The Broken Heart Club

377 48 39
                                    

Harusnya dunia ini hitam putih saja.

Agar aku tidak bisa melihat semburat merah di pipinya,

Saat ia tersenyum pada kekasihnya.

.

.

.

Minhyun menghela nafas. Hanya nafas itu yang berhasil lolos dari dada sesaknya. Sejak ia berdiri disini, di antara jendela-jendela kecil yang menjadi pembatas antara koridor dan kelas, Minhyun menahan dirinya untuk tidak sakit hati melihat Jonghyun, pemuda manis yang berhasil menyentuh hatinya, tampak mesra dengan seorang pemuda lain. Pemuda yang lebih cantik, memiliki tawa yang renyah, dan senyum menawan. Minki, teman sekelasnya. Ia memang pemuda paling cantik di kelas itu, bahkan di seluruh sekolah khusus laki-laki ini, Minki adalah yang paling cantik. Minhyun akui itu.

"Menyebalkan." Minhyun menoleh mendengar suara berat tiba-tiba muncul di belakangnya. Dongho, berdiri persis di belakangnya menatap nyalang ke arah pasangan Jonghyun dan Minki.

"Menyebalkan?" gumam Minhyun tidak mengerti. Di perhatikannya raut wajah dingin Dongho, kemudian ia tersadar bahwa ia dan Dongho senasib. Dongho pasti menyukai Minki. ya, pemuda mana yang tidak suka dengannya. Kecuali Minhyun tentunya.

Asik memperhatikan Dongho, Dongho menoleh padanya. Dongho menatapnya dengan datar. Minhyun maklum saja. Teman satu angkatannya itu memang jarang sekali atau bahkan tidak pernah tersenyum. Bicara padanya seperti bicara dengan batu. Potongan rambut undercut dan beberapa tindik di telinga kirinya membuatnya terlihat seperti bandit, sangat cocok dengan garis wajah keras dan tanpa senyuman itu. Kata yang lain, sih dia memang bandit. Tapi Minhyun tidak pernah mendengar berita ia berkelahi atau kena skors.

"Jadi ini pertemuan pertama klub patah hati?" ucap Minhyun memecah keheningan. Dongho menaikan sebelah alisnya. Minhyun menyunggingkan senyuman miris.

"kau dan aku, kita sama-sama patah hati kan?" ucap Minhyun lagi menunjuk dirinya dan Dongho. Dongho hanya mendengus, tidak menjawab tetapi tidak tampak seperti orang yang tidak setuju. Minhyun tersenyum menang. Minhyun melihat sekelilingnya, sudah sepi. Jam pulang memang sudah lewat setengah jam yang lalu. sekarang hanya tinggal mereka berdua. Berempat kalau Jonghyun dan Minki yang masih ada di dalam kelas masuk dalam hitungan.

"mau pulang bersama?" ucap Minhyun lagi menawari Dongho. Dongho mengangguk setuju.

"ayo." Balasnya bersuara untuk pertama kalinya menjawab pertanyaan Minhyun. Minhyun pun merasa cukup bangga.

.

.

.

"Minki itu curang." Ucap Minhyun setelah meneguk sekaleng soda. Ia duduk di sebuah ayunan gantung sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Dongho di ayunan yang berada di samping kanannya sibuk menatap langit yang sudah mulai berwarna jingga. Kemudian ia berbalik menatap Minhyun saat Minhyun kembali bersuara. Di tangannya, buliran air dari minuman dingin menetes ke pasir yang ada di bawah kaki mereka. Dongho belum meminum minuman dingin yang dibelikan Minhyun itu.

"Dia cantik dan manis, Hidungnya mancung, kulitnya putih, bibirnya merah, dia terlihat seperti seorang Putri dengan pembawaannya yang santai itu." ucap Minhyun menatap lurus kedepan kemudian menghela nafas.

"kau dan Jonghyun memiliki selera yang bagus." Ucapnya menoleh ke arah Dongho.

"hm." Dongho mulai membuka minumannya dan meneguknya sedikit. "aku sudah kalah telak." Ucap Minhyun menunduk sedih. Minhyun mengenang semua kenangan manis yang pernah di lakukan oleh Jonghyun padanya. Mulai dari saat mereka pertama kali kenal di kelas satu, mengerjakan tugas bersama, ikut kegiatan sekolah, bekerja sama mendekorasi bazar, jalan-jalan berdua. Semua itu sudah kandas. Jonghyun memilih mengutarakan perasaannya pada Minki, sialnya, perasaannya di terima. Entah Minki ataukah Jonghyun yang beruntung. Yang pasti Minhyun iri sekali pada mereka.

The Broken Heart ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang