Belajar Hidup Tanpanya - Part 27

509 15 0
                                    

Joseph melangkah masuk tempat kerjanya. Banyak pekerja muda yang masih mengurusi artikel di hari Minggu. Seorang wanita yang berambut pirang berdiri dengan galak menatap Joseph. Walaupun ketampanannya sempat menggoyahkan wanita ini untuk marah, ia tetap memaksakan diri untuk menegur Joseph. Joseph memakai kemeja putih rapi dengan ransel hijau besarnya, seperti biasa.

"Terakhir kau kemari, kau hanya membaca artikel mengenai Anastacia Charlotte dan segera keluar," wanita itu menyebutkan setiap dosa Joseph. "Apa urusanmu dengannya sudah selesai?" sindirnya dan beberapa karyawan tertawa.

Joseph menundukkan kepalanya, "Saya ingin mengundurkan diri."

Wanita itu terkejut dan segera mendekati Joseph. Tangannya meraba tangan Joseph yang terbalut kemeja. "Apakah tadi saya memarahimu terlalu keras?" tanyanya dengan rasa bersalah. Hal itu membuat semua karyawan heran karena untuk pertama kalinya wanita itu bertingkah lunak dan bak malaikat.

Joseph memundurkan langkahnya, "Sama sekali bukan itu. Tapi, saya akan bersekolah di luar negeri," Joseph terpaksa mengeluarkan alasan sebenarnya karena wanita itu sedikit menakutinya.

Wanita itu terkejut dengan berlebihan, "Benarkah? Kami mohon maaf jika sesuatu pernah menyakitimu. Tapi, bisakah kau tetap di sini?"

Joseph menggaruk rambutnya dengan ragu, "Saya merasa nyaman bekerja di sini. Saya kemari untuk membawa seluruh barang-barang saya."

Wanita itu menatap Joseph sungguh-sungguh, "Tempat ini kekurangan orang cakep sepertimu. Maksudku, cakap," wanita itu tersenyum dengan ragu.

Joseph tersenyum dan menuju meja kerjanya. Ia membawa map-mapnya yang ia tinggalkan. Setelah bersiap-siap dan mengemasnya rapi dalam satu tas besar yang ia bawa dari rumah, Joseph bergegas keluar. Saat semua sudah selesai, ada seorang pria berpakaian rapi dan berkacamata nampak menunggunya di luar rumah kantoran itu.

Joseph berusaha mengabaikannya, tetapi pria itu menghampirinya. "Saya adalah suruhan Bapak Husein," jelasnya dan itu membuat Joseph tidak memiliki pilihan lain selain mengikutinya.

Joseph diajak ke bagian belakang tempat itu. Ada mobil Royal Saloon yang mewah terparkir dan dua mobil Camry sebagai pengawal yang terparkir di depan dan belakang. Joseph melihat Pak Husein terduduk dengan tenang di dalam mobil itu. Sejenak, Joseph merasa hidupnya sudah tamat. Banyak pria berpakaian hitam menunggu di sekitar situ untuk menjaga situasi.

"Hanya ini jalan yang tidak dipantau CCTV," jelas pria itu tanpa ditanya. Akhirnya, Joseph diminta masuk di mobil Royal Saloon dan duduk di samping Pak Husein. Wajahnya nampak letih dan rambutnya lebih putih dari yang ia ingat.

Joseph tersenyum dan mengangguk sopan, karena ia sudah cukup gugup saat ini.

"Lama tidak berjumpa, Nak," pria itu menyapanya dengan suara berat.

"Apa yang bisa saya bantu?" tanya Joseph karena ia yakin pria itu membutuhkannya saat ini.

Pak Husein menoleh sedikit dan tersenyum samar, "Saya berterimakasih karena artikel waktu itu." Kemudian, napas yang berat pun terdengar, "Tapi, apakah Anda menyukai anak saya? Anastacia Charlotte, wanita paling manja di dunia ini?"

Joseph menelan ludahnya dengan gugup, "Saya dan dia hanya berteman. Kami teman," berusaha tersenyum.

Pak Husein memberikan respon melegakan, dengan tersenyum. "Bagus, itu jawaban yang saya harapkan." Pria itu memainkan jari jemarinya untuk mengulur waktu. "Bisakah, kamu berhenti berteman dengannya, kalau begitu?"

Raut Joseph menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Tetapi, ia tahu ia tidak bisa membantah karena...ia sedang berhadapan dengan Gubernur. "Saya akan berhenti menjadi temannya."

PAINFUL LIES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang