Love is...sharing your dark secrets
🕊🕊🕊
Hina menatap Jaemin yang tertidur pulas sambil menggenggam erat tangannya, dia masih tidak menyangka cowok di hadapannya ini adalah anak lelaki yang dulu merupakan malaikat penolongnya di rumah sakit. Hina merasa menyesal karena tidak bisa mengingat wajah anak itu, dulu wajah Jaemin dipenuhi luka memar dan sekarang cowok itu terlihat sangat baik-baik saja.
Mau tidak mau, Hina tersenyum mengenang masa itu. Dia benar-benar bodoh. Disaat saudaranya sedang berduka atas kepergian orangtuanya, ia malah dirawat di rumah sakit. Bahkan kakaknya sendiri lupa untuk menjenguknya untuk beberapa hari karena kesedihan yang dia rasakan.
Saat itu Hina hanya bisa pasrah, berbaring di atas ranjang pasien sambil menatap kosong ke luar jendela. Menatap langit biru, seakan-akan ia merasakan orangtuanya sedang melakukan perpisahan dengan senyuman yang cerah. Hingga akhirnya ia bertemu dengan anak laki-laki yang menjadi teman sekamarnya di rumah sakit. Anak laki-laki yang pendiam dengan banyak luka lebam di wajah dan tubuhnya.
Anak laki-laki yang menceritakan pahitnya hidup di usianya yang masih kecil, anak laki-laki yang menyadarkan Hina bahwa hidup masih sangat panjang untuk ia lalui dan anak laki-laki yang membuatnya tertarik akan pemikirannya yang tidak percaya dengan adanya cinta.
"Hina," panggil Jaemin dengan suara serak bangun tidur. Menyadarkan Hina dari lamunannya.
"Apa? Ada yang sakit?" tanya Hina khawatir, tangannya meraih kompres dari dahi Jaemin dan menaruhnya di pinggiran baskom.
Jaemin menggeleng begitu Hina meletakan telapak tangan di dahinya. "Makasih karena lo masih inget sama gue," ujar Jaemin.
"Gue kira mau ngomong apa," lega Hina. "Maaf, gue baru inget sama lo," ucapnya sedih.
"Tapi gue seneng lo ga lupa sama gue," senyum Jaemin. Hina ikut tersenyum sambil mengelap keringat dingin di leher Jaemin dengan handuk basah.
"Maaf udah bikin lo sakit gini," sesal Hina. "Coba lo ngomong dari kemarin, mungkin sekarang lo ga sakit"
"Gue udah ngajakin lo keluar buat ngobrol, tapi lo nolak. Gimana dong?" kata Jaemin dengan nada bercanda.
"Ya gue kira lo psikopat yang terobsesi sama gue. Gue kan takut" cemberut Hina membuat Jaemin tertawa pelan.
"Kalo gue terobsesi sama lo, gimana?" tanya Jaemin seketika menghentikan kegiatan Hina dan menatapnya bingung.
"Hah? Lo bilang apa?" tanya Hina kaget, takut salah dengar.
"Bukan apa-apa," kata Jaemin sambil menggeleng.
"Dasar!" Hina menepuk pelan pundak Jaemin dan meninggalkannya menuju dapur di flat milik Jaemin yang terlihat sepi, tidak ada satupun perabotan atau makanan yang bisa dilihat disana.
"Kemana?" tanya Jaemin melihat Hina hendak memakai jaketnya.
"Minimart depan. Lo harus makan biar bisa minum obat. Gue keluar bentar"
"Jangan lama-lama," pesan Jaemin yang hanya diangguki Hina.
🕊
Setelah kepergian Hina, Jaemin bangkit dari posisi tidurnya. Menatap rumahnya yang berantakan karena ulah cewek itu lagi. Handuk kering dan baju tebal bertebaran di sofa, cipratan air dari baskom memenuhi meja di samping tempat tidurnya, dan beberapa bungkus makanan berserakan di lantai. Jaemin hanya bisa menggeleng pelan melihat kerjaan Hina di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔️) What Is Love?
Fanfiction❤️❤️❤️ "Kalo sampe gue jatuh cinta, gue cuma mau jatuh cinta sama lo" -Jaemin "Salah ga sih kalo gue jatuh cinta sama lo?" -Hina Start: 2018-04-28 Finish: 2018-05-16 ❤️ Ps. Banyak typo dan pastinya banyak kekurangan.. Kalau suka, jangan lupa vote+ko...