Chapter 2 (The beginning of destruction 2)

7.1K 243 5
                                    

Sudah seminggu aku berada di neraka keluarga Geraldy ini. Mereka menahanku dan memenjarakanku di sebuah kurungan atau bisa di sebut sel tahanan.

Ternyata bukan hanya aku sendiri yang di tahan sini. Ada Veni, Tasya, Tika dan Wanda yang menemaniku di sini. Mereka juga di tahan akibat hamil. Setidaknya aku tidak sendirian di sel yang dingin dan lembab ini.

"Berapa usia kandunganmu Nadien?" Tanya Wandah yang sedang duduk bersebelahan denganku.

Aku menengok dan mulai berbicara. "8 bulan 3 minggu, Wanda. Kalau kamu?" Tanyaku sambil mengelus perut ku yang tambah membesar.

"Baru masuk 8 kok Nadien. Ehh berarti kamu bakal lahiran yaa bentar lagi? Lahiran di si-sini?" Tanya Wanda gelagapan.

Aku hanya diam dan termenung mendengar pertanyaan Wanda barusan. Pertanyaannya begitu membuatku pusing dan sedih

Aku bakal lahiran di sini? Di dalam sel ini? Aku tidak mau! Aku tidak bisa membiarkan anak ku merasakan dinginnya tempat ini. Batinku.

Wandah memotong alur pembicaraan kami yang sedikit membuatku sedih. Dia bertanya bagaimana sebenarnya wajah suamiku dan bertanya apa pekerjaannya serta ciri cirinya. "Wanda kamu nanya atau mau buatin suami aku KTP?" tanyaku bercanda.

"Penasaran aja Nadien. Karena kalau cewenya cantik pasti cowonya juga ganteng hehe." Sambil melebarkan senyumannya.

"Suamiku itu tinggi, ganteng sama manis jadi satu, terus kalau dia senyum sangat menenangkan di hati, dia penyayang serta humoris, berfikir kalau ada yang sama seperti dia mungkin aku akan berkata tidak ada. Ohh iya satu lagi, dia juga selalu membuatku nyaman di dekatnya" aku bercerita tanpa hentinya pada Wandah tentang Evan suamiku.

"Wahh beruntungnya kamu Nadien, kamu mempunyai suami yang dekat dengan kata sempurna" Wandah memberikan pujian itu dengan raut muka yang sedih seakan akan ada yang begitu mengganggunya.

"Kalau begitu suamimu bagaimana? Dia tidak mencari mu?" Tanyaku penasaran pada Wandah.

Sambil tersenyum hambar Wandah membongkar aibnya sendiri pada orang yang baru saja ia kenal sepertiku. "Aku hamil kecelakaan Na. Pacarku menghamiliku dan tidak ingin bertanggung jawab atas janin yang ku kandung saat ini." Wandah bercerita sambil mengeluarkan air mata serta rintihan putus asanya.

Ketika aku akan mengambilkan tisu buat Wandah tiba tiba saja tanganku memegang benda yang keras dan tipis di dalam saku jaketku. Saat kulihat "Ohhh astaga. Ini hpku!" Aku sedikit berteriak karena kegirangan. Setauku Evan sempat mengaktifkan GPS di hpku ini. Berdoa saja saat ku nyalakan Evan akan bisa menemukan ku sesegera mungkin.

Akupun tanpa fikir panjang langsung menyalakan hpku dan membuat panggilan ke Evan.

-*-*-*-*-

Evan masih berada di dalam mobil sambil terus melacak keberadaanku menggunakan tab yang ia pegang sekarang.

Trriiinggg ttttrrriinnngggg

Tiba tiba saja telfon genggamnya berbunyi dan sontak saja mengagetkan Evan yang saat itu tengah serius. Dia meraih telfon genggamnya dam melihat ke layar, betapa kagetnya ia saat tau panggilan itu ternyata dari istrinya yang di culik

"Evan kamu di mana hiks hiks. Aku takut di sini Evan. Cepat datanglah ke sini"

"Hallo sayang! Sayang kamu di mana?! Cepat beritau aku! Aku akan segera ke sana!"

"Aku tidak tau hiks hiks. Tolong kemari cepat! Merekan akan mengambil putra kita Evan! Cepat!"

"Oke oke, pertama kamu nyalakan dulu GPS mu sekarang okey?"

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang