organisasi di bentuk, Alvino atau yang lebih di kenal vino terpilih menjadi ketua kelas. Dan aku terpilih menjadi sekertaris, karena si vino ini yang mengusulkan. Aku si oke oke saja, lagi pula saat aku di smp aku pernah menjadi sekertaris. Omong omong kita sudah berkenalan, dia ramah juga.
Mohon kritik,saran dan vote.
~All the love ♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Short StorySebuah perasaan yang selama hampir 2 tahun yang dimana lidahku keluh untuk mengungkapkannya. Aku Tidak cukup berani mengatakannya,bukan karena aku tidak berani mengatakannya. Hanya saja,berhadapan dengannya radius 1 meter saja aku sudah dag dig dug...