Pengumuman Tahfidz

20 2 0
                                    

Adibah Asilah=Author

Hari ini seluruh siswa-siswi kumpul dibagian bawah masjid, karena kami adalah orang-orang yang mengikuti eskul tahfidz.

Beberapa pengumuman dijelaskan oleh ustadzah yang akan mengajarkan kami nanti.

Ada dua orang ustadzah yaitu ustadzah lina dan Ustadzah Hani.

Kami harus memilih diantara dua Ustadzah itu, dan aku memilih Ustadzah Hani.

Setelah itu Ustadzah hani menjelaskan apa saja yang ada di eskul tahfidz, mulai dari kita harus menghafal al-qur'an lima baris per-hari, hingga biaya yang harus kami keluarkan tiap bulannya.

Sejenak aku berpikir akan masalah biaya, saat ini ibuku tengah mengalami krisis keuangan. Akan tetapi, aku menginginkan eskul itu.

Pengumuman sudah selesai, ustadzah hani memperbolehkan kami untuk pulang, tapi sebelum itu ia memberikan nomor teleponnya, apabila ada sesuatu yang akan ditanyakan nantinya.

"Mah, abdi ngiringan eskul tahfidz." (mah aku ikutan eskul tahfidz)

Kataku sepulang sekolah.

"Oh, mangga.. Bayar teu?" (oh, silahkan.. Bayar gak?)

Tanya ibuku, jujur hal itu membuatku bingung untuk menjawab apa? karena aku tahu saat ini ibuku mengalami krisis keuangan.

Aku sadar bahwa saat ini aku masuk sekolah tak gratis, ada iuran yang harus dibayar tiap bulannya dan ibuku hanya merawatku seorang diri, dia membesarkanku dan kakakku tanpa bantuan oranglain. Ayahku meninggal karena penyakit paru-paru saat aku masih berusia enam tahun dan kakakku berusia sembilan tahun. Mengingat semua itu aku berpikir,  Sudah cukup. Aku tak mau menambah penderitaan ibuku dengan memberitahu biaya yang harus dibayar setiap bulannya.

"Henteu mah." (Enggak mah)

Jawabku ragu-ragu, karena aku tak pandai berbohong. Hanya saja ibuku tak pernah menyadari bahwa aku sedang berbohong. Entahlah mungkin ibuku terlalu sibuk untuk menyadari sikapku, tapi aku berusaha untuk tetap berprasangka baik pada ibuku.

"Kapan mulainya?" tanya ibuku pada akhirnya.

"Senin" kataku. Ibu hanya mengangguk mengerti, dia mengijinkanku untuk mengikuti eskul itu.

Namun, aku dibuat bingung. Aku sudah daftar tapi bagaimana aku membayarnya? Haruskah aku memotong uang jajanku? Itulah pikiranku, pikiran yang benar-benar pendek.

Tapi itulah yang aku mau, aku ingin memperbaiki diriku, diriku yang sebelumnya lebih buruk dari ini.

Satu hal yang aku pikirkan mungkin aku akan terbawa sholeh, karena aku dikelilingi orang-orang yang sholeh pula.

Aku ingin membuat ibuku bahagia bahkan jika bisa aku ingin membuatnya bangga, setelah beberapa tahun lalu aku membuatnya pusing dengan sikapku yang terbawa oleh derasnya arus pergaulan yang semakin menjadi di lingkunganku.

Aku mendapat hidayah dari-Nya dalam sebuah nadzar yang aku ucapkan dulu..

Flashback on

"Diba, kalo nanti kamu lulus, kamu mau sekolah dimana?" kata sahabatku waktu SD

"Aku teh mau kayak kakak aku, sekolah di MTs baitul qur'an." kataku pada sahabatku

"Kenapa kamu teh mau ke sana? Kan disana harus pake hijab, sedangkan Diba gak pake." katanya dengan polosnya

"Itu teh salah satu alesan aku mau masuk ke MTs baitul qur'an, aku mau memperbaiki diri. Aku janji kalo aku lulus, aku akan memakai hijab, seperti saat ini kamu memakainya."

Kataku menjelaskan pada sahabatku satu-satunya saat itu.

"Diba janji kan? Setelah ini akan pake hijab?" tanya sahabatku.

"Ieu teh nadzar, dan harus di tepati." (ini adalah nadzar, dan harus di tepati)

Kataku yakin dengan senyuman yang begitu yakin akan perkataanku.

Flashback off

Ya, nadzar itu telah aku laksanakan. Dengan sekuat tenaga aku menahan diri agar aku tak terbawa dalam pergaulan yang membuat ibuku selalu marah dan pusing dengan ulahku.

Meski pada awalnya aku sering mendapat hinaan karena perubahan sikapku, tentu saja dalam sekejap mereka menjauhiku, mereka meninggalkanku saat aku akan berubah dalam kebaikan. Tentu saja mereka bukanlah teman yang baik untukku.

Ada rasa lega dalam hati ibuku saat aku mulai merubah sikapku, dia sudah tidak merasa khawatir akan diriku yang akan pergi bermain bersama teman-temanku hingga malam tiba, tepatnya sampai jam 8 malam. Itu tidak baik untuk gadis seusiaku, 12 tahun lebih tepatnya.

Itulah mengapa aku mengikuti eskul Tahfidz, karena aku berharap bahwa aku akan mendapatkan teman yang senantiasa mengingatkanku dalam kebaikan dan senantiasa menerima segala kekurangan yang aku miliki.

Semoga saja ini adalah pilihan yang benar, aku yakin Allah akan memberikan jalan apabila aku yakin. Dan semoga saja Allah memberikan keringanan atas semua cobaan yang akan aku hadapi suatu saat nanti di masa depan. Batinku

Resikonya pasti gini kalo kita nginget-nginget sesuatu yang kadang buat kita merasa sakit hiks..hikss😩😩.. Tau ah lebay amat perasaan😒,. Intinya kita harus bersyukur dengan apa yang kita punya saat ini, mau itu banyak maupun sedikit.. Juga jangan pernah menyerah untuk menggapai sesuatu yang kita inginkan, toh jika kita terus mengembangkan kemampuan kita hal itu juga akan menguntungkan kita juga iya'kan?😇

Udah ahh jangan lupa voment cerita aku, makasihhhh banyakk buat yang setia bacaa.. Maaf klo ceritanya emng gak menarikk i'm sorry😅🙏

Unexpected FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang