Mei, 2005.
"Maria...!
Suara cempreng pemilik pria bernama Mario itu lagi-lagi mendengung di telingaku. Tak ayal, sandal jepit berwarna ungu setinggi tujuh cm yang kukenakan melayang, lalu...
Bug
Sandal karet itu mendarat mengenai bahu kerempeng Mario. Ia mengusap-usap kepala plontosnya, satu sisi sudut bibirnya terangkat ke atas, matanya menyipit. Menyebalkan.
Sayang sekali, coba tadi kulempar pas ke muka dia batinku kesal.
"Hei, Cungkriiiiing...!" ia memamerkan senyum tengilnya.
'What?'
Mendadak kakiku berhenti bergerak, dadaku memanas seperti ada bara api berpendar siap meledak di dalamnya, aku berbalik menghadap ke arah Mario.
Plung
"Punya Lo, ketinggalan"
Sandal ungu bermotif kupu-kupu itu kembali padaku, Mario melemparkannya. Dia tidak pernah salah sasaran, sandal setinggi tujuh cm itu melesak jatuh ke dalam parit.
"KBB...!" teriakku histeris.
Aku tidak mempedulikan orang yang tengah sibuk lalu lalang di sekitar kami, memendang wajahku dengan tatapan mata menyiratkan satu makna. Aneh.
Mario terkekeh, mengangkat satu tangan, lalu memamerkan dua jarinya membentuk huruf V.
"Bye...bye, Cungkring" ia melambaikan tangannya, lalu melesat pergi meninggalkan aku yang meringis dengan sandal ungu terapung dalam parit.
***
"Gue main ke rumah Lo, nanti sore"Pupil dalam mataku melebar, keningku mengerut mengamati pesan masuk yang tertera pada layar Nokia N75 miliku. Deretan nomer pada pesan yang baru saja kuterima tidak ada dalam list kontak gawai, aku memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut, lalu meninggalkan alat komunikasi elektronik itu tergeletak di atas meja di samping tempat tidur.
Bip-bip
Benda kecil di atas meja itu kembali berdering, sekali lagi aku memeriksa pesan yang baru saja masuk.
'Gue, di depan Rumah Lo, Cungkring'
Haits
Kulemparkan gawaiku keatas kasur. Kembali fokus pada lembar demi lembar buku yang sedang kubaca.
'Ohh You..
You turn my whole life so blue
Drowning me so deep,
I just can reach myself againKali ini gawaiku berteriak nyaring, rasa gemas menyeruak ketika kulihat panggilan masuk dari nomer yang sama dengan si pengirim pesan.
''PAANSEEH YOO...!!!"
ku harap suaraku yang hampir mencapai tujuh oktaf sekarang, bisa membuat telinga Mario 'budeg' atau minimal ia melemparkan gawainya jauh-jauh.
'Mei, 2005.
"Maria...!
Suara cempreng pemilik pria bernama Mario itu lagi-lagi mendengung di telingaku. Tak ayal, sandal jepit berwarna ungu setinggi tujuh cm yang kukenakan melayang, lalu...
Bug
Sandal karet itu mendarat mengenai bahu kerempeng Mario. Ia mengusap-usap kepala plontosnya, satu sisi sudut bibirnya terangkat ke atas, matanya menyipit. Menyebalkan.
'Sayang sekali, coba tadi kulempar pas ke muka dia' batinku kesal.
"Hei, Cungkriiiiing...!" ia memamerkan senyum tengilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Swearing
Short Story"Bye...bye, Cungkring" ia melambaikan tangannya, lalu melesat pergi meninggalkan aku yang meringis dengan sandal ungu terapung dalam parit.