Chapter 1 (The beginning of destruction

18K 324 3
                                    

Sebuah rumah sederhana yang di tinggali sepasang suami istri itu tampak rapih dan sunyi tanpa adanya seorang anak yang membuatnya cukup berisik.

Sebuah rumah sederhana yang di tinggali sepasang suami istri itu tampak rapih dan sunyi tanpa adanya seorang anak yang membuatnya cukup berisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apakah akan memakan waktu lama tugas dinasmu?" Tanya wanita cantik itu yang perutnya sedang membuncit.

"Ku usahakan akan berada di sampingmu saat bayi kecilku akan keluar" sambil mengelus ngelus perut buncit istrinya itu.

Dengan wajah cemberut dan hati yang berat melepas kepergian suaminya yang saat itu akan keluar kota selama 2 minggu membuat perasaan itu sampai pada janin yang sedang ia kandung.

"Aduh" refleks memegang perut karena tendangan sang buah hati yang kian merasakan kepergian sang ayah.

"Ohh jagoan ayah udah ngak sabar mau liat mama sama ayah yaa? Sabar ya sayang 1 bulan lagi kamu akan lahir" sambil mendaratkan kecupan hangat ke perut besar istrinya
Dengan memeluk istri serta mencium keningnya diapun berpamitan pergi dengan beberapa bawahannya yang sudah sedari tadi menunggu di luar menggunakan mobil jeep hitam milik kantor.

"Akan ada Agung yang ku suruh untuk berjaga dari luar rumah saat malam hari. Haruskah ku suru keluargaku untuk menjaga ratu ku ini di rumah?" Sambil menggoda istrinya dengan mendaratkan kecupan di bibirnya

"Ngaco kamu, Memang aku anak anak? Pergilah sayang, pulanglah nanti dengan selamat dan ingat kalau kamu punya aku dan anak kita yang selalu menunggu di sini" istrinya tersenyum sambil memeluk badan kekar milik suaminya yang membuatnya sangat nyaman.

"Aku akan selalu mengingatmu dan anak kita Nadien. Tunggulah aku untuk 2 minggu ke depan. Aku pergi" sambil tersenyum manis istrinya melambai lambai melepas kepergian suaminya itu.

-*-*-*-*-

Pagi pun berganti malam. Tidak terasa matahari sudah bersembunyi dan memunculkan bulan yang indah. Nadien menatap bulan yang indah itu dan kembali ke dalam rumah. Dia mengarah ke bagian dapur rumah yang tampak sunyi.

"Malam hari yaa?" Gumam Nadien seraya mengelus ngelus perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Malam hari yaa?" Gumam Nadien seraya mengelus ngelus perutnya. Sambil melihat ke jam dinding yang menunjukan pukul 20.33. "Pak Agung kok belum sampe juga? Apa di jalan macet?" Tanya wanita itu yang sudah mulai khawatir

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang