12 | Kesalahan

5.5K 970 84
                                    

Pada dasarnya, setiap orang terlahir seperti kertas putih. Lingkungan dan waktulah yang menuai tinta dan menjadikannya berbeda.

***

Seperti janjinya pada diri sendiri, Revi berhasil menjauhi Rain selama dua hari lalu. Meskipun cewek itu tidak tahu, ia berhasil membuat Rain kebingungan. Bingung pada dirinya sendiri.

Dan hari ini, Rain kembali berpura-pura tidak peduli saat Revi berjalan memasuki kantin bersama Anya. Rain yakin, pandangan Revi sempat tertuju padanya selama beberapa detik sampai Anya menyikut lengannya dan membuat Revi kembali sibuk bersama sahabatnya itu.

Di tempatnya yang tidak jauh dari meja Rain, diam-diam Revi memikirkan cowok itu dan tidak mendengarkan dengan jelas apa yang Anya ucapkan.

Terhitung dengan hari ini, artinya sudah tiga hari Revi menjauhi Rain dan tidak ada perubahan sama sekali! Cowok itu masih tak acuh padanya. Revi jadi berpikir, salahkah ide menjauhi Rain ini?

Revi mengembuskan napas, sedih memikirkan Rain yang tidak memiliki perasaan sama terhadapnya. Cowok itu pasti baik dengan Revi karena keduanya memiliki kegemaran yang sama. Novel dan Pelangi Putihlah alasan utama mereka bisa menjadi teman.

Anya mengernyit mendegar embusan napas Revi yang cukup kencang. "Kok sedih sih? Gue itu mau ditembak sama Nathan. Bukan mau ditinggalin!"

Ya. Nathan memang berjanji akan menembak Anya dan membuat cewek itu menjadi pacarnya secara resmi begitu Ujian Nasional telah usai.

Dengan lesu, Revi meletakkan kepalanya di atas meja kantin. "Nembak kok bilang-bilang," balas Revi, tak bersemangat. Entah mengapa ia merasa kesal mendengar kabar itu.

Tidak. Bukan karena Revi tidak menyukai hubungan Nathan dan Anya. Hanya saja, kabar bahagia itu datang saat hubungannya dengan Rain sedang terombang-ambing. Sialan! Bahkan sampai sekarang Revi tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan hubungan keduanya saat ini. 

"Dih? Kok lo sewot?" Anya lantas mengibas kipas berwarna merah muda di tangannya. "Marahannya sama Rain, gue yang kena!"

Revi kontan mengangkat kepalanya. "Kok lo tau?"

Anya memutar kedua matanya. "Taulah! Nathan bilang kok ke gue. Katanya, Rain akhir-akhir ini jadi aneh. Dia sering sewot, sama kayak lo. Terus dia juga pernah ketangkap basah lagi ngeliatin lo kemarin."

"Kapan?" tanya Revi, antusias.

"Pas kita lagi olahraga."

Ucapan Anya pun membuat senyum Revi perlahan terbit. "Serius?"

"Ngapain gue bohong sih? Tanya Nathan tuh kalau nggak percaya."

"Ngeliatinnya gimana?"

Anya langsung mendelik mendengarnya. "Mana gue tau!"

Revi terkekeh. "Yaudah. Kalau ada info lagi Nathan, buru-buru kasih tau gue."

Anya hanya bergumam samar membalasnya.

***

Rain hanya pura-pura tidak peduli dengan kehadirannya. Ya, Revi yakin itu!

Dengan langkah mantap, Revi mempersempit jarak di antara keduanya. Sampai cewek itu berdiri di depan Rain dan menutupi cahaya matahari yang membantu cowok itu untuk membaca novel di pangkuannya.

Rain lantas mendongak. "Minggir!"

Revi menggeleng. "Lo udah terlalu lama musuhin gue, tau nggak?"

Rain berdecak. Cowok itu lekas bangkit dan berniat meninggalkan halaman belakang. Namun, belum sempat mengambil langkah, Revi menahannya. "Eh, mau ke mana?"

Warna Untuk Pelangi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang