Ruangan dengan cahaya minim itu begitu sunyi walaupun ada seseorang yang menghuninya.
Seorang namja tanpa busana yang tak sadarkan diri. Terbaring disebuah ranjang yang mengikat erat kedua pergelangan tangannya diantara ujung-ujung ranjang besi dengan rantai, sedangkan kakinya diikat pada besi diatasnya hingga kaki mungil itu menggantung sampai batas pinggang terangkat dengan posisi mengangkang memperlihatkan lubangnya yang berkerut rapat. Juga beberapa luka memar kebiruan yang nampak kontras dengan kulit putih pucatnya.
Cklek...
Seseorang membuka pintu ruangan itu, dan masuk kedalamnya. Namja dengan proporsi tubuh sempurna dan wajah tampan itu menyeringai. Ditangannya ia menompang sebuah kotak yang berisi alat-alat 'mainan'nya.
Ia berjalan mendekati namja yang belum sadarkan diri, dan meletakan box itu tak jauh darinya.
"Waktunya bermain, Hannie."
Ujarnya, masih dengan seringaian kecil yang tampak menyeramkan diwajah tampannya.
###
Sehun meraih sesuatu dari box yang tadi ia bawa, menemukan apa yang ia cari, cock ring.
"Sayangnya kau harus merasakan sakit ditengah kenikmatan ini, Hannie."
Ia memasang benda kecil itu pada ujung penis Luhan yang masih melemas. Lalu memasangkan juga benda kecil berupa penjepit di kedua puting Luhan.
Meraih sesuatu lagi didalam boxnya, Sehun menemukan sebuah vibrator dan dildo.
Seringaian kejam terlukis kembali diwajahnya saat ia tanpa perasaan memasukan vibrator dengan ukuran besar itu kelubang Luhan tanpa perenggangan terlebih dahulu.
Sleb...
"Arhhh..."
Rintihan kecil samar terdengar dari Luhan. Serta suara gaduh gemercing dari kedua tangannya yang terikat rantai. Rupanya Luhan kesakitan dan sebentar lagi mungkin namja cantik itu akan segera sadar dari pingsannya.
Sehun segera mengambil remot dan menyalakan vibrator itu dalam mode maximum, membuat Luhan tersentak oleh pergerakan tiba-tiba benda yang menusuk-nusuk lubangnya secara brutal.
"Ahhh, ssss....Se-hun..hhh..."
Desahan Luhan terdengar erotis ditelinga Sehun. Dan itu membuat Sehun lebih tak sabar lagi untuk menikmati 'mainan'nya.
"Menyukainya, huh?"
Sehun bertanya dengan senyum meremehkan, memandang Luhan yang menatapnya sayu dan tak berdaya.
Sleb...
"Arghhh!!"
Jeritan kesakitan Luhan terdengar keras dan memilukan saat sekali lagi Sehun dengan teganya memasukan dildo besar itu kedalam lubang Luhan yang sebelumnya juga masih berisi vibrator.
"Nikmati ini, Bitch!"
Sehun mendorong dildo itu agar masuk lebih dalam kelubang Luhan dan mengakibatkan vibrator didalamnya semakin masuk memenuhi Lubang Luhan.
"Hentikan...hhh. Appo.."
Suara Luhan memohon ditengah kesakitan yang mendera bagian bawahnya.
"Tak semudah itu kau meminta, Bitch!"
Sehun tertawa sadis melihat cairan kental berwarna merah mengalir melalui lubang Luhan, ia yakin lubang Luhan didalam sana mungkin robek karena ulahnya. Namun apa pedulinya? Ia menikmati mainannya ini.
Sedangkan gemerincing rantai yang mengikat tangan Luhan semakin terdengar gaduh menggantikan kesunyian ruangan itu.
plop, sleb, plop, sleb...
Berulang kali, Sehun menarik ulur dildo yang tertanam pada lubang Luhan.
Menariknya lalu menancapkan lagi lebih dalam, darah mengalir diantara selangkangan Luhan yang menggantung kemudian menetes-netes pada sprei putih dibawahnya dan Luhan hanya bisa menjerit-jerit kesakitan hingga suaranya begitu serak untuk dikeluarkan.
"Appo! Appooo! Jebal, Hunnie! Hentikan, hhh..."
"Kau berisik sekali, Bitch!"
Sehun mendecak tak suka, ia meraih gagball yang berada didalam box dan menyumpalkannya pada mulut Luhan agar namja cantik nan malang itu tak berisik lagi.
Sleb, plop...
"Sudah cukup bermainnya, aku ingin segera membersihkanmu, Bitch!"
Setelah berapa lama, mempermainkan dildo itu dilubang Luhan, ia akhirnya mencabut benda itu beserta dengan vibrator yang masih menyala dan tertanam dilubang Luhan yang berdarah.
Luhan merasakan kelegaan yang sangat begitu dua benda itu keluar dari Lubangnya, namun kelegaan itu tak berlangsung lama saat ia merasakan jari Sehun yang menggantikan untuk masuk kedalam, awalnya hanya satu jari telunjuk namun rupanya Sehun tak tinggal diam. Ia memasukan juga jari tengahnya, lalu jari manisnya. Ketiga jari panjang Sehun yang kasar mulai menusuk-nusuk dibawah sana, Luhan mulai menggelinjang tak nyaman.
Lalu tanpa aba-aba jari kelingking dan ibu jari besar Sehun menerobos memasuki lubangnya, dan Luhan hanya bisa melotot merasakan tangan Sehun masuk sepenuhnya kedalam lubangnya hingga sebatas pergelangan tangan Sehun.
Luhan menjerit-jerit kesakitan walaupun mulutnya tersumpal gagball begitu tangan Sehun membuat gerakan maju-mundur didalam lubangnya.
Demi Tuhan! Apakah ini yang dimaksud Sehun dengan membersihkannya? Ini begitu menyakitkan hingga Luhan hanya bisa memohon agar lebih baik kematianlah yang segera menjeputnya dibanding harus merasakan siksaan tak manusiawi dari Sehun.
Suara gemerincing rantai semakin keras, Luhan menggerakan kaki dan pantatnya yang menggantung diudara sedangkan tangan Sehun masih asik mengaduk-aduk bagian terdalamnya tanpa menghiraukan darah yang semakin banyak mengalir dari lubang Luhan.
"Berhentilah bergerak, Bitch!"
Rahang Sehun mengeras, bersamaan ia yang mencengkram erat pinggang Luhan agar namja mungil itu tidak menggerakkan tubuh bagian bawahnya. Luhan menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, air mata membasahi wajahnya yang memerah menahan sakit yang teramat.
Tangan Sehun didalam sana terasa hangat, juga basah, entah oleh apa. Dan dia membuat gerakan menggaruk seolah sedang membersihkan lubang Luhan, tanpa menyadari Luhan yang semakin lama kehilangan kesadarannya dan kembali tak sadarkan diri, atau mati? Sehun tidak peduli itu, yang ia pedulikan adalah ia harus menyiksa penghianat kecil seperti Luhan.
###
TBC or END?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert Kill (HunHan)
FanfictionNC 21++++++ WARNING!!! YAOI! HARD SEX! GORE! VIOLENCE! DEATHCHARA!