Jisung POV
Akhirnya gue sampai di perkemahan, gue langsung naro sepeda dan helm di tempat yang udah di buat, dan gabung sama Sanha dan yang lain.
"Jisung? Kok lo sendirian, Haeun mana?" Tanya Gyuna, dia datang sama Yena.
"Lah, gue kira dia udah gabung sama kalian bedua." Gue jawab agak cuek.
"Dia gak ada, tadi gue liat lo datang juga sendirian gak ada Haeun di belakang lo." Keliatannya sih, Yena sama Gyuna panik.
"Gue yakin dia tadi ngikutin gue dari belakang." Gue juga mulai panik, karena muka mereka berdua itu gak nyantai, apalagi Sanha sekarang udah ngalihin perhatian dia ke gue.
"Tapi buktinya dia sekarang gak ada." Omongan Gyuna terhenti sejenak. "Apa jangan-jangan..." Gue mulai panik, jangan bilang kalo Haeun kesasar.
"Jangan ngomong yang enggak-enggak deh, Na. Mending sekarang kita cari Haeun, lo masih ingat kan jalan yang tadi lo lewatin." Tanya Yena dan gue mengangguk. Gue langsung ngambil sepeda gue yang tadi dan langsung pergi.
Gue langsung balik ke tempat awal gue lupa jalan, gue bener-bener gak busa fokus sekarang yang ada di dalam otak gue itu adalah Haeun, Haeun, dan Haeun.
Author POV
Haeun benar-benar putus asa, sampai sekarang belum ada yang datang untuknya, bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa Jisung dan yang lainnya akan datang.
Sudah satu jam ia menunggu disini dan tenggorokannya mulai kering karena ia berteriak terlalu banyak dan juga ia belum sempat minum dari tadi pagi. Terakhir kali Haeun minum yaitu saat mereka sedang dalam perjalanan untuk melihat matahari terbit, setelah itu Haeun belum ada minum sama sekali.
Haeun turun dari sepedanya dan pergi ke pohon lalu duduk disana sambil menenggelamkan kepalanya. Matahari sudah mulai turun ke laut dan bulan juga sudah akan naik kelangit, membuat langit yang awalnya cerah berubah menjadi gelap. Hal itu membuat Haeun sangat takut, belum lagi suara-suara binatang yang bersahutan membuat jantung Haeun tidak bisa diam.
Ia kembali menangis ia sangat takut, badannya sangat lemas dan sudah tidak kuat lagi untuk sekedar berdiri. Badannya juga mulai mengigil karena angin malam dan ia hanya memakai kaos putih tipis dan kemeja. Samar-samar ia mendengar suara orang berteriak, Haeun reflek menengadahkan kapalanya lalu berusaha untuk berdiri sambil berpegangan dengan pohon tempat ia menyandar tadi.
Suara itu semakin jelas dan Haeun dapat mendengar jika suara itu sedang memanggil namanya. Harun sangat yakin itu adalah suara teman-teman yang datang untuk menolongnya. Haeun berusaha untuk berteriak tapi ia malah seperti berbisik, suaranya sudah habis ia tidak bisa berteriak.
Ia tidak kehabisan akal, Haeun langsung mengambil sembuah batu yang agak besar lalu mencoba memukul nya ke batu besar yang menancap di tanah. Suara pukulan batu itu agak besar dan Haeun bisa melihat ada cahaya senter yang mengarah kepadanya, dan Haeun juga dapat melihat Jisung dengan sepeda dan senternya. Jisung dengan cepat menaruh sepedanya asal lalu berlari ke arah Haeun yang sudah terduduk lemas.
"Lo gak papa kan?" Tanya Jisung khawatir sambil memegang kedua pipi Haeun dan memangkunya.
Haeun mengangguk pelan bibirnya bergetar tanda ia sedang kedinginan, Jisung yang mengetahui hal itu langsung melepaskan jaketnya lalu ia memakaikannya ke Haeun. Tak lama yang lainnya pun datang.
"Jisung kamu bawa Haeun pake motor, cepet!" Suruh Pak Sunghyuk. Jisung mengangguk lalu ia mengangkat Haeun ke motor yang dibawa oleh Sanha, dan membawa Haeun ke perkemahan.
Jisung terus saja menggumamkan kata-kata maaf, Haeun sedang tertidur, entah sedang ia tidur atau sedang pingsan. Jisung tidak tau kenapa Haeun bisa tersesat padahal Jisung bisa sampai ke perkemahan dengan selamat.
Sesampainya di perkemahan Jisung kembali menggendong Haeun dan membawanya ke salah satu tenda yang menyiapkan obat-obatan dan tempat tidur. Jisung membaringkan Haeun di tempat tidur itu lalu menyuruh salah satu dokter yang dipanggil oleh Pak Sunghyuk untuk memeriksa Haeun. Dokter itu di panggil oleh Pak Sunghyuk saat mendengar kabar bahwa Haeun menghilang.
"Gimana sama adek gue?" Tanya Sanha yang baru saja sampai. Ia benar-benar khawatir saat mendengar bahwa adiknya hilang, Sanha sangat ingin memukul Jisung tapi ia masih belum tau kejadian yang sesungguhnya.
"Belum tau. San, gue bener-bener minta maaf, gue juga gak tau kenapa Haeun tiba-tiba gak ada di belakang gue."
Sanha hanya diam ia tidak membalas, sedari tadi ia terus memperhatikan Haeun yang sedang di periksa oleh dokter.
"Teman kalian gak apa-apa, gak ada luka apa-apa di tubuhnya. Dia hanya perlu istirahat penuh untuk hari ini, mungkin besok teman kalian sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Kalau begitu saya permisi dulu" Jelas dokter tersebut. Setelah Sanha dan Jisung mengangguk dokter tersebut pergi keluar dari tenda.
Tak lama Haeun membuka matanya, ia mengedipkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
"Mi... num." Bisik Haeun dengan suara serak tapi terdengar jelas di telinga Jisung dan Sanha.
Sanha dengan cepat mengambilkan gelas yang sudab terisi air untuk adiknya itu, Sanha membantu Haeun untuk duduk lalu memberinya minum.
"Ehem, uhuk... uhuk." Haeun mencoba untuk mengatur suaranya agar bisa kembali sepertu semula.
"Kenapa?" Tanya Sanha dan dibalas gelengan oleh Haeun. "Eun, kenapa lo bisa kesasar?" Tanya Sanha penasaran.
"Udahlah San, lo gak denger apa yang dibilang dokter tadi, Haeun harus istirahat penuh hari ini. Mending lo nanya-nya besok aja." Ucap Jisung yang mengerti akan kondisi Haeun.
Sanha menoleh sekilas ke arah Jisung lalu kembali menoleh ke arah Haeun yang menutup matanya. "Yaudah, lo tidur dulu disini. Nanti gue minta sama Gyuna sana Yena buat nemenin lo disini." Sanha mengelus kepala Haeun sebentar lalu pergi keluar tenda untuk mencari Gyuna dan Yena.
Jisung mendekat ke kasur Haeun, ia hanya diam dan menatap wajah polos Haeun yang sedang tertidur. Sampai Gyuna dan Yena datang barulah Jisung bangun dari lamunannya.
"HAEUN!" Teriak mereka berdua bersamaan. Jisung menoleh ke belakang lalu ia segera pergi keluar, karena sudah ada yang menjaga Haeun. Haeun yang tadinya ingin tidur tidak jadi karena suara teriakan Gyuna dan Yena.
"Eun, lo gak papa kan?" Tanya Gyuna histeris.
"Apaan sih Na, gue gak papa." Haeun berucap dengan susah payah.
"Lo kena..." Omongan Gyuna dipotong oleh Yena.
"Gyuna, biarin Haeun tidur dulu, dia pasti masih capek." Ucap Yena sembari berjalan ke kasur yang ada di sebelah kanan Haeun lalu membaringkan dirinya disana. Gyuna juga mengikuti Yena, ia pun berbaring di kasur yang sebelah kiri
TBC
♡♡♡
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
Losers [Han Jisung]✔
Fanfic"Woy, lu mau ngerokok yah?" "Eh, enggak kak. Tadi gue nemu ini disini." "Heh, alasan lo udah biasa, gak punya alasan lain yah, dek? Eh, ada guru BK tuh, gue laporin deh." "Eh, kak, lo gak bisa nuduh gue seenak lo yah, lo gak punya bukti." "Itu bukti...