*Catatan spesial Wanda

573 92 4
                                    

- Tentang Joan

Dua tahun yang lalu, ketika aku pertama kali menginjakkan kaki disekolah ini, dengan rambut yang ku kepang menggunakan pita merah peninggalan bunda, aku rasakan kebahagian luar biasa pada hari-hari dimana aku menjalani kehidupan sekolah sebagaimana biasanya.

Hingga pada suatu hari, yang sekarang ini selalu ku kenang sebagai 'selasa suram'. Aku dibuat tercengang, tatkala seisi sekolah tahu aib yang selama ini aku tutupi, semuanya membicarakan tentang keberadaan bunda yang entah ada dimana, dan ayah yang pemabuk.

Tapi aku tahu ada yang salah, kabar burung itu tidak sepenuhnya benar--karena pada kenyataannya bunda telah tiada, bukan sebagai seorang wanita yang sering mereka katakan sebagai 'wanita murahan'

Ketika aku ingin menjelaskan, mereka selalu menarik rambutku, membenturkan kepalaku pada dinding dingin yang sungguh membuatku pening bukan main.

Aku kesakitan, menangis tak berdaya.

Lalu saat mereka telah pergi, ketika tangisku tengah pilu, aku rasakan tangan seseorang mengusap bahuku, lalu membisikkan ku kata "gak papa, semuanya akan berlalu"

Yang hingga saat ini membuatku mengerti, bahwa aku telah jatuh hati pada kak Joan--sejak pertamakali bersua.

Kak Joan, lelaki sempurna dengan hati bak malaikat.

Dia yang membelaku, ketika mereka mempermalukan ku di depan semua orang.

Buat mereka agak tersentak, hingga tidak lagi berani mempermalukan ku di depan semua orang. Tapi mereka belum mau aku menang, diam-diam setiap tak ada kak Joan, mereka akan menghampiri, membungkam ku dengan ancaman siksaan yang lebih berat lagi.

Tetapi sebenarnya, Joan tetap lah Joan. Dia tahu bahwa mereka masih menindas ku, namun aku dengan terpaksa meminta kak Joan untuk membiarkannya.

Karena salah satu diantara mereka adalah sahabatku, teman masa kecilku yang kini hanya bisa kulihat dari jauh.

Kak Joan marah selama beberapa hari setelah ku pinta dia untuk abai pada tingkah mereka.

Tapi pada hari kelima, dia datang kepadaku. Meminta maaf karena telah mendiami ku, dikeluarkannya semua pendapatnya yang tak suka lihat aku terluka.

Bahkan ia sempat berkata, "Aku bisa laporin mereka loh, dek. Nanti biar mereka dapat ganjarannya"

Tapi aku hanya bisa tersenyum, lalu menggeleng dan mengucapkan kata tidak perlu.

Pada akhirnya kak Joan mengalah, dengan menyuruhku berjanji bahwa aku akan bercerita kepadanya jika mereka menindas ku lagi.

Dia bilang, "Aku bantu, kamu gak bisa tahan semuanya sendiri"

Aku ingat dengan jelas, bahwa saat itu hatiku berdebar, pipiku terasa menghangat, dan aku merasa jatuh hati untuk kesekian kalinya.

Tapi manusia tetaplah manusia, kak Joan kelelahan, pada semua acara akibat keikutsertaannya pada organisasi sekolah. Buat ia agak menjauh, dan sempat aku pikir telah melupakanku.

Dia akan kembali sejenak untuk dengar aku bercerita, tapi setelahnya pergi tanpa beri aku pengertian lagi sebagimana dulu sering ia lakukan.

Hubunganku dan kak Joan agak meregang, aku kembali menjaga jarak dan tertutup pada orang lain.

Dua bulan aku bersikap dingin, dan kak Joan tidak peduli.

Dan ketika aku menjalani kehidupan tahun keduaku ini, kak Joan kembali lagi. Membawa hangat yang telah ku rindukan.

Kak Joan kembali memperhatikanku, tersenyum tatkala bertemu, atau setidaknya kembali mengajak bercerita walaupun aku agak lebih tertutup sekarang ini.

Karena sungguh, kami sudah kelewat canggung. Kalimat yang kak Joan gunakan untukku juga agak berubah, dia sedikit lebih kaku dari sebelumnya.

Tetapi dia tetap sama, kehangatan yang diberikannya padaku tetap sama.

Dia mendekap ku, membuat aku merasa bahwa ada yang peduli,

Dia menjaga ku, membuat aku merasa bahwa ada yang melindungi,

Dia menyayangi ku, membuat aku merasakan kenyamanan--yang perlahan menimbulkan pertanyaan besar padaku, "Apakah kak Joan juga menyukaiku?"

Namun kak Joan tampak tak sadar, dan aku simpulkan bahwa aku akan menyukainya secara diam.

Setiap saat, ketika dia selalu menemukan keberadaan ku yang tengah terpuruk, di detik itu pula aku rasa bahwa aku semakin jatuh hati pada kebaikannya.

Aku jatuh hati terlalu dalam padanya, yang akhirnya beri sedikit rasa bahwa aku ingin memilikinya.

Aku ingin punya hubungan yang jelas, bukan sebatas teman cerita saja.

Tapi aku tidak berani mengatakannya, aku takut bahwa sebenarnya ia tak menyukaiku. Maka dari itu, perasaan ini biarlah ku emban sendiri. Akan ku jaga rasa cinta padamu pujangga.

Joan Prabangkara, terimakasih atas semua kebaikanmu.

Joan Prabangkara, terimakasih atas semua kebaikanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WEIRD LOVE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang