"Aku tak perlu matahari, bulan, bintang, hujan maupun senja. Bila aku ingin menggambarkan sosokmu. Karena kamu tak sebanding dengan mereka semua. Mereka diciptakan untuk kehidupan manusia. Dan juga agar manusia selalu bersyukur akan nikmat Penciptanya.
Sedangkan kamu hanya bisa menyakitiku saja."°°°
Sudah sekitar 30 menit aku berada disini. Buku yang aku cari sudah aku temukan, sudah ada dalam genggaman. Tapi masih ada alasan aku masih ada disini, yaitu menunggu seseorang yang aku anggap sahabat laknat. Dengan seenaknya jidatnya, dia membatalkan janjinya untuk menjemputku tadi karena alasan mendadak katanya, pada akhirnya aku naik ojek kesini. Katanya ia akan menyusulku. Tapi sampai sekarang ia belum terlihat.
Sambil menunggu ia datang, aku melihat lihat buku yang lainnya. Aku mengambil salah satu buku dengan sampul berwarna biru langit. Judulnya Waktu. Ada gambar sebuah jam juga pada sampulnya.
Lalu aku membaca tulisan yang ada di sampul belakang buku--sinopsis. Menarik, batinku.
Ya memang sangat bahaya sekali aku berada disini dengan waktu lama, bisa bisa aku menghabiskan isi dompetku untuk membeli semua buku yang menurutku menarik.
Daripada khilaf, aku mengembalikan buku itu pada tempatnya tadi. Dan aku kembali melihat lihat buku yang lain. Hanya melihat sampul saja, rasanya buku yang aku lihat ingin aku beli.
Ponsel bergetar, sepertinya ada telepon. Aku mengambil ponselku yang ada pada saku celana. Disana muncul sederet angka dan nama,
📞Laknat🔥📞
" Kemana sih Lo, lama amat."
" Hehe. Sorry ini dijalan macet, mungkin setengah jam baru nyampe."
" Setengah jam!? Yakali, lama amat. Ogah gue nunggu Lo, gue udah lama disini dan gue cuma beli satu buku. Gue pulang, fiks."
" Yaampun, kok tega sih. Gue kan juga mau beli buku. Nungguin kek."
" Ogah. Gue capek daritadi berdiri dan gue malu, cuma beli satu buku tapi disini hampir sejam."
" Ya, Lo nunggu sambil makan aja dulu. Ya, ya.. pliiiissss."
" Hmm.. oke tapi Lo harus traktir gue nanti. "
" Iye iye gue traktir. Tapi beneran tungguin lho."
" Hmm."
Tuut.
Sambungan telepon aku matikan terlebih dahulu. Aku masih ingin melihat lihat buku yang lainnya. Rasanya ingin sekali aku membeli semuanya, tapi apalah daya. Aku hanya seorang mahasiswi yang uang sakunya masih minta sama orang tua.
Setelah puas melihat lihat lagi. Aku berjalan menuju kasir. Tapi saat aku ingin melewati seorang lelaki yang sedang mengambil buku di rak atas, buku itu malah jatuh tepat didepan kakiku.
Aku memungut buku itu, lalu kuserahkan buku itu kepada lelaki yang menjatuhkannya, tanpa melihat wajahnya. Aku kembali meneruskan langkah. Tapi baru selangkah, lelaki itu menahan lenganku. Dan hal itu membuatku berbalik dan menatapnya.
Aku meneliti wajahnya lalu penampilannya. Aku rasa lelaki tak asing. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya, tapi aku tak ingat.
Lelaki itu masih menatapku dan juga sebaliknya. Tapi kemudian aku melihat lenganku yang masih dipegang oleh tangan lelaki itu. Refleks, ia melepaskan genggaman tangannya dari lenganku.
Lelaki itu tersenyum, lalu berkata, " Hai, masih inget gue kan?"
Suara itu membuat badanku tegang seketika, aku ingat suara itu. Dan otakku kembali memutar kejadian beberapa tahun lalu.
°°°
Eh, di publish lagi:v
Ga tau kenapa aku pengen berbagi cerita ini sama kalian. Bagi yang udah pernah baca makasih banget yak:) Btw ada beberapa perubahan kok.Jangan lupa tinggalkan jejak :)
Vote dan komen.15092018
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa [On Hold]
Teen FictionWaktu dimana aku mengenal cinta. Masa lalu ada untuk dipelajari. Masa sekarang ada untuk dijalani. Masa depan adalah hasil dari perjalanan pada masa sekarang.