Bagian 1, masa kini.

4 0 0
                                    

     Pagi itu satu suasana cerah, matahari mulai menampakkan sinarnya seolah melaksanakan tugas dari Tuhan membangunkan para makhluknya, indahnya kicauan burung yang saling menyapa dan rusuhnya suara angin seolah saling bertabrakan.

Dari jendela luar terlihat seorang wanita yang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

"Adam, Putri, Lusi... Ayo turun makanan sudah siap.", Teriak Dinda sambil menyiapkan makanan.

Sembari menunggu ketiga anaknya turun Dinda merapikan dirinya. Dinda lalu terkaget sebab pelukan tiba-tiba yang datang dari arah belakangnya.

"Selamat pagi, sayang.", Ucap Saga kepada Dinda sambil mengecupnya.
"Mas... aku kaget loh.", Balas Dinda yang malu-malu.

Saga menuju kursinya kemudian duduk bersama Dinda.

"Anak-anak mana, Yang? Kok belum turun?", Tanya Saga.
"Tadi sudah ku panggil... Tapi kok belum turun juga, coba aku ke atas bentar yah, Mas.", Kata Dinda.

Saga hanya menaikkan alisnya kemudian melanjutkan sarapannya.
Dinda berjalan ke atas menuju kamar anaknya, betapa kagetnya Dinda melihat ketiga anaknya membongkar isi dos yang bertuliskan "Kenangan Bersama Adam".

"Putri! Lusi! Adam! Kenapa kalian ambil dos ini? ini bukan mainan, Nak. Dari mana kalian dapat dos ini?", Tegur Dinda sambil mengambil dan memasukkan kembali isi dosnya.

Ketiga anak Dinda terlihat cemas sebab mereka kedapatan memainkan dos yang dari dulu Ibunya larang untuk disentuh.

"Kami menemukannya di loteng, Mah.", Jawab Putri yang ketakutan.
"Iya, Mamah. Maafkan kami, kami hanya penasaran mengapa Ibu begitu menyembunyikan dos ini.", sambung Putri yang matanya mulai berkaca-kaca.

Dinda yang melihat anaknya bersedih dan merasa takut mulai menenangkan anaknya dan menjelaskan mengapa mereka tidak boleh melihat isi dos itu.

"Huftt...", Dinda menghela nafas.
"Sayang... sini sayang. Mamah tuh ga marah, kalian jangan nangis yah. Mama cuman kaget aja tadi, soalnya mama panggil turun makan gak ada yang nyahut, ternyata kalian bongkar dos ini.", Kata Dinda sambil memeluk dan menenangkan anaknya.
"Mamah ngelarang kalian liat isi dos ini karena dos ini isinya foto-foto jadul Mamah. Entar kalian kaget liat Mamah yang jelek dan beda banget.", Sambung Dinda sambil menertawakan dirinya.

Adam, Putri dan Lusi mulai terlihat tersenyum lagi dan menghapus air matanya.

"Tapi, Mah... kalau boleh tau yang di samping Ayah ini siapa?", Tanya Adam sambil memperlihatkan sebuah foto yang ia sembunyikan.

Dinda terlihat kaget dan agak bingung untuk menjelaskannya.

"O-ohh ini... Ini teman satu kelas Mamah dulu waktu SMA. Namanya persis kayak kamu, Adam. Adam Cahya Sanjoyo lengkapnya. Dulu kita dekat banget, sampai-sampai kita udah kayak saudara. Tapi...", Terlihat Dinda terdiam dan merenungkan masa nya itu.
"Tapi kenapa, Mah?", Sahut Adam.

Dinda mulai tersadar lalu mengedipkan matanya beberapa kali dan mengambil nafas panjang.

"Sudah-sudah kalian turun saja ke bawah makan sama Ayah kalian. Putri ajak adek-adekmu turun.", Seru Dinda.

Mereka bertiga pun turun. Dinda yang murung teringat dengan Adam menjatuhkan air matanya di foto mereka bertiga dulu.

"Adam... aku kangen banget sama kamu. Andai kamu di sini melihat aku dan Mas Saga aku yakin pasti kamu bakal bahagia banget.", ucap Dinda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I don't wanna be rightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang