Chapter #4

16.9K 2.1K 343
                                    

Pagi ini, Park Jimin mengernyitkan dahi heran mendapati adik tingkatnya;  Jeon Jungkook duduk seorang diri disalah satu kursi panjang sudut kantin. Aneh fikirnya, sebab biasanyaㅡ nyaris seluruh penghuni kampus tau jika pemuda Jeon tidak akan terpisah jauh dari Taehyung, kecuali salah satunya memang harus berada dikelas terpisah.

Akan tetapi saat ini; jam istirahat, yang bahkan dari depan pintupun Jimin dapat melihat dengan jelas entitas Taehyung berada disana. Dalam ruangan yang sama. Duduk disatu kursi kosong juga dengan jarak lumayan agak jauh dibelakang Jungkook. Dengan tatapan tajam yang tidak lepas dari punggung sang adik. Mengawasi dari jauh, pun dengab raut keruh yang menjadikan wajahnya terlihat sedikit menyeramkan. Meski tidak dapat dipungkiri juga, bahwa dengan raut sepe,rti itupun tetap tidak mengurangi kadar visual bak dewa yunani yang dimiliki.

Ada sebersit keraguan melingkupi relung batinnya. Sedikit bimbang memikirkan siapa yang harus lebih dulu didatangi. Kim Taehyung sahabatnya kah, atau Jeon Jungkook, sosok junior; adik tiri Kim Taehyung yang juga dianggap sebagai adiknya sendiri.
Akan tetapi, ditengah aktifitas merenung, tubuhnya mendadak terjingkat merasakan seseorang menepuk bahunya kanannya. Tidak kencang, tetapi  cukup memacu jantungnya berdetak ratusan kali lebih kencang. Jimin menolehkan kepala reflek. Sekedar ingin tau jahanam mana yang berani mengejutkannya; sebelum berfikir akan benar-benar memenggal kepalanya.

"Melamun saja."

"Aish, Kristal. Ku kira siapa. Brengsek!"
Lantas amarahnya mengabur, begitu mendapati si pelaku ialah Kristal Jung. Saudara kembar Hoseok Jung; kawan satu grup dalam dance club yang diikutinya sejak setahun silam.            "Mencari Jungkook lagi?"


Kristal mendengus pelan, lanjut memutar bola mata jengah menanggapi pertanyaan Jimin yang dianggapnya retorik.
"Tentu saja. Mana mungkin aku mencarimu."

Mengendik bahu acuh sebagai jawaban. Dagunya bergerak menunjuk kearah dimana Jungkook berada. Menjadikan Kristal tersenyum puas, lantas melangkahkan kaki menuju Jungkook, setelah sebelumnya mengucap terima kasih padanya.
Sekali lagi Jimin mendengus pelan. Tersenyum tipis dengan sorot mata tajam yang sulit diartikan. Mengikuti hingga punggung gadis itu semakin mengecil seiring dengan langkahnya yang semakin menjauh.




















"Jeon."          Kristal menepuk bahu Jungkook pelan. Mendudukan diri tanpa permisi disamping adik tingkatnya.         "Sendiri saja. Taehyung kemana?"

Jungkook menoleh sekedar untuk mendengus. Terlampau hafal suara halus milik gadis yang lumayan dekat dengannya. Tersenyum tipis sembari menaikkan sebelah alis menggoda.        "Merindukannya?"

Kristal balas mendengus, memutar bola mata jengah. Seolah menunjukkan bahwa ucapan merindukannya itu terlalu menjijikkan. Terlebih jika seorang yang dimaksud disini adalah Kim Taehyung; manusia pertama yang ingin Kristal musnahkan, jika saja diberi kekuatan magic.              
Mengenduk bahu acuh, Jungkook kembali melanjutkan ucapan.      "Dari pagi aku tidak bersamanya."      


Lantas anggukan Kristal menjadi balasan. Tidak ingin membahas lebih. Justru menganggap saat itu ialah kesempatan emas, sebab tidak ada Taehyung disekitar Jungkook. Diam-diam, berdoa dalam hati mengharap Taehyung musnah selamanya. Supaya tidak ada lagi iblis yang menghalangi jalan cintanya.

Sembari berbincang, gadis itu mengeluarkan kotak berisi makanan untuk dinikmati berdua bersama Jungkook. Sudah terlampau biasa, menjadikan Jungkook turut tertawa, menerima bekal Kristal dengan senang hati.
Jelas sekali keduanya terlampau asyik dengan dunia mereka, hingga tidak menyadari bahwa satu pemuda menatapnya dengan aura membunuh. Layaknya monster mengerikan yang siap menghancurkan peradaban dunia.









FATAL ㅡkth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang