Ke Bintang Bintang

63 24 3
                                    

"Terangkan padaku, apakah cara terbaik untuk mati? Tentu saja bisa melangkah menuju bintang-bintang adalah cara yang paling baik..."

-Karenina-

***

Mungkin sudah takdir hidupku untuk seperti ini. Jika ku harus menjadi yang terburuk di setiap kesempatan. Katakan lah Ruby teman sekelasku yg punya segalanya, wajah rupawan, otak yang pintar teman teman yang menyayanginya dan tentu kasih sayang berlebih dari orang tuanya. dan katakan pula mereka, anak anak yang lain itu, apa yang salah dari aku. Kenapa aku berbeda?

Malam telah beranjak pagi saat kuputuskan tuk menutup buku harian ku. Seperti biasa, tak pernah lebih buruk dari hari ini, tak juga lebih baik dari hari yang lalu. Namun tak jua lelah aku tulis di akhir kata,

Semoga hari esok lebih baik.

Kumatikan lampu kamarku. Dan gelap menyebar di seluruh ruangan. Namun insomniaku tak mau pergi. Kuarahkan mata kepada jendela dengan tirai yang sengaja ku buka saat hendak tidur yang langsung menghadap pemandangan di atas sana. Biasanya pada malam malam cerah, aku dapat memandang bintang bintang. Begitu indah. Atau pada malam yang berbulan penuh semua tampak sempurna, sesaat saja kadang kubisa melupakan masalah-masalahku.

Dan kini malam yang kuliat bukanlah malam penuh bintang. Ini malam yang gelap berhujan di bulan oktober. Dan malam yang padahal aku sedang begitu ingin bercerita padanya, pada mereka yang berkelip kelip di sana. Betapa semakin kosong hidupku akhir akhir ini.

Dan betapa ku ingin kesana bersama kalian bintang...!

Dan insomnia ku belum juga hilang, aku merasa semakin kosong...

Mungkin suatu saat nanti aku bisa tidur dengan nyenyak, tanpa beban pikiran dan perasaan seperti ini dan pasti bukan disini. Bukan saat ini.

****

"...Jadi masih saja begitu kelakuanmu...?
Pulang dini hari, bau alkohol.. dan siapa laki laki itu...?"

"Lalu kau mau apa heh? Peduli apa kau?

Sudah lupa bagaimana kelakuanmu di luar sana.

Sebagaimana aku sudah mencoba bersabar selama ini. Tapi lihat, kau sekarang bahkan sudah punya istri lagi..."

"Kau tahu betul kenapa semua sampai begini..."

"....."

Sayup sayup terdengar keributan.

Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang pasti kuterjaga oleh suara keras dari dapur, seperti suara piring pecah, diiringi kata kata penuh amarah barusan. Mama papa bertengkar lagi tampaknya.

Kenapa? Aku masih kadang tak habis pikir, papa kini hanya pulang sesekali, namun pertemuan tak seberapa itu masih saja mereka hiasi dengan keributan.

Sekilas sebelum aku beranjak dari tempat tidur ku lirik jam di meja, jam 6 kurang sekian. Berarti aku telah tidur tigajam saja. Sebenarnya tak begitu aneh, adakalanya aku baru bisa tidur saat pagi mulai datang. Ketika ayam ayam yang entah berada dimana sudah mulai berkokok.

Kumasuki kamar mandi dan mendapatkan siraman pertama, mataku masih sangat berat dan begitu perih saat air menyentuhnya. Aku lelah...

Saat selesai dengan pakaian sekolahku dan bersiap siap, waktu masih dua puluh menit sebelum jam 7, masih cukup pagi untuk berangkat, namun aku tak ingin berlama lama lagi terutama dengan adanya orang yang sedang perang di rumah seperti ini.

Mereka memang selalu begitu setiap bertemu, papa dan mama. Padahal sudah beberapa tahun ini papa jarang di rumah.

Sudah jadi rahasia umum ia punya perempuan lain di luar sana, dan sudah rahasia umum pula memang dari dulu ia senang main perempuan, hanya mungkin beberapa tahun ini saja ia telah menikahi salah satu perempuan itu. Dan tentu saja lebih memilih tinggal dengan istri mudanya.

Coretan Kisah LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang