BAGIAN 23-Makan Bareng

2.5K 156 1
                                    


⭐ Tekan ini sebelum membaca
💬 Tekan ini setelah membaca

Happy Reading...
__________________________________

Dino Pov~~

Keluarga?? Yap! Semua yang ada di tempat ini adalah keluarga baru di kehidupan ku. Mereka semua mengajarkan ku apa arti dunia dan juga kehidupan. Dulu, aku tak pernah memikirkan kehidupan seperti ini. Dulu, aku bahkan nyaris tak memahami agama ku sendiri. Menyesal?? Tentu saja! Malu?? Tentu saja! Penyesalan saat mengetahui bahwa hidupku selama dua puluh enam tahun tak ada gunanya. Usia dimana seorang pria sudah menikah dan aku?

Benar-benar miris! Pernah aku menangis di depan Abi Rasyid saat beliau mengetahui bawa perubahaan ku ini hanya karena wanita. Dulu! Itu dulu, dan sekarang aku mengusahakan untuk memikirkan Allah di setiap kegiatan ku. Perubahaan ku ini bisa di bilang sangat cepat.

"Dino, yang mandi dulu aku ya" Ucap Saad saat kami memasuki kamar.

"Iya"

Setelah shalat maghrib, kami berjalan ke ruangan khusus untuk makan. Malam ini kami mengadakan makan besar-besaran. Katanya sih ada tamu yang akan datang tapi nggak tau sih tamunya siapa.

Saat di perjalanan kami melihat beberapa mobil yang bertengger rapi di depan pos satpam. Aku mengernyit bingung, mobilnya kenapa familiar ya?? Kok aku berasa pernah melihatnya? Ku gelengkan kepala ku pelan, mungkin kebetulan aja kan??

"Eh eh, makanan yang sajiin siapa?" Tanya Yusuf yang berjalan di sampingku. Aku menoleh ke arahnya dan menepuk keningku. Astaga!! Aku lupa kalau ini jadwal kami untuk memasak dan menyajikan makanan.

"Astaga, ini bagian kita" Ucapku dengan kaget dan berlari ke arah ruang makan di ikuti mereka.

Sesampainya kami di ruang makan, kami hanya di buat melongo oleh makanan yang sudah tertata rapi di meja panjang dan terlihat beberapa teman-teman asrama yang tengah sibuk berlalu-lalang.

"Wahhh" Ucap ku tak sadar. Kami berjalan masuk dan mulai membantu mereka yang masih sibuk menyajikan makanan.

"Ehh Ad, tamu nya siapa sih?" Tanya ku pada Saad yang tengah menyusun air gelas di meja.

"Nggak tau juga tu" Jawab Saad menggelengkan kepalanya pelan dan melanjutkan menyusun air gelas di meja. Aku menghela nafas pelan, kenapa aku bisa sekepo ini?? Sebelum aku menepuk keningku agak keras.

"Eh eh, aku lupa! Ad ikut aku sekarang" Ucap ku dan menarik tangangan Saad yang kaget melihat tingkah ku. Aku?? Tak memperdulukan Saad yang menatapku dengan bingung. Yang ku pikirkan saat ini adalah makakan penutup yang ku buat tadi yang belum di sajikan.

"Ehh kenapa sih narik kedapur?" Tanya Saad saat aku menyeretnya menuju dapur.

"Salad buahnya kelupaan" Kataku dan mengangkat termos besar penuh dengan salad buah.

***

"Ini pertama kalinya kita makan besar di asrama" Aku menoleh kearah samping dan melihat Yusuf tengah menatap sekeliling.

"Hah??" Pertama kali?? Bahkan makanan yang biasa ku makan di rumah mereka sangat senang bahkan banyak yang mengatakan kalau makanan yang kami masak tadi itu jarang mereka makan. Kasihan?? Tentu saja! Siapa yang tak kasihan melihat mereka begitu?

"Iya, ini pertama kali makan besar-besaran di sini Din" Timpal Rasya dan memasukan sesuap nasi di mulutnya.

"Apa asrama kurang dana??" Tanya ku dengan bingung. Mereka semua menggelengkan kepala nya dengan pelan dan menatap ku.

"Semua pembimbing di sini selalu mengajari kami untuk menjadi seorang yang sederhana dalam apapun makanya kami jarang memakan makanan kota" Ucap Saad sambil menunjuk jejeran makanan di depanku.

"Tempat ini benar-benar membuatku merasa malu" Aku menghela nafas pelan dan mengaduk-ngaduk makanan di depanku. Semua yang mendengar perkataanku menoleh dengan bingung.

"Malu kenapa?" Tanya Dodi dan memakan salad buah.

"Kalian tau?? Kalau makanan yang kita makan malam ini adalah makanan biasa menurutku. Bahkan aku biasa tak menghabiskan makanan ku jika aku mulai bosan. Dulu aku selalu menghambur-hamburkan uang tanpa memikirkan orang di luar sana yang bahkan makan sekali sehari pun kadang tak pernah" Ucapku penuh dengan penyesalan. Yap penyesalan selalu datang di akhir.

Mendengar perkataan Dino, membuat teman-teman nya tersenyum. Mereka juga tahu bagaimana Dino sebelum mengenal kata Hijrah. Bagaimana mereka mengetahuinya?? Tentu dengan sikap pria itu saat pertama kali menginjakkan kakinya di tempat ini.

"Saya salut sama kamu Din. Di saat seseorang belajar tentang Agama, biasanya mereka akan dapat berubah dan menyesuaikan diri paling lambat stengah atau satu tahun. Tapi kamu?? Baru dua bulan ini kamu sudah banyak berubah dan banyak mendalami ilmu agama. Dino tersenyum kecil menanggapi perkataan teman nya barusan. Dino memang berbeda dengan orang yang lainnya. Ia kembali mengenang dimana saat pertama ia masuk ke tempat ini sampai saat sekarang. Kenangan yang tak akan ia lupakan.

"Iya, aku juga bahkan terkejut saat kau menjawab pertanyaan Abi Rasyid pada malam itu" Timpal Saad dan menatap Dino.

"Ilmu ku tak sebanding dengan kalian, kalian lebih banyak mengetahui dan mendalaminya. Sedangkan aku?? Masih pemula" Ucap Dino pelan dan memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

***

Author Pov~

Ia menatap sebuah bingkai foto yang terpasang rapih di meja kamarnya. Perlahan ia meraih bingkai foto itu dan mengulas senyum kecil.

"Aku merindukan kalian" Gumamnya pelan san mengelus wajah yang tengah tersenyum kearahnya. Masa-masa dimana ia masih bisa melempar lolucon dan saling mengejek, ia merindukan semua itu. Ia merindukan kekonyolan dari mereka.

"Gimana kabar kalian?? Mungkin saat aku pulang nanti kalian akan mengeroyoki ku" Ia terkekeh pelan, ia membayangkan bagaimana muka mereka saat ia akan menampakkan dirinya nanti. Marah?? Pasti sahabat sahabtnya akan marah padanya.

"Pasti mereka merindukan mu juga" Dino menoleh ke belakang dengan kaget mendengar suara Saad. Yap memang ia selalu menceritakan kisahnya dulu dan tentu ia juga mencetitakan sahabat sahabatnya kepada Saad.

"Mereka pasti marah" Ucapnya pelan dan meletakkan kembali bingkai itu ke tempat semula. Ia berjalan kearah Saad yang sedang melipat pakaian mereka kemudian duduk di samping nya dan membantu Saad.

"Mungkin mereka akan marah jika kamu tak memberitahu alasan mu" Dino mengangguk pelan dan melanjutkan lipatannya. Mereka memang selalu begitu, mengerjakan sesuatu bersama. Bahkan pakaian Dino biasa yang cuci Saad dan begitu pun sebaliknya. Bahkan Dino yang tak pernah mencuci pakaian nya dulu sekarang ia mencucikan pakaian milik orang??

"Ngomong-ngomong kamu kamu bakal sampai kapan di sini Ad?" Tanya Dino saat mereka telah menyelesaikan lipatannya.

Saad menoleh sebentar dan meraih buku di ranjang nya.

"Mungkin masih lama, bahkan aku berfikir untuk menetap di tempat ini dan mengajar kelak" Dino langsung menoleh dengan kaget kearahnya. Menetap disini?? Bahkan saat orang lain ingin melihat dunia luar dan mencari pekerjaan yang menghasilkan uang tapi lain dengan Saad yang ingin menetap di tempat ini.

"Menetap? Kamu nggak ada niatan kerja di kota gitu?" Saad menggeleng pelan mendengar pertanyaan Dino.

"Buat apa ke kota jika di tempat yang kita tinggali sekarang ini ada lowongan kerja. Di sini memang gajinya tak sebanyak di kota tapi di sini pahalanya lebih banyak dari kota"

***

Jangan lupa Vote dan komen ya😊

Ini rencana saya mau cepetin endingnya biar nggak makin gaje. Soalnya saya juga udah pusing mikirin gimana next nya.

Ada niatan buat hapus tapi nggak tega juga, udah capek begadang buat nulis masa sih ujung-ujung nya di hapus? Kan rugi ya.

TBC~~

CINTA?? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang